Solusi Kenaikan Dolar

by
Foto: cita.or.id.

Rupiah kembali melemah paska nilainya yang memuncak di angka Rp. 14.600 per dolar Amerika. Apa solusi yang harus dilakukan?

Wartapilihan.com, Jakarta – Faisal Basri selaku ekonom senior mengatakan, dolar untuk saat ini masih lebih rendah dibandingkan pada tahun 2015 yang berada pada angka 14.728. Melihat hal tersebut, Faisal mengaku optimis dolar bisa menguat kembali.

“Banyak solusi, tapi kita harus keluar dari zona nyaman. Kalau saya liha, yang bisa dilakukan oleh pemerintah segera adalah melarang BUMN untuk menyelenggarakan Travel Fair, karena itu murah dan ke luar negeri semua,” tutur Faisal dalam acara Indonesia Business Forum TVOne bertajuk ‘‘Nilai rupiah Kritis: Apa Akibatnya?’, Rabu malam, (23/8/2018).

Selain itu, upaya yang bisa dilakukan ialah dengan memperbaiki internal pemerintahan Jokowi sendiri. Pasalnya, menurut dia, para menteri sangat banyak yang ‘berternak’ dolar hingga memiliki dolar diatas serratus ribu dolar.

“Pak jokowi meminta seluruh menterinya menukarkan dolar. Menteri jokowi sangat banyak yang dolarnya di atas 100 dolar. Banyak, Menag saja udah dijual tinggal 15 ribu dolar yang tadinya 115 ribu dolar. Hal ini harus dilakukan, sekaligus meaningkatkan kecintaan terhadap rupiah,” tegas dia.

Ia pun juga mengungkapkan, salah satu menteri yakni Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita telah menandatangani lisensi impor yang luas biasa. misalnya, beras sudah dikeluarkan sebanyak 2 juta ton untuk diimpor ke Indonesia.

“Tahun lalu kita 300 ribu ton, ini rekor baru yang akan jadi catatan Pak Jokowi di kampanye nanti. Yang boleh impor beras kan bulog. Kedua, lisensi impor garam 3,7 juta, padahal kebutuhan 2,3. Impor meningkat 23 persen, ekspor cuma 10 persen,” kata dia prihatin.

Maka, ia menekankan agar pihak Jokowi menertibkan internal pemerintahannya sendiri, bicara jangan kalap. Ia pun mengutip pertanyaan Wapres JK yang mengatakan ‘Stop impor mobil mewah’, tetapi sayangnya mobil pun tidak sampai seribu unit dikirim per tahunnya.

“Ada sejumlah komoditi yang bisa kita ekspor ke negara Afrika, negara itu gak punya uang. Ditunjuklah BUMN untuk ngurus, mereka gak punya uang kita ambil barang mereka yang gak ada di kita. Cari pasar buat afrika,” pungkas dia.

Sementara itu, bagi Benny Soetrisno, Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia mengaku makin senang, terutama bagi bahan baku yang didapat dari dalam negeri. Benny dan pihaknya merasakan, perkembangan pertumbuhan semakin naik dan harga semakin kompetitif.

“Pembeli pengen menambah untuk beli. Devisa negara ditambahkan, tentu uang hasil ekspor masuk dalam negeri, tetapi bahan baku yang import masih membutuhkan devisa tersebut,” cerita dia.

Dalam kesempatan yang sama, Melchias Markus Mekeng selaku anggota komisi XI DPR RI FP-Golkar mengatakan, masih banyak keperluan dolar yang dibutuhkan, seperti untuk Pertamina, PLN, Bulog, bahkan beras, gula, garam, dan jagung semuanya di-supply dari luar negeri.

“Kalo kita lihat data yang ada, mestinya ada surplus apakah 7,4 M dolar masuk kesini lagi gak dolarnya? Banyak yang punya dolar, ada untung nanti. Ini sebetulnya pemerintah dan bank Indonesia harus kerjasama,”

Kerjasama yang ia maksud adalah, pemerintah perlu untuk menghimbau ke pengusaha agar menjual dolarnya ke bank kembali. Kebijakan tersebut harus dibuat secara tegas, dan diberikan sanksi jika tidak menaati.

“Kita harus mengeluarkan aturan, kalau ekspor harus kembali dolarnya. Kalau tidak, kenakan sanksi. Itu banyak dilakukan negara lain pun demikian. Ini kan membuat dolar menajdi naik. Kebijakan yang diberlakukan tidak boleh soft harus hard, supaya orang jual dolarnya kesini,” pungkas Melchias.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *