“Wahai penduduk Madinah, janganlah kamu memakan daging kurban di atas tiga hari.” Lalu orang-orang mengadu kepada Nabi, bahwa mereka mempunyai keluarga, kerabat, dan pembantu. Maka Nabi bersabda,”[Kalau begitu] makanlah, berikanlah, tahanlah, dan simpanlah!” (HR. Muslim).
Wartapilihan.com, Jakarta –Hadits tersebut merupakan landasan bagi Superqurban untuk melakukan inovasi dalam pemberian daging kurban, yakni dengan membuat pengelolaan daging kurban menjadi lebih awet.
Cara membuat daging lebih awet adalah daging mentah dikemas menjadi kornet dan rendang, dengan tujuan agar bisa disimpan lebih lama atau dibekukan terlebih dahulu. Menurut Rizky, salah satu orang relawan Rumah Zakat, hal seperti ini dibutuhkan untuk membentuk ketahanan pangan.
“Hati ini bergetar.” Begitulah ungkapan Rizky, seorang relawan Rumah Zakat ketika menjejakkan kakinya di Desa Maeno Rendah, Maluku Tengah awal Juli 2018 lalu. Matanya berkaca-kaca, melihat tragedi kelaparan yang melanda Suku Mausu Ane.
“Di sanalah, tersiar kabar tiga orang warganya mati kelaparan, dan lainnya kekurangan gizi. Dengan membopong kornet dan rendang Superqurban, kami menyelusup hutan nan perawan. Mencapai suku pedalaman memang tak mudah. Mereka hidup nomaden, dari satu belantara ke belantara lainnya,” kata Nur Efendi, CEO Rumah Zakat.
Rasa lelah itu tiba-tiba lenyap, ia melanjutkan, ketika melihat mereka dengan lahap menyantap daging kurban, yang boleh jadi dikurbankan satu tahun lalu, namun masih bisa dinikmati hingga kini, dan bahkan saat bencana gempa besar melanda Lombok baru-baru ini.
Sepuluh ribu paket superqurban tiba, mengisi menu dapur umum di desa dengan dampak terparah seperti Dusun Mentareng Desa Obel-obel, Sambelia Lombok Timur.
“Pada kondisi darurat alias emergency, superqurban rupanya menjadi salah satu alternatif cadangan makanan yang begitu bermakna. Para pengungsi di Somalia, Suriah, Palestina, Rohingya, Bangladesh, hingga pelosok negeri ini saksinya,” kata Nur.
Superqurban merupakan organisasi bentukan Rumah Zakat yang memberi perhatian pada asupan protein bagi warga Indonesia maupun dunia yang membutuhkan; bahkan menjejak di daerah perang hingga titik terujungnya. Sampai tengah tahun 2018, sudah 213.460 paket kornet dan rendang hadir di 1.234 desa dari Aceh hingga Papua.
Hadits sang Nabi SAW menguatkan kami, agar daging kurban bisa disimpan lebih lama, tidak menumpuk di satu tempat dan dapat didistribusikan merata. Dalam hadits lain (Bukhari) yang diriwayatkan Salamah bin al-Akwa’, Nabi bahkan menyebut bahwa sahabat dipersilakan untuk menyimpan daging kurban.
Di riwayat lainya, dari Aisyah r.a ia berkata” dahulu biasa mengasinkan daging udhhiyah (kurban) sehingga kami bawa ke madinah, tiba tiba Nabi SAW bersabda: “ janganlah kalian habiskan daging udhiyah (kurban) hanya dalam waktu 3 hari” (HR Bukhori, Muslim)
Organisasi ini telah dibentuk sejak tahun 2006, ia hadir dengan inovasi agar daging kurban dapat dinikmati lebih lama dan dapat dinikmati di wilayah yang bahkan belum mengenal kurban, dan kurban menjadi syiar Islam di sana.
“Setiap tahun selama tiga tahun terakhir, Alhamdulillah, pertumbuhan pekurban rata-rata mencapai 20 % sehingga kami dapat memproduksi 500 ribu hingga 1 juta kaleng yang dapat bertahan selama tiga tahun,” terangnya.
Ia menjelaskan, betapa berkahnya syariat kurban karena jutaan ton daging dapat disimpan terlebih dahulu yang bisa menguatkan cadangan pangan dan energi untuk ketahanan pangan nasional.
“Karenanya, membincang kurban, tak hanya dalam dimensi ritual semata. Superqurban hadir sebagai salah satu jawaban solusi ketahanan pangan, khususunya sumber energi dan protein hewani,” tegas Nur.
Momen Idul Adha, jelas dia, dapat menjadi saat yang tepat bagi umat Islam untuk berkontribusi menyediakan cadangan energi yang dapat dimanfaatkan lebih lama dan berkelanjutan bagi negeri ini sehingga kurban tak hanya momen meneladani Nabi Ibrahim as.
Pasalnya, kurban berdampak langsung menambah cadangan protein hewani ini yang kelak akan disalurkan ke wilayah-wilayah rawan pangan hingga daerah terluar, dan kurban menjadi solusi ketahanan pangan nasional.
“Ketahanan pangan, dalam al Qur’an merupakan hal penting yang tetap harus menjadi concern para pengambil kebijakan. Kisah Nabi Yusuf as dalam al Qur’an menginspirasi kami bagaimana agar suatu negeri berdaulat pangan,” imbuh Nur.
Nabi Yusuf as memprediksi bahwa akan ada masa 7 tahun normal dan 7 tahun paceklik, dan ia menyarankan agar menyimpan cadangan pangan selama tujuh tahun pertama (QS Yusuf : 47 – 48)
Menurut Nur, Nabi Yusuf menciptakan kedaulatan pangan bahkan di saat sangat sulit dengan membangun tempat menyimpan cadangan pangan agar dapat bertahan lebih lama, bahkan mengawasi distribusinya. “Ketika masa tidak ada produksi pangan, cadangan pangan menjadi sumber ketahanan pangan negerinya,”
Praktik pembangunan ketahanan pangan Nabi Yusuf as ini terbukti berhasil dan mampu mengatasi masalah pangan yang melanda negeri Mesir saat itu.
“Dan kini, kami yakin syariat kurban dapat menjadi solusi masalah pangan negeri ini. Melalui Superqurban, kami berharap dapat berpartisipasi dalam ketahanan pangan dan program penyediaan energi berkelanjutan bagi Indonesia dan dunia,” pungkas dia.
Eveline Ramadhini