Pulau Seribu Masjid

by
Tempat pengungsian sementara warga Kota Mataram di sebelah Masjid Hubul Wathan Islamic Center, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Foto: Zuhdi.

Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB dengan tinggi menara 99 meter dan luas area 74.749 meter persegi banyak mengalami kerusakan akibat gemuruh gempa berkekuatan 7,2 SR dan 6,4 SR beberapa waktu lalu.

Wartapilihan.com, Lombok — Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB) mendapat julukan Pulau Seribu Masjid. Hal ini tidaklah berlebihan lantaran berdasarkan data, ada lebih dari sembilan ribu masjid besar dan kecil yang tersebar di pulau seluas 5.435 kilometer persegi ini.

Jarak 1 kilometer dari Bandar Udara Internasional Lombok sejauh mata memandang, seolah-olah batas satu masjid dengan masjid lainnya hanya sejengkal. Dengan bentuk desain yang seragam, sepanjang jalan Praya, kubah masjid terlihat menjulang dengan menara di sampingnya.

Pasca gempa besar berkekuatan 7,2 SR di Lombok Utara, BNPB merilis 137.182 orang mengungsi, dari Lombok Barat 118.818 orang, sedangkan Lombok Timur berjumlah 78.368, dan Kota Mataram berjumlah 18.368. Total keseluruhan mencapai 352.793 orang.

Tak jarang, hampir di setiap lahan luas atau trotoar jalan utama kita dapat menyaksikan warga setempat yang membuat tenda sementara dari terpal seadanya ataupun bekas-bekas spanduk besar (baliho).

“Kami punya rumah, namun istri saya khawatir ada gempa susulan, jadi untuk sementara di tenda ini dulu,” ujar salah seorang pengungsi seraya menunjuk ke terpal warna biru berukuran 3 x 1 di sebelahnya.

Bahkan, sampai di pusat pemerintahan yang terletak di Jalan Udayana, Kota Mataram, Lombok, terdapat tempat-tempat pengungsian yang digunakan oleh warga sekitar. Lokasi tersebut tak jauh dari masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB, hanya berjarak 150 meter sebelum gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Apakah tempat tersebut aman untuk pengungsi?

Wallahu A’lam. Namun jika dicermati lebih dekat, masjid Hubbul Wathan dengan tinggi menara 99 meter dan luas area 74.749 meter persegi banyak mengalami kerusakan akibat gemuruh gempa berkekuatan 7,2 SR dan 6,4 SR beberapa waktu lalu.

Dua dari lima menara masjid tersebut hancur di bagian tengah, secara geometrikal bangunan, jika bagian tengah tak dapat menopang kuat, maka bisa saja sewaktu-waktu sisa di bagian atasnya jatuh jika gempa kembali terjadi.

Selain itu, dinding berkeramik ukuran 3×4 di masjid tersebut lepas dari tempatnya, beberapa keramik dengan mudah dapat diambil karena tidak menempel kokoh. Karena itu, Sekretariat Masjid Hubbul Wathan menginisiasi membuat police line agar jamaah atau pengunjung menjauhi batas yang ditentukan.

“Sewaktu gempa awal tanggal 5 Agustus, menara kembar (sambil menunjuk ke arah menara) ini jatuh Mas. Dindingnya retak-retak. Kejadiannya ketika jamaah sedang shalat Isya, jamaah pada panik dan lari keluar Mas,” ujar salah satu staff Pemprov NTB.

Atap langit-langit tepat di atas tangga utama masjid turut mengalami keretakan. Kaca besar berukuran 1×4 di sebelah kanan dan kiri tangga terbagi menjadi dua karena getaran gempa. Tak sedikit jama’ah yang sholat di masjid Hubbul Wathan melihat ke langit-langit kubah dalam masjid.

Namun, tak perlu khawatir, kubah ini lebih awet dan tahan terhadap guncangan yang hebat karena gempa. Sehingga banyak yang memanfaatkan tipe kubah ini untuk bangunan masjid yang berada di daerah rawan gempa.

Kubah utama masjid Hubbul Wathan seperti bangunan kubah flannel enamel yang banyak digunakan oleh masjid modern sekarang ini. Bedanya hanya terletak pada motif yang digunakan oleh masjid ini berupa motif batik sasambo (batik khas NTB). Kubah ini memiliki warna yang cerah sehingga sangat pas dengan bangunan masjidnya.

Kecerahan warna kubah masjid harus selaras dengan fungsi masjid. Masjid bukan hanya tempat transedental bermunajat kepada Allah Swt. Sesuai namanya, Islamic Center. Masjid Hubbul Wathan harus dapat memberikan konsep ideal pembangunan masjid sebagai silabus atau rujukan konsep untuk ribuan masjid lainnya di Lombok.

Sebagai kota dengan julukan Pulau Seribu Masjid dan Wisata Halal, pemerintah NTB ke depan mempunyai PR yang banyak dan kompleks. Pantai dan tempat wisata dengan panorama alam indah yang sering dikunjungi wisatawan mancanegara harus menjaga kearifan lokal dan keluhuran bangsa Indonesia.

Jika belum mampu mengejawantahkan konsepsi halal secara utuh, etika dan estetika wisatawan asing harus sesuai dengan tradisi ketimuran masyarakat Lombok. Sehingga, tidak mengundang bencana yang diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri.

Menurut teori kausalitas Imam Ghazali, sebab-akibat tidak terjadi secara alamiah, namun terdapat kehendak Ilahiah, sehingga manusia dapat mengambil ibrah (pelajaran) untuk bertafakkur. Atas ujian yang Allah Swt berikan, seseorang sedang diuji kualitas keimanannya. Ada yang berhasil dan menjadi insan yang terpuji, namun ada yang gagal dan ujian tersebut menjadikan manusia hina.

Semoga Lombok dengan julukan Pulau Seribu Masjid dengan predikat Wisata Halal mampu menampilkan Islam rahmatan lil alamiin. Ke depan, Lombok dapat menjadi prototype Kepala Daerah lain dalam membangun spiritual, pemberdayaan potensi ekonomi dan cita-cita baldatun thayyibatun wa rabbun gafuur semoga terwujud. Wallahu A’lam.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *