Alhamdulillah, Allah masih panjangkan umur kita hingga Bulan Dzulhijjah 1441 H. Ini kenikmatan luar biasa setelah kita menikmati Ramadhan.
Rugi jika Dzulhijjah terlewatkan begitu saja. Sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah rangkaian hari penuh berkah. Di dalamnya terhimpun pesta ibadah besar yakni haji, umrah, puasa, shalat ied, sedekah, dan takbir; yang tidak ada di kumpulan hari selainnya (Fath al-Baari, Al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asyqalani:2/534).
Bahkan lantaran keistimewaannya, Allah SWT bersumpah dengannya dalam Al Qur’an:
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (QS. Al-Fajr: 1-2)
Imam Al-Thabari dalam menafsirkan “wa Layaalin ‘Asr” (dan malam yang sepuluh) mengatakan, “Dia adalah malam-malam sepuluh Dzulhijjah berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli ta’wil (ahli tafsir)” (Jaami’ al Bayan fi Ta’wil al-Qur’an: 7/514).
Hal tersebut dikuatkan oleh Ibnu Katsir: “Dan malam-malam yang sepuluh, maksudnya: Sepuluh Dzulhijjah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan lebih dari satu ulama salaf dan khalaf” (Ibnu Katsir: 4/535).
Rasulullah SAW bersaksi bahwa hari-hari pertama Dzulhijjah adalah seutama-utamanya hari-hari dunia.
أَفْضَلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا أَيَّامِ الْعَشْرِ – يَعْنِيْ عَشْرَ ذِي الْحِجَّةِ
“Hari-hari di dunia yang palung utama adalah hari-hari sepuluh -yakni sepuluh hari pertama dalam bulan Dzul Hijjah” (HR Al-Bazzar, Abu Ya’la dan Ibnu Hibban).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, Nabi SAW berwasiat,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).”
Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” “Tidak, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun,” jawab Nabi (HR. Al-Bukhari, Abu Daud dan Ibnu Majah).
So, mari petik afdoliyah Dzulhijjah dengan 6 amalan utama sepuluh hari awal Dzulhijah.
Pertama: Puasa. Disunnahkan untuk memperbanyak puasa dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah, sebagaimana wasiat Nabi SAW melalui haditsdari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi SAW mengatakan, “Rasulullah SAW biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya ”(HR Abu Daud no 2437).
Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama (Latho-if Al Ma’arif, hal 459).
Kedua: Takbir dan Dzikir. Disunnahkan untuk mengangkat (mengeraskan) suara ketika bertakbir di pasar, jalan-jalan, masjid dan tempat-tempat lainnya.
Imam Bukhari ra menyebutkan, Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.” Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah (Dikeluarkan oleh Bukhari tanpa sanad (mu’allaq), pada Bab “Keutamaan beramal di hari tasyriq).
Takbir yang dimaksudkan adalah takbir muthlaq, yang tidak dikaitkan pada waktu dan tempat tertentu. Jadi boleh dilakukan di pasar, masjid, dan saat berjalan. Takbir tersebut dilakukan dengan mengeraskan suara khusus bagi laki-laki.
Takbir muqoyyad bagi orang yang tidak berhaji dilakukan mulai dari shalat Shubuh pada hari ‘Arofah (9 Dzulhijah) hingga waktu ‘Ashar pada hari tasyriq yang terakhir. Adapun bagi orang yang berhaji dimulai dari shalat Zhuhur hari Nahr (10 Dzulhijah) hingga hari tasyriq yang terakhir.
Cara bertakbir adalah dengan ucapan: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha illallah, Wallahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd.
Ketiga: Menunaikan Haji dan Umroh. Jika terhalang wabah covid-19, raihlah nilai kemabrurannya dengan amalan sedekah dan kurban di Tanah Air.
Keempat: Memperbanyak Amalan Sholeh. Sebagaimana keutamaan hadits Ibnu ‘Abbas di atas, dari situ menunjukkan dianjurkannya memperbanyak amalan sunnah seperti shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan beramar ma’ruf nahi mungkar.
Kelima: Berqurban. Di hari Nahr (10 Dzulhijah) dan hari tasyriq disunnahkan untuk berqurban sebagaimana ini adalah ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Keenam: Bertaubat. Dari berbagai dosa dan maksiat serta meninggalkan tindak zholim terhadap sesama.