Peluang Gatot di 2019

by
Foto: zuhdi

Politik negara menurut Panglima TNI adalah supremasi sapta marga dan mendukung kebijakan pembangunan yang dilakukan Presiden.

Wartapilihan.com, Jakarta –Pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, Panglima TNI Gatot Nurmantyo (GN) secara tidak langsung sedang memanfaatkan panggung politik yang disediakan oleh Presiden Joko Widodo. Menurut survey Kedai Kopi, Gatot berada di bawah elektabilitas Jokowi dan Prabowo.

“Jadi memang posisi Wapres Pak Jokowi ini agak lowong setelah Pak JK (Jusuf Kalla) menyatakan tidak akan maju. Jadi, Gatot salah satu kandidat paling kuat. Bisa saja nanti Prabowo mengizinkan Pak Gatot naik dan nanti akan seru. Pak Jokowi akan menghadapi lawan baru,” kata Hendri dalam sebuah diskusi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (7/10).

Menurut dia, peluang GN untuk maju melawan Jokowi pada 2019 mendatang memiliki kans besar. Sebab, apabila Prabowo maju kembali, sama saja melanggengkan Jokowi untuk maju dua periode.

“Masyarakat selain menilai kinerja pemerintah, tetapi top of mind masyarakat masih Jokowi dan Prabowo. Sekarang Maret 2018 dia (GN) akan pensiun. Kalau Pak Gatot mau benar-benar maju 2019, maka harus mempersiapkan seoptimal mungkin,” tambah pendiri lembaga survey Kedai Kopi itu.

Terlebih, jelas Hendri, Jokowi menampilkan sikap berseberangan dengan umat Islam yang akhirnya lahir Aksi Bela Islam mulai 910, 411, 212, dan seterusnya. Selain itu, Jokowi memiliki kedekatan hubungan dengan China yang menganut ideologi sosialis-komunis.

“Dalam posisi 411 dan 212, Pak Gatot dapat memanfaatkan momentum itu dengan baik sekali. Bisa saja Pak Jokowi sedang memainkan persaingan antara Gatot dan Tito. Bahkan Tito pernah berseloroh siap diberi tugas selain Kapolri. Jadi memang kode-kode itu sudah dimunculkan,” ungkap dia.

Hendri menyebut, sebuah hal yang wajar ketika sipil menjadi petahana, rakyat memiliki kerinduan militer kembali memimpin. Ada yang bereaksi positif dan negatif. Bahkan, kata dia, beberapa elemen aktivis pro Jokowi ada yang panik ketika Panglima TNI sangat dekat dengan umat Islam.

“Tapi tadi survey menunjukan, tokoh jenderal aktif dan tokoh yang terafiliasi militer elektabilitasnya semakin tinggi. Nanti bisa saja bukan hanya pendamping Jokowi, tapi juga bermunculan pasangan baru. Kombinasinya beraneka ragam. Kita tunggu saja kombinasi maut antara Gatot dan Fadli Zon he he he,” tutupnya berseloroh.

Direktur Imparsial Al Araf mengatakan, Panglima TNI sedang membuat prevailing politik. Dia menyarankan, Panglima untuk keluar dari institusi TNI apabila ingin berpolitik. Sebab, kata dia, Presiden sedang dalam keadaan dilematis. Apabila Panglima diberhentikan, maka akan membuat citra publik seolah-olah Panglima terdzalimi dan menimbulkan arus baru dukungan politik.

“Menurut saya Presiden jangan menghitung dalam konteks politik, tetapi dalam konteks tentara professional. Kepentingan rotasi dan reorganisasi menjadi sangat membutuhkan dalam suatu institusi ketika menemukan banyak polemik. Sebab, pernyataan Panglima mendorong kembali diputar film G30S PKI dan isu senjata ilegal, itu seolah-olah seperti tugas Wapres,” ujarnya.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *