Tahun Baru Hijriah dan Tahun Politik

by
Foto: Tribunnews.com.

Tanggal 11 September merupakan tahun baru bagi umat Islam, yaitu 1 Muharram 1440 H. Di tahun baru umat muslim ini yang sekaligus bertepatan dengan tahun politik, menuntut umat Islam agar lebih bijak dalam bersikap meski berbeda pilihan politik.

Wartapilihan.com, Jakarta – Menurut Yunahar Ilyas selaku Ketua PP Muhammadiyah, sebagai umat Islam perlu untuk mengevaluasi diri selama satu tahun ke belakang. Pasalnya, momen tahun baru hijriah 1440 ini harus disambut dengan semangat baru yang baru muncul setelah melakukan muhasabah terhadap diri.

“Saat muhasabah, iman, Islam, ikhsan, hubungan dengan keluarga, tetangga dan masyarakat harus direnungkan. Setelah melakukan muhasabah baru menentukan apa yang akan dilakukan kedepannya. Sesuatu yang sudah baik kita tingkatkan, yang buruk kita perbaiki, hal ini berlaku juga bagi kelompok, organisasi, partai politik semua harus melakukan muhasabah,” kata Yunahar, dilansir dari Republika.co.id.

Menurutnya, lembaga, organisasi dan partai politik juga harus melakukan evaluasi di momen tahun baru Hijriah ini. Evaluasi berapa banyak kader partai politiknya yang dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Pada momen ini, dia menegaskan, umat Islam perlu menguatkan kebersamaan dan persaudaraan dan tak perlu menajamkan perbedaan selama masih berpegang pada Al-Qur’am dan Rasul.

“Tapi kalau sudah menyimpang keluar dari sunah, keluar dari apa yang diajarkan nabi itu namanya penyimpangan, penyimpangan memang ada di Indonesia tapi tidak banyak,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), KH Marsudi Syuhud berpandangan, momen tahun baru Hijriah merupakan momen untuk hijrah. Hijriah sesuai namanya yang artinya umat Islam harus hijrah dari yang tidak baik menjadi baik.

Di momen tahun baru Hijriah, PBNU juga mengingatkan umat Islam agar kedepannya semakin menguatkan ukhuwah wathoniyah. Tapi yang paling penting kedepannya umat Islam harus menguatkan ukhuwah Islamiyah. KH Marsud menjelaskan, biasanya hanya karena berbeda pilihan saja antarumat Islam jadi terasa jauh.

“Kadang-kadang hanya beda pilihan saja rasanya seperti jauh, beda minuman saja kaya bukan teman, beda makan saja rasanya kaya orang lain, padahal wudhunya sama, Al-Fatihah sama, Alqurannya sama, terus persoalan lauk pauknya beda itu biasa saja,” jelasnya.

Oleh karena itu, KH Marsudi menegaskan ke depannya umat Islam harus menguatkan lagi ukhuwah Islamiyah. Umat Islam jangan mempersoalkan perbedaan yang kecil karena perbedaan itu ibarat orang yang senang minum kopi dan teh.

Di sisi lain, Imam Besar Masjis Istiqlal Ustaz Nasaruddin Umar meminta umat untuk lebih matang dan tenang dalam menghadapi tahun politik. Umat Muslim diharapkan mampu menciptakan suasana yang damai dan kondusif.

“Menyikapi tahun politik di tahun depan yang juga masuk di tahun 1440 H, masyarakat sebaiknya lebih matang dan dewasa dalam memberikan pendapat. Jangan berikan kata-kata yang emosional, gegabah, dan kontroversial,” ujar Ustaz Umar.

Ia meminta umat untuk lebih berhati-hati dalam sikap dan perbuatan. Selain itu ia berharap umat dapat menciptakan kondisi yang lebih kondusif, damai, serta mewujudkan kesolidan umat Muslim.

Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an ini mengingatkan, sekalipun masing-masing memiliki lawan politik, namun lawan itu bukanlah orang lain. Mereka masih saudara sebangsa dan setanah air yang hendaknya dirangkul bukan dibenci.

“Tidak ada istilah orang lain dalam bangsa ini. Semua saudara. Jangan sampai kita mengoranglainkan saudara sendiri, lalu melahirkan sikap yang tidak produktif. Ini bisa memberi celah bagi orang lain yang ingin memanfaatkan dan melemahkan bangsa kita,” ujarnya.

Imam Besar Masjid Istiqlal ke-5 ini menganggap sekalipun tiap orang memiliki pilihan politik yang berbada, semua adalah saudara. Jangan mengasingkan sesama yang berujung keretakan dan perpecahan antar umat dan bangsa Indonesia.

Jelang Tahun Baru Islam 1440 H, ia pun menyebut solidaritas keumatan harus dipertahankan dan diperkuat. Jangan sampai umat gampang terpancing oleh omongan-omongan di luar seperti media sosial. Ustaz Umar menilai media sosial saat ini cenderung provokatif.

Ia meminta umat untuk dapat menahan mental. Jangan sampai umat menari di atas tabuhan gendang yang ditabuh orang lain. Umat Islam harus menjadi umat yang mandiri dan kuat.

“Selain mandiri dan kuat, umat juga harus matang dalam intelektual, spiritual, dan psikologisnya. Jangan hanya salah satu saja. Hijrahlah dari umat konsumtif menjadi lebih produktif,” tutupnya.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *