Global Qurban kini mengantar amanah qurban ke lebih banyak lahan-lahan bencana, miskin serta rawan pangan di pelosok nusantara hingga titik-titik kelaparan dan konflik kemanusiaan di mancanegara.
Oleh: Ahmad Zuhdi
Jurnalis Wartapilihan.com
Wartapilihan.com, Lombok Utara — “Alhamdulillah, kami tetap bersyukur masih bisa merasakan daging kurban. Bisa ikut andil juga masak di Dapur Qurban di tenda pengungsian,” ujar Runi (39).
Runi adalah salah seorang warga yang turut membantu proses pemasakan daging kurban di Dapur Qurban, tak jauh dari Posko Unit ACT Tanjung, Lombok Utara. Runi mengaku setidaknya ia dan pengungsi lainnya bisa sedikit melupakan tragedi bencana gempa yang menimpa mereka.
“Qurban dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) cukup untuk menghilangkan rasa trauma kami yang sulit hilang,” tuturnya sembari menitikkan air mata teringat guncangan gempa berkekuatan 6,4 SR pada Ahad (5/8) lalu.
Di Dapur Qurban Posko Unit Kemanusiaan ACT, warga saling bahu-membahu untuk mengolah daging kurban. Mulai dari pengulitan, pencacahan, hingga proses pemasakan. Tak jarang mereka rela melalui proses panjang demi membuat makanan yang lezat.
“Kebanyakan warga meminta agar dibuatkan makanan khas lebaran kurban seperti satai, gulai, dan rendang,” kata Runi.
Awalnya, ia tidak terpikir bakal ada kurban. Jangankan berharap menikmati daging kurban, kata Runi, masih bisa ibadah salat Iduladha pun merupakan anugerah.
Pasalnya, bencana gempa yang menimpa Lombok beberapa pekan terakhir telah meninggalkan trauma pada warganya. Selain karena rumah yang telah runtuh, sebagian besar juga tidak berani pulang, sebab khawatir akan terjadi gempa susulan.
“Alhamdulillah ternyata masih bisa merasakan nikmat daging kurban,” ungkapnya penuh haru dan syukur.
Di momentum Iduladha 1439 H, Runi menuturkan tidak bisa merayakan Iduladha bersama keluarga besarnya. Bahkan sang Ibunda juga sedang mengungsi di daerah Bayan, Lombok Utara. Ia hanya bisa bersyukur dan mengambil hikmah dari bencana yang ada.
“Jarak Tanjung ke Bayan memang tidak terlalu jauh, tapi kami yang di sini masih takut pergi jauh-jauh. Kalau diingat saya sedih, biasa ketemu ibu saya, tahun ini tidak,” tutur Runi.
Syahdan, ungkapan terima kasih teriring doa dari ujung Lombok Utara ia panjatkan untuk Global Qurban dan Mudhohi (orang yang berkurban) melalui Lembaga Kemanusiaan ACT atas nikmat daging kurbannya.
“Alhamdulillah Iduladha lengkap di pengungsian. Meski tidak sama keluarga besar, di sini banyak tetangga, lumayan ramai dan terhibur. Terima kasih Global Qurban,” ujar Runi.
Gempa dengan kekuatan 7 magnitudo pada Ahad (5/8) lalu, menyebabkan lumpuhnya kegiatan ekonomi warga sekitar juga diakibatkan rusaknya lima jembatan di sejumlah wilayah di Lombok.
Akibatnya, akses menuju wilayah yang terkena gempa menjadi terputus. Selain itu putusnya aliran listrik di Lombok, disinyalir juga menjadi faktor lain yang semakin melumpuhkan kegiatan warga Lombok pascagempa.
Kejadian rusaknya jembatan dan masih padamnya listrik membuat sejumlah daerah terisolir. Hal itu cukup menyulitkan tim ACT untuk menjangkau lokasi terdampak gempa.
Beberapa daerah terisolir terutama di daerah Lombok Utara, mereka membutuhkan makan, terpal, air bersih, dan sebagainya.
Hingga saat ini, Lombok Utara masih menjadi daerah yang paling parah terdampak gempa. Berdasarkan data hingga hari ini, setidaknya hampir 50 persen infrastruktur seperti rumah warga, bangunan resort ataupun hotel, hingga sejumlah bangunan di Lombok Utara hancur.
Hal yang sama juga dirasakan warga pengungsi di Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Gempa yang mengguncang berkali-kali di Lombok membuat hancur rumah warga. Rumah beserta isinya hancur, termasuk kulkas yang biasa warga gunakan sebagai pengawet daging.
Setelah mendapatkan daging kurban, warga di pengungsian Kayangan memilih menjemur daging yang mereka dapat. Digantung dengan bambu di depan tenda, jemuran daging tersebut menjadi pemandangan sejak Rabu (22/8) kemarin.
Cara ini bukan sebagai salah satu bagian dari pengolahan makanan, tapi pengawetan. Penjemuran dilakukan di bawah matahari langsung. Terik di wilayah Lombok Utara sangat mendukung untuk melakukan pengawetan dengan menjemur.
Berbagai olahan sederhana bisa dilakukan guna menikmati daging jemur itu. Walau berada di pengungsian, warga menikmati dagingnya. Daging kurban menjadi teman santapan beberapa hari ke depan.
Satiyah (61), nenek dengan dua cucu sebelah tenda terpal biru ditempati sembilan orang ini, ia sedang memasak sop daging di atas tungku berukuran 10-14cm dengan suluh kayu yang didapatkan dari tanah kering berundak membentuk bukit.
Aroma khas tercium. Sembari mengaduk-ngaduk sop daging, ia menawarkan kami untuk makan bersama keluarganya. “Makan dulu Dek, nyicipin sop buatan ibu,” tawarnya kepada kami.
Rasa gersang di pelataran tenda pengungsi berhias jemuran pakaian dan daging dapat kita jumpai di Kayangan, Kabupaten Lombok Utara (KLU). Kehilangan harta benda membuat masyarakat memutar otak guna tetap dapat menikmati daging kurban.
Global Qurban – ACT mendirikan Dapur Qurban di setiap Posko Unit Kemanusiaan ACT yang tersebar di Lombok. Keberadaan Dapur Qurban diharapkan bisa memberikan kebahagiaan berhari raya bagi warga Lombok. Terutama bagi para ibu yang jadi memiliki kegiatan selama kegiatan kurban berlangsung.