Di belakang hari, para ilmuwan Barat mengungkap hikmah pesan Nabi tersebut. Ternyata, adab menyembelih itu tidak hanya agar binatang tak tersiksa, tapi juga untuk kepentingan manusia.
Sebagaimana dikutip dari Saddad bin Aus ra, Nabi SAW mengingatkan, ‘’Sesungguhnya Allah mewajibkan kamu berbuat baik dalam segala hal. Bila kalian harus membunuh atau menyembelih, lakukanlah dengan baik.’’ Pada kesempatan lain beliau mengatakan, ‘’Tajamkan pisau dan senangkan binatang sembelihannya.’’
Di belakang hari, para ilmuwan Barat mengungkap hikmah pesan Nabi tersebut. Ternyata, adab menyembelih itu tidak hanya agar binatang tak tersiksa, tapi juga untuk kepentingan manusia. Ressang, pakar kedokteran hewan asal Perancis, pada 1962 menemukan bahwa daging hewan yang disembelih dalam keadaan nyaman berkualitas lebih baik. Yaitu lebih tahan lama disimpan dan rasanya enak. Karena itu, ‘’Hewan yang akan disembelih jangan sampai kecapaian atau stress,’’ ujarnya.
Sebaliknya, pemukulan atau penjatuhan hewan, menyebabkan memar dan perdarahan di bawah kulit dan daging. Ini mengakibatkan darah tidak keluar dari tubuh hewan dengan sempurna. Hasil penelitian Epley (1974) menunjukkan, semakin tuntas darah dikeluarkan kian baik mutu dagingnya. Dan menurut Thornton & Gracey (1974), pengeluaran darah akan sempurna hanya bila binatangnya benar-benar sehat.
Bagi kaum ‘’pecinta binatang’’, penyembelihan hewan secara tradisional juga merupakan pembantaian tak beradab. Selain itu, jelas tidak praktis.
Karena itu, di negara Barat, sebelum disembelih hewan besar biasanya dipingsankan (stunning) menggunakan bius. Pembiusan dilakukan dengan membekapkan gas karbon (CO2), menyetrum otak, atau menembak binatang dengan captive bolt pistol. Dalam keadaan pingsan, barulah hewan disembelih.
Kiat itu memang mengatasi kelemahan penyembelihan tradisional. Tapi, bukan berarti tanpa resiko. Misalnya, bila dosis obat bius tidak tepat, binatang bisa jadi mengamuk atau mati. Keduanya sama-sama merepotkan.

Pembiusan juga meningkatkan tekanan darah arterial, kapiler, dan sistem vena (Thornton & Gracey, 1974). Ini menyebabkan pecahnya kapiler bila penyembelihan terlambat dilakukan, sehingga mengakibatkan perdarahan (blood splashing) pada karkas. Mutu daging turun karenanya.
Penelitian seperti yang dilakukan Blomquist (1959), Hiner (1971), Van der Wall (1975), Overstreet (1975), Mc Loughilin & Davidson (1966), dan lain-lain, juga membuktikan bahwa semua bentuk pemingsanan di atas berdampak menurunkan kualitas daging.
Pemerintah dan Majelis Agama Brunei Darussalam, melarang stunning. Mereka juga menolak ayam impor yang dipingsankan sebelum dipotong. Tapi di banyak negeri Islam lainnya, pemingsanan diijinkan asal benar-benar dikontrol sehingga hewan tidak sampai mati sebelum disembelih.
Puasakan Hewan Qurban
Memuasakan hewan qurban sekitar 6 jam sebelum dipotong/sembelih, untuk melambatkan metabolisme tubuh hewan. Melambatnya metabolisme akan menurunkan suhu badan, sehingga meredam reaksi biokimia dalam tubuh hewan setelah disembelih.
Reaksi metabolisme daging yang terjadi setelah pemotongan adalah pemecahan glikogen (gula daging) menjadi gula lebih sederhana yang akan diubah jadi asam laktat lewat respirasi anaerob (tanpa oksigen).
Meningkatnya
asam laktat akan menurunkan pH. Dan pH rendah akan membuat protein daging
terdenaturasi sehingga merusak sifat fungsional protein daging.
Takbir dan Do’a
Sebelum hewan qurban disembelih, takbir dan sebait do’a dilafalkan da’i atau ustadz yang diikuti dan diaminkan jamaah.
Seperti pernah dilansir Kantor Berita Kuwait, KUNA, menurut hasil penelitian di Universitas Suriah, basmalah dan takbir sebelum penyembelihan sangat berpengaruh terhadap laju perkembangbiakan mikroba daging hewan sembelihan.
Penelitian itu dilakukan tim yang terdiri 30 profesor spesialis lintas-bidang yakni ilmu kedokteran laboratorium, bakteri, virus, gizi dan kesehatan daging, patologi, anatomi, dan kesehatan hewan dan penyakit, selama tiga tahun.
Juru bicara penelitian, Dr Khalid Halawah, mengungkapkan, berdasarkan uji coba laboratorium, serat daging yang disembelih tanpa Bismillah dan Takbir laju pembiakan bakterinya jauh lebih tinggi dalam media darah yang tertahan di daging. Sedangkan daging yang disembelih dengan Bismillah dan Takbir, relatif steril dari bakteri dan kuman pada darah yang nyaris tak tersisa dalam daging.
Hasil penelitian tersebut menjadi salah satu bukti atas kebenaran firman Allah SWT: ”Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya” (QS Al-An’aam: 118). Demikian juga firman Allah SWT: ”Dan janganlah kamu mamakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya…. (QS Al-An’aam : 121).
Jangankan makhluk bernyawa seperti hewan ternak, makhluk tak hidup seperti air pun konon bereaksi positif terhadap do’a. Seperti diungkap DR Masaru Emoto dalam bukunya The True Power of Water, berdasarkan hasil penelitiannya bersama ahli mikroskop Kazuya Ishibashi, formasi kristal air dipengaruhi oleh ucapan manusia baik yang positif maupun negatif.
Air yang dikata-katai positif seperti do’a, akan memiliki kristal berbentuk segi enam yang indah. Sebaliknya, jika air dikata-katai jelek, kristalnya berbentuk gambar yang tidak indah sama sekali. Secara logis hubungan ini dapat terjadi karena tubuh manusia terdiri 70% air.
Menggantung Ternak
Setelah disembelih dan benar-benar mati, hewan qurban selanjutnya dipisahkan kepala, kaki mulai dari karpus/tarsus sampai kuku, pengulitan, dan seterusnya.
Menyiangi kulit hewan qurban dengan menggantung hewan dengan posisi kepala di bawah, baik untuk kualitas daging. Posisi ini menyebabkan darah mudah keluar dari tubuh hewan secara optimal sehingga nyaris tak tersisa. Sebab, kandungan darah pada daging akan merusak flavor daging (bau amis darah). Darah juga mempercepat pertumbuhan mikroba perusak daging.