Tanpa disadari ternyata perempuan memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian negara. Data dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia 2010 menunjukkan, sekitar 60 persen UKM dikelola oleh perempuan Indonesia.
Wartapilihan.com, Jakarta — Berbisnis di era sekarang, perempuan justru lebih mampu bertahan karena berbagai faktor. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menjelaskan, ada banyak kelebihan perempuan dalam berbisnis, yakni relasi yang lebih luas, ketelatenan, kreativitas, dan tidak mudah putus asa yang lebih dimiliki perempuan.
Salah seorang pelakon wirausaha, Siti Awaliyatul membagi strateginya dalam berbisnis. Ia merupakan enterpreneur muda produk abon ikan Saung Kilengser melalui pemberdayaan nelayan di Pantai Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Perempuan dengan sapaan akrab Awa ini mengaku sudah suka berbisnis sejak kelas 3 SD sebelum akhirnya konsisten menjalani bisnis yang saat ini sedang ditekuninya.
“Inti bisnis kan jualan, jadi udah mulai jualan sejak kelas 3 SD. Seneng aja gitu bisa dapet uang dari usaha sendiri.. SMP sampai SMA masih jualan. Bahkan kuliah masih jualan,” ungkap Awa kepada Warta Pilihan, Senin pagi, (21/8/2017).
Dilatarbelakangi permasalahan ibu-ibu di Sukabumi yang lebih menyukai menjadi TKW, Awa tergerak untuk memberdayakan masyarakatnya karena produksi ikan yang sangat melimpah, potensial serta bernilai tinggi. “Potensi ikan disana besar banget. sayang kalau dijual mentah gitu aja. Nilai ekonominya bisa jadi lebih tinggi kalau diolah,” lanjut Awa.
Alumni Arsitektur dan Perencanaan Universitas Indonesia ini mengatakan, hal yang penting dalam berbisnis bukan selalu modal. Pasalnya, strategi justru lebih penting daripada modal itu sendiri. “Dulu pernah bahas ini juga sama mentor, terus dijawab, ’emang butuh modal berapa? 10 juta? kalau dikasih 50 juta sekalian, yakin ngga bisnisnya jalan? yakin ngga bisa berkembang? Kalau jawabannya ngga, berarti hambatannya bukan modal,” ujar dia.
“Ada yang dikasih kucuran dana ngga habis-habis, bisnisnya mati. ada yang mulai dari nol, malah jalan. Jadi, bergantung apa? strategi,” lanjutnya.
Menurutnya, bisnis sebaiknya tidak dijadikan sebagai sampingan agar fokus. Bisnis pun, menurut Awa tidak bergantung pada gender semata. Yang penting apa yang dibisniskan kita menyukainya. “Bisnis apa? Kita hobi apa? Saya pernah bisnis kerajinan dari kain goni juga karena saya senenggg banget jahit dan bikin kerajinan. Sempet banyak peminatnya dan peluangnya juga bagus. cuma berhenti karena mau fokus sama Saung Kilengser dulu. Suka banget seafood soalnya,” ujarnya.
“Hobi apa lagi misalnya? Jalan-jalan. Bisa dijadiin bisnis? bisa banget. misal open trip ke Kepulauan Seribu, kita jadi guide-nya,” tutur Awa.
Adapun hal-hal yang harus dihindari dalam berwirausaha, ia menerangkan, agar jangan
menunda-nunda peluang yang ada, cepat merasa puas, takut mencoba dan cenderung pesimis, cepat menyerah saat sedang sepi, dan sungkan untuk bertanya dan bekerja sama. Ia juga mengungkapkan, bisnis itu dapat diumpamakan layaknya menjalani pernikahan. Ada permasalahan sedikit bukan untuk mengganti suami, tetapi untuk diselesaikan.
“Bisnis itu kayak nikah, jangan baper. Harus serius, bener-bener. Ada masalah, selesaikan, bukan ganti bisnis. Semakin kita bertahan, semakin kita banyak ditempa masalah, kemampuan kita semakin bertambah. Jangan malah ganti bisnis. Masa iya nikah mau ganti suami kalau ada masalah dikit? Sederhananya sih gitu,” tandasnya.
“Di awal harus bener-bener diteguhkan niatnya. Kalau boleh sharing, kenapa saya mau di bisnis, karena Khadijah r.a juga pebisnis,” pungkas dia.
Eveline Ramadhini