“Kita dapat melihat bagaimana Rasulullah mendidik para sahabatnya untuk memiliki jiwa optimis,” ujar Ustaz Anung Al Hammat.
Wartapilihan.com, Mojokerto —Ratusan santri Pesantren eLKISI dengan seksama menyaksikan teman-temannya mengikuti munaqosyah tahfidzul hadits maudlu’i (ujian hafalan hadits tematik). Dalam setahun, munaqosyah diselenggarakan dua sampai tiga kali. Sebab, salah satu syarat mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) adalah menghafal hadits maudlu’i dengan marhalah (tingkatan) berbeda-beda.
“Munaqosah ini dalam rangka mengikuti UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer,” ujar salah satu pengarah munaqosah kepada santri kelas IX.
Dari total 520 santri, 6 diantaranya mengikuti munaqosyah. Rata-rata predikat yang mereka dapatkan adalah mumtaaz (cum laude). Sejak awal, Pesantren eLKISI mengambil karakteristik pada hafalan hadits. Kendati tidak menanggalkan hafalan qur’annya.
“Dalam rangka menyiapkan para ulama, kami menyiapkan kelas khusus. Memang mencetak da’i tidak mudah. Minimal dengan munaqosyah ini menjadi stimulus agar orang tua santri terus mendukung perkembangan anaknya,” kata pimpinan Ponpes eLKISI Ustaz Fathur Rohman.
“Maka, kalau orang tua ingin anaknya selamat, masukkan ke Pesantren. Karena tidak ada pembinaan karakter yang berhasil kecuali di Pesantren. Buat para santri jangan cepat berpuas diri, terus belajar, karena tugas dakwah ke depan semakin berat,” imbuhnya.
Usai munaqosyah digelar, para santri mendapat wejangan (nasihat) dari pengurus Dewan Da’wah Pusat Ustaz Anung Al Hammat. Dalam kesempatan itu, ia memberikan 3 tips meraih keberhasilan. Pertama, menyandarkan sikap optimis kepada Allah Swt. Meminjam istilah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yaitu yakin usaha sampai (Yakusa).
“Ketika yang lain belum maju pada munaqosyah hari ini, maka jangan pesimis. Kita dapat melihat bagaimana Nabi Muhammad mendidik para sahabatnya untuk memiliki jiwa optimis,” kata Ustaz Anung seraya memotivasi para santri.
Ustaz Anung menjelaskan, para sahabat menyatakan bahwa Rasulullah adalah sosok yang senang dengan sifat optimis dan tidak suka dengan sifat pesimis. Hal tersebut dijumpai ketika Rasulullah bersama Abu Bakar di Gua Tsur. Saat itu, Abu Bakar sempat pesimis karena orang Quraisy dapat melihat keduanya jika menundukkan pandangan ke bawah. Dalam kondisi itu, Allah menurunkan ayat “La takhaf wa la tahzan, innaAllaha ma’ana.” (Janganlah kamu takut dan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kami).
“Artinya, dalam kondisi optimis pun tetap harus menyandarkan segala sesuatu kepada Allah Swt,” ungkapnya.
Begitupun dalam perang Ahzab atau perang Khandaq, terang Ustaz Anung, Rasulullah bersama para sahabat harus menggali parit sepanjang 3 kilometer, dengan kedalaman 5 meter dan lebar 8 meter harus dirampungkan dalam tempo 6 hari.
“Bayangkan, dalam kondisi lapar, dikepung 10.000 musuh, Nabi menyatakan akan menaklukan Persia dan Romawi. Pesan tersirat Nabi dalam kondisi tersebut adalah, wahai sahabat kalau saja kedua negara adidaya tersebut dapat kita kalahkan, apalagi bangsa Quraisy,” tukas alumnus LIPIA ini.
Alumnus Al-Azhar Cairo Mesir ini menjelaskan salah satu hadits yang berbunyi; “Al muminul qawiyyu khairul wa ahabbu’Allah minal muminul dhaif” (orang mukmin yang kuat, jauh lebih baik dan Allah cintai daripada mukmin yang lemah).
“Hadits itu ada kelanjutannya. Ihris ala ma yan’fauka (hendaklah antusias dalam meraih hal-hal yang bermanfaat). Potongan hadits ini mengajarkan kepada umat Islam agar optimis. Di akhir hadis Nabi menyatakan, wa la ta’jaz (janganlah kamu merasa lemah atau pesimis),” lanjut peneliti gerakan Syiah ini.
Kedua, syarat menuju keberhasilan, kata Ustaz Anung adalah berbakti kepada kedua orang tua. “Dalam Al-Qur’an Allah menggunakan qaulan kariima, bukan qaulan layyina atau sadida. Kenapa Allah menggunakan kata kariim yang asal katanya karaam (dermawan)?” tanya dia kepada santri.
“Ayat ini mengajarkan kita bahwa Allah meminta kedermawanan anak untuk orang tua. Jadi, perkataan (qaulan kariima) itu perkataan yang diiringi dengan amal. Dan berbakti kepada orang tua merupakan salah satu faktor dikabulkannya doa oleh Allah Swt,” jelasnya seperti dikatakan Prof. Sulaiman Al-Birah dari Kairo, Mesir.
Keterpaduan perkataan dan amal baik selaras dengan beberapa ayat yang memiliki korelasi seperi dikatakan Ibnu Abbas radiallahu’anhu. “Ada ayat yang tidak bisa dipisahkan seperti Atii’ullahha wa atii’u Rasul, Aqii’mus shalata wa a’tuz zakata, Aniskurliy wa liwalidayya”.
Ketiga, yaitu selalu berdoa kepada Allah Swt. “Kalaupun hari ini Allah belum menjawab, maka seiring berjalan waktu Insya Allah akan terjawab, jika belum terjawab dari kedua-duanya, mudah-mudahan Allah memberikan penggembira di akhirat kelak,” tutupnya.
Tips-Tips dalam Meraih Kemenangan
Terpisah, di hadapan Asatiz dan Asatizah Ponpes eLKISI, Ustaz Anung memberikan tips-tips dalam meraih kemenangan, sebagai bekal di dunia maupun di akhirat kelak. Pertama, hendaknya ikhlas karena Allah dalam setiap aktifitasnya. Bukan hanya emosi sesaat. Kedua, mempunyai manhaj yang benar. Yaitu menjadikan Al Qur’an, Rasulullah dan para sahabat generasi sesudahnya yang shaleh sebagai acuan.
Ketiga, peduli dengan ilmu-ilmu agama (baik formal maupun non formal). Keempat, meminimalisir perpecahan dan perbedaan. Penyakit umat Islam saat ini, kata Ustaz Anung terdapat dua masalah. Pertama, terkait kejahilan. Kedua, kemiskinan. Imam Suyuthi mengatakan, jika ada berbeda pendapat, maka tidak boleh ada saling hujat.
“Jika ingin ditambah satu lagi, umat Islam mudah berpecah. Dan menolak kebenaran dari kelompok lain, hanya menerima kebenaran dari kelompoknya,” terang Ustaz Anung.
Kelima, dalam hidup hendaknya mempunyai tujuan untuk beribadah kepada Allah dengan pengertian yang luas, menegakkan syariat Allah, menyatukan barisan kaum muslimin, menegakkan jihad dalam pengertian yang luas, dan amar makruf nahyi munkar.
Keenam, menjauhi sikap ekstrim seperti golongan khawarij dan murjiah. Ketujuh, menutup celah masuknya musuh. Ia menuturkan, salah satu infiltran non muslim yang pura-pura masuk Islam seperti Cristian Snouck Hurgronje atau disapa Abdul Gofar. Snouck seolah berpenampilan shaleh dan melakukan perekrutan massa dengan tujuan membentuk kalangan yang isti’jal (tergesa-gesa).
“Maka, yang harus diwaspadai dalam sebuah gerakan adalah loyalitas organisasi untuk kelompok, bukan untuk izzul Islam wal muslimin,” tandasnya.
Ahmad Zuhdi
to