Bengawan Solo – Dalam suasana Idulfitri yang penuh makna, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Dr. Adian Husaini, membagikan refleksi mendalam tentang pentingnya pendidikan yang membentuk kemandirian anak. Momen tersebut ia abadikan saat berdiri di tepi Bengawan Solo, sungai yang penuh kenangan masa kecilnya.
“Dulu kami bermain di sungai ini—berenang, menjala ikan, bahkan sesekali hampir tenggelam. Tapi dari situ kami belajar arti kehidupan,” ujar Dr. Adian mengenang masa kecilnya yang penuh dinamika di kampung halaman.
Baginya, pendidikan yang baik bukan hanya yang mampu mencetak anak-anak dengan nilai akademik tinggi, tapi yang mampu membentuk kedewasaan dan tanggung jawab sosial sejak dini.
“Anak jangan dididik di akuarium,” ucapnya lantang. “Mereka harus dilatih memahami persoalan hidup: dari masalah diri, keluarga, hingga masyarakat. Bukan sekadar menjawab soal ujian sekolah, tapi menjawab soal kehidupan.”
Dr. Adian juga menegaskan bahwa dalam Islam, anak yang telah mencapai usia balig (sekitar 14,5 tahun masehi) sudah memikul kewajiban menjalankan syariat. Oleh karena itu, menurutnya, sistem pendidikan harus mempersiapkan anak untuk menjadi dewasa tepat waktu.
“Kalau anak sudah akil balig, tapi belum dewasa, belum siap menjalankan syariat, itu tidak boleh. Ini bagian dari fardhu ‘ain,” tegasnya.
Ia menyampaikan, pengalaman masa kecil yang akrab dengan kehidupan nyata, seperti ikut berdagang di pasar atau membantu pekerjaan rumah, jauh lebih membentuk karakter daripada sekadar hafalan di kelas. Bengawan Solo, menurutnya, menjadi saksi sejarah bagaimana anak-anak di kampung belajar langsung dari realitas hidup.
Menutup refleksinya, Dr. Adian Husaini menyampaikan selamat Idulfitri 1446 H dan mengajak semua pihak untuk bersama-sama mendorong model pendidikan yang membebaskan anak dari “akuarium,” dan mempersiapkan mereka menjadi manusia dewasa, bertanggung jawab, dan tangguh menghadapi zaman.
Link Youtube: https://youtu.be/utiUtBCpaDc
