Transformasi FPI dan Revolusi Sosial

by

Apresiasi tokoh sekuler Rizal Ramli dan Rocky Gerung pada FPI bisa dimaknai telah terjadinya transformasi FPI dan transformasi kedua tokoh ke arah pemahaman yang utuh tentang pergerakan Islam.

Dr Syahganda Nainggolan
Direktur Sabang Marauke Circle

Jumat, 21/2, FPI (Front Pembela Islam) akan menggelar demo besar-besaran untuk melawan wabah korupsi yang semakin merajalela di Indonesia sejak kepemimpinan Presiden Jokowi. Pembobolan institusi keuangan, misalnya, di jaman Habibie berjumlah Ro 400 Milyar, dalam kasus cessie Bank Bali. Pembobolan jaman SBY naik tajam sebesar 6,7 Triliun, dalam kasus Bank Century. Nah, di jaman Jokowi ini naik menjadi 13 Triliun, kasusnya Jiwasraya. Ditambah Asabri akan menjadi Rp 25 Triliun. Semua ini berujung pada sebuah skandal politik, karena pembobolan itu terkait kekuasaan. Bahkan, Soesilo Bambang Yudhoyono menantang rezim Jokowi dan DPR membongkar keterkaitan pembobolan Jiwasraya dengan pendanaan pilpres 2019.
Ini adalah gerakan pertama FPI dalam tema strategis di luar urusan keagamaan an sich. Atau dengan kata lain, perjuangan Islam memang dikatakan strategis kalau sudah masuk kepada tema-tema struktural, menyangkut nasib rakyat yang dihancurkan melalui agenda kekuasaan.

Transformasi FPI
Beberapa bulan lalu ketika saya di panel dengan Rocky Gerung (RG), di acara talkshow yang dipandu Rahma Sarita, saya kaget dengan statement RG. Katanya, dia dulu paling benci lihat FPI dan Munarman. Dulu, di mata RG, FPI hanyalah preman berjubah. Namun, RG mengatakan bahwa FPI saat ini sungguh luar biasa, karena FPI, di mata Rocky, telah mengambil peran yang sangat positif, sebagai pembela rakyat.

Revolusi Sosial
Sebuah perjuangan pada akar rumput selalu berarah pada revolusi sosial. Jean Jacques Rousseau, pemikir besar revolusi Prancis beberapa abad lalu, sebagaimana dikutip Wikipedia, berpikir bahwa “Rousseau posits that the original, deeply flawed Social Contract (i.e., that of Hobbes), which led to the modern state, was made at the suggestion of the rich and powerful, who tricked the general population into surrendering their liberties to them and instituted inequality as a fundamental feature of human society.” Intinya, segelitir orang kaya dan penguasa curang telah memanipulasi masyarakat agar meraka terus bisa memperkaya diri dan agar percaya ketimpangan sosial merupakan kewajaran.
Pembebasan manusia dari cengkraman “kontrak sosial” palsu, yang menghancurkan peradaban, menurut Rousseau adalah keharusan. Manusia adalah makhluk mulia yang dipasung sistem kekuasaan  masyarakat jahat. Ajaran Rousseau tentang sebuah kontrak sosial baru yang berisi kebebasan dan persamaan derajat semua manusia, telah mengantarkan revolusi di Prancis abad ke 18 dulu.
Rizieq di Indonesia dan FPI nya telah bertransformasi dari ajaran perjuangan ahlak dan baik buruk telah berkembang pesat menjadi ajaran revolusioner saat ini. Mereka telah mendorong adanya sebuah konsep sosial baru di mana keadilan harus diletakkan pada rakyat mayoritas., bukan segelintir taipan pengendali negeri alias sembilan naga. Pikiran dan ajaran ini bukan bukan perbenturan antara Pancasila vs. Islam, namun ini adalah pertentangan historik antara, yang disebut Jacques Rousseau tadi, “Kontrak Sosial Palsu” vs “Kontrak Sosial Sempurna”.
Keuntungan kelompok FPI dalam perjuangannya adalah pikiran mereka sejalan dengan cita-cita pendiri negara (founding fathers) bahwa negera dalam kontrak sosial adalah melindungi segenap tumpah darah dan menciptakan keadilan sosial secara total.

Penutup
Perubahan sikap yang dalam dari tokoh-tokoh sekuler seperti Rocky Gerung dan Rizal Ramli terhadap eksistensi FPI terjadi belakangan ini.  Mereka tidak lagi menganggap FPI sebagai preman bersorban. Mereka meyakini telah terjadi transformasi di mana FPI saat ini adalah organisasi perjuangan rakyat yang utama.
Memang, tanpa disadari, selama 5 tahun terakhir, FPI masuk pada perjuangan strategis dengan isu-isu keadilan sosial, anti korupsi dan pemerintah yang baik. Basis argumentasi FPI dan khususnya Habib Rizieq, semakin lama semakin kuat dan komprehensip. Perjuangan yang dahulu terkenal sektarian, kini menjadi terbuka pada front nasional yang lebih luas.
Dalam agenda terbaru, FPI masuk pada kritik kenaikan iuran BPJS yang memberatkan rakyat. Sedangkan pada Jumat, 21/2, nanti FPI masuk pada agenda aksi anti korupsi (Jiwasraya, Asabri, dll). Sebuah agenda besar rakyat mengjancurkan kezaliman struktural.
Situasi ke depan Indonesia akan masuk pada tahun-tahun sulit, dengan kemunduran pembangunan ekonomi. Keploporan FPI dalam perjuangan rakyat mungkin akan disambut diseluruh pelosok negeri. Tinggal rakyat berharap sejauh apa perubahan sosial yang mampu tercipta.
Semoga ada kontrak sosial baru tentunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *