Pekan lalu, empat orang peminum oplosan tewas setelah lakukan pesta miras. NU memaparkan data, di Jabodetabek, 65,3% anak di bawah umur konsumsi minuman beralkohol oplosan.
Wartapilihan.com, Jakarta — Kepala Departemen Peneliti Lakpesdam PWNU DKI Jakarta, Abdul Wahid Hasyim menjelaskan, mayoritas anak di bawah umur telah mengkonsumsi minuman beralkohol (minol) oplosan terjadi semakin marak karena Permendag Nomor 6 tahun 2015 yang telah melarang penjualan minuman alkohol bergolongan A di mini market dan toko pengecer. Dampaknya, minuman oplosan sangat mudah diperoleh karena kurangnya pengendalian dari pemerintah terhadap peraturan.
“Konsumsi alkohol oplosan terjadi karena mudahnya memperoleh minuman oplosan di pinggir jalan; minuman beralkohol sangat mudah diperoleh dan tanpa pengendalian,” papar Wahid, di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa siang (15/8/2017).
71,5% responden mengaku membeli oplosan dengan mudah di warung jamu. Pasalnya, mudah diakses, jarang ada razia dan hampir ada di setiap sudut jalan dan gang. Wahid menjelaskan, hal ini terjadi karena kurangnya edukasi terhadap bahaya oplosan. “Ini sangat memprihatinkan. Padahal kebanyakan mereka yang mengkonsumsi minuman tersebut tergolong masih remaja, masih usia sekolah, baik yang sekolah di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas,” lanjutnya.
Maka itu, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Wilayah NU (Lapkesdam PWNU DKI Jakarta) ini merekomendasikan agar pemerintah memformulasikan peraturan untuk hilangkan peredaran oplosan. Selain itu, mulai melakukan pengawasan ketat agar dapat menertibkan warung jamu dan toko kelontong yang menjual minuman oplosan. Kemudian, juga dapat memberikan batasan bagi pengguna, seperti 21 tahun ke atas saja yang boleh mengkonsumsi minuman beralkohol.
“Jadi, seluruh stakeholder harus terlibat di sini. Pemerintah bekerjasama dengan pelaku usaha, serta masyarakat wajib berikan edukasi mengenai bahaya oplosan dan bahaya konsumsi minuman beralkohol di bawah 21 tahun,” pungkasnya.
Penelitian ini menggunakan 327 responden dengan rentang usia 12 hingga 21 tahun di daerah Jabodetabek. Metode penelitian dilakukan secara random dengan tingkat kepercayaan 94,5%.
Eveline Ramadhini