“Kami tidak hanya mendistribusikan daging ke daerah pelosok, tapi juga menguatkan syiar yang dilakukan da’i Dewan Da’wah,” ujar Agung Gumelar.
Wartapilihan.com, Jakarta — Setiap Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijah) dan hari-hari tasyriq (11-13 Dzulhijah), umat Islam yang memiliki kemudahan dan kelapangan rezeki sangat dianjurkan menyembelih hewan kurban.
Rasulullah menyatakan, “Siapa yang memiliki kelapangan rezeki, tetapi tidak berkurban, maka jangan sekali-kali mendekati masjid kami.” (HR at-Thabrani).
Esensi berkurban bukan sekadar meritualkan penyembelihan hewan kurban, melainkan juga transformasi diri menuju kepribadian muslim yang bertakwa dalam arti bebas dari penjajahan hawa nafsu dan sifat kebinatangan yang rendah.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap saudara muslim di pedalaman nusantara, Lembaga Zakat Nasional (LAZNAS) Dewan Da’wah berikhtiar menghadirkan syiar qurban hingga ke daerah perbatasan, terisolir, termaginalkan, bahkan sulit akses transportasi maupun komunikasi.
Direktur Eksekutif LAZNAS Dewan Da’wah Ade Salamun menuturkan, kesulitan menempuh lokasi pendistribusian hewan qurban menjadi pengalaman tersendiri dalam menyampaikan amanah para mudhohiy (pengkurban).
“Misalnya di Kepri (kepulauan Riau), setelah hewan qurban kami sembelih di kota, setelah itu harus diangkut menggunakan forklift untuk diantar menggunakan sampan ke daerah terpencil. Terkadang biaya pengangkutan lebih mahal daripada harga sapi. Namun, ini yang harus menjadi perhatian kita dan perlu terus di syiarkan,” ujar Ade Salamun dalam peluncuran program ‘Semarak Qurban di Pedalaman’ di Menara Dewan Da’wah, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Dalam kesempatan sama, Manajer Program LAZNAS Dewan Da’wah Agung Gumelar mengatakan, umat Islam yang hidup di pedalaman juga harus merasakan semarak Idul Adha. Namun, menurut dia, terkadang umat yang hidup di pedalaman masih kerap terlupakan.
“Kita seringkali menyantap hewan kurban setiap tahunnya, membuat sate dan sebagainya, sedangkan kita belum mengetahui kondisi saudara kita di pedalaman, tepencil dan jauh, dan minim dai-dai di sana,” kata Agung.
Agung menjelaskan, semarak memiliki dua makna. Pertama, secara harfiah yaitu upaya atau usaha untuk memeriahkan suatu kegiatan. Kedua, semarak yang diakronimkan dari kata Sedekah Makan Rakyat. Demi menyemarakkan kegiatan, relawan LAZNAS siap mendampingi masyarakat di dapur umum untuk lebih mendekatkan para da’i dengan masyarakat.
“Kami tidak hanya mendistribusikan daging ke daerah pelosok, tapi juga menguatkan syiar yang dilakukan da’i Dewan Da’wah,” katanya.
Secara nasional, kata Agung, tahun ini LAZNAS menargetkan untuk menyembelih 10 ribu hewan kurban sapi. Sementara, untuk di luar negeri ditargetkan pengumpulan dana Rp 10 miliar untuk dibelikan hewan kurban.
“InsyaAllah 10 ribu hewan kurban itu akan disebarkan ke daerah pedalaman, mulai dari Aceh sampai Papua,” tukasnya.
Bendahara Umum Dewan Da’wah Edi Setiawan menandaskan, distribusi hewan qurban ke penjuru nusantara merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pengembangan dakwah.
“Tidak ada cara lain kita mengabdi kepada umat Islam kecuali melalui jalur dakwah. Karena seperti ketahui, kegiatan utama dari Dewan Da’wah adalah dakwah bina’an wa difaan,” ujar dia.
Ahmad Zuhdi