Puluhan mustahik lainnya yang kami sambangi hidup berada dalam garis kemiskinan akut. Kepedulian dan kontribusi semua pihak menjadi keniscayaan untuk mengangkat harkat dan martabat saudara muslim.
Wartapilihan.com, Palembang –Salah satu rihlah penyegar jiwa adalah mengantarkan cindera hati untuk orang-orang kecil di belahan dusun kecil yang terpencil. Tangis bahagia dan gemetar bibir ucap syukur mereka tulus.
Demi mewujudkan kebahagian dan kemenangan di hari nan fitri, relawan LAZNAS Dewan Da’wah yang juga awak media Warta Pilihan Ahmad Zuhdi menyegerakan blusukan dan tak merayakan lebaran bersama sanak keluarga di Jakarta. Sebab, ia harus menyampaikan amanah zakat fitrah muzakki kepada mustahik.
Tepatnya di Desa Tanjung Sari, Talang Sinar Banten Dusun 3, Kecamatan Buay Pemaca, Kabupaten Oku Selatan, Sumatera Selatan. Guna menempuh lokasi tersebut, bus dari Kampung Rambutan, Jakarta Timur menjadi alternatif efisiensi waktu. Meskipun harus merasakan medan lintas Sumatera selama 21 jam melewati Pelabuhan Merak-Bakauheni.
Secara geografis, Kabupaten Oku Selatan merupakan wilayah perbatasan antara Martapura, Lampung dengan Muara Dua, Palembang. Sehingga, jika harus mengudara melalui pesawat, memakan waktu yang tak jauh beda dari Airport Bandar Lampung atau Palembang.
Setiba di Desa Tanjung Sari, rumah salah satu tokoh masyarakat, Pak Dirman, 200 ton beras budidaya petani siap di packing ke dalam karung ukuran 10 kg untuk 20 penerima manfaat. Dibantu warga sekitar, Zuhdi mulai mengemas beras yang akan didistribusikan.
Secarik kertas diberikan Hermawan kepada Zuhdi, terdapat 20 nama masyarakat Tanjung Sari. Rata-rata dari mereka hidup dalam keterbatasan, janda mati, asnaf miskin, dhuafa, gharimin, dan fii sabilillah.
Salah satunya adalah Ambu Jaminah. Ambu merupakan bahasa sunda lawas yang berarti ibu. Panggilan Ambu sudah jarang sekali terdengar di telinga. Bahkan di Tatar Sunda sendiripun sudah jarang orang menggunakan panggilan Ambu. Namun bagi saya, justru terasa seru dan unik.
Hidup di gubuk kayu sederhana, Ambu Jaminah tinggal sebatang kara. Tidak ada sanak saudara atau keluarga yang mendampinginya. Jika butuh sesuatu, ia harus memanggil tetangga sebelah rumahnya. Maklum, untuk jalan saja perawakannya yang bungkuk tidak dapat menopang untuk bergerak banyak.
“Assalamualaikum, Ambu,” tutur saya. Kecerian dan kehangatan wajahnya nampak di nenek berusia 84 tahun itu. Senyum dan tawanya lepas seperti tidak ada beban. Seseringkali ia menanyakan nama rekan sejawatnya kepada tetangga, jika sudah mendahului kehariban-Nya, Ambu hanya dapat mendoakan dan berharap dirinya khusnul khatimah.
“Bu, ini ada titipan zakat fitrah dari LAZNAS Dewan Da’wah Pusat. Semoga bermanfaat ya Bu,” kataku.
“Aamiin. Terima kasih banyak. Ambu sangat senang sudah dikunjungi. Ambu nggak kuat mau kemana-mana. Ambil air (di sumur) saja susah,” balasnya.
Zakat fitrah LAZNAS Dewan Da’wah telah sampai kepada mustahik (para penerima). Dari ujung pedalaman, Ambu Jaminah salah satu benefeciries (penerima manfaat) memanjatkan doa tulus untuk para muzakki. “Semoga Allah memberi ganjaran terbaik,” katanya, singkat sembari tersenyum.
Tak hanya Ambu Jaminah, puluhan mustahik lainnya yang kami sambangi hidup berada dalam garis kemiskinan akut. Kepedulian dan kontribusi semua pihak menjadi keniscayaan untuk mengangkat harkat dan martabat saudara muslim. Semoga Allah mencatat amal kita semua sebagai pemberat timbangan kebajikan di akhirat kelak. Amiin amiin ya rabbal alamiin.
Selain Zuhdi, insan pers dari lintas media turut menyemarakkan kebahagiaan dan kemenanngan di hari nan fitri. Diantaranya Kusnadi Warta Pilihan di Solok Sumatera Barat. Nurbowo Suara Islam di Karo Sumatera Utara, Gunung Sindur Bogor, Mentawai Sumbar, Touna Sulawesi Tengah, Jaka Lelana MNC Trijaya di Tangerang, dan Jaka Setiawan media Narasi di Ciputat.
Ahmad Zuhdi