WARTAPILIHAN.COM, Jakarta – Mitologisasi (pandangan hidup yang fatalistik) terus menggelinding seperti bola salju pasca kontestasi Pilkada DKI Jakarta. Masyarakat yang tidak suka kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dituduh anti kebhinekaan, anti NKRI, tidak pancasilais, rasis, dan diskriminatif. Salah satunya terjadi kepada dokter spesialis anestesi, dr. Chilafat Dalimunthe (Chacha) yang dituduh rasis oleh dr. Nancy Cynthia Weber.
“Setelah saya tahu mereka membuat Dokter Bhinneka Tunggal Ika, saya buat Dokter Aksi Bela Islam Medis, setelah itulah saya dibilang rasis. Mereka bilang hati-hati saya akan mencelakakan pendukung Ahok, padahal tidak ada satu pun pasien yang komplain, justru saya malah jadi dokter favorit. Nancy yang mengcapture status-status saya dan menembuskan ke PB IDI,” kata dr. Chacha.
Awalnya, ia tidak mengetahui saat membuka media sosial, ada 200 notifikasi yang mengomentari dirinya, termasuk dari BOD (both of director) RSU Sahid Sahirman dan Ikatan dokter anestesi Provinsi Bali.
“Setelah saya dapat info ternyata BOD Sahid Sahirman anaknya Ribka Tjiptaining. Saya memang Nggak suka Ahok. Sejak Ahok ngomong Al-Maidah 51, saya tidak mandang agama atau etnis dia, tetapi dia sudah jelas menyinggung perasaan umat Islam,” tegasnya.
Diketahui, melalui akun instagram sahidsahirmanhospital, pihak managemen RSU Sahid tanggal 23 Mei 2017 melakukan klarifikasi sepihak pemberhentian dr. Chacha tanpa alasan yang mendasar dan tidak memiliki relevansi kejadian.
“Saya sudah dapat jaminan dari Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) DKI, dr. Slamet Budiarso, andaikata saya dipecat pasti dia (managemen RSU Sahid), akan mendapat sanksi dari IDI. Yang jelas kalau mereka memberhentikan harus ada sebab tertulis, karena dokter di berhentikan apabila ada mal praktek sama mal susila,” ungkap spesialis anestesi ini.
Rencananya, dr. Chacha besok, Jumat (26/5) ini akan bertemu dengan manajemen Rumah Sakit Umum Sahid Sahirman dan Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kemayoran terkait tindaklanjut polemik yang terjadi.
“Kalau mereka memecat saya, dokter-dokter yang mendukung saya disana akan mengundurkan diri,” tandasnya.
Ia berharap berkumpulnya dokter dan tim advokasi dalam rangka membela agama Allah. Sebelumnya, dr. Chacha tidak membayangkan perjuangan Islam sangat menggembirakan dengan adanya dukungan dari seluruh pihak yang terus mengalir sampai hari ini termasuk personal message ke akun media sosialnya.
“Kita jangan lupa bahwasanya, satu ayat saja kita lupakan, Allah akan melupakan kita berlipat lipat. Saya akan tetap pada jalur hukum, kontak lawyer, diskusi dengan teman teman supaya tidak salah langkah,” tutupnya.
Senada dengan hal itu, tim advokasi Dokter Chacha Dalimunthe yang di koordinatori oleh Rangga Lukita Desnata akan menempuh somasi baik secara terbuka maupun langsung kepada para pihak diantaranya dr. Nancy dan portal Seword.com.
“Kita bikin somasi terbuka ke media sosial yang intinya kami minta mereka untuk menutup mulut terhadap tuduhan-tuduhan yang negatif. Apabila mereka setelah somasi tidak menutup mulut kami akan lakukan langkah tegas (lapor ke polisi). Akun FB bernama Nency Cynthia Wiber akan kami ingatkan, kami somasi langsung kepada dia,” papar advokat dari Street Lawyer Legal Aid tersebut.
Selain itu, Direktur Eksekutif LBH ini menantang Ahokers untuk menunjukkan satu komentar saja dari dr. Chacha yang rasis, membeda-bedakan pasien dan melanggar sumpah dokter.
“Kalau mereka mengaku Ahokers sebagai suatu ras, etnis atau agama yang baru, maka dr. Chacha bisa dibilang Rasis. Merekalah generasi yang baru lahir di abad ini,” tukas dia.
Menurutnya, setelah di identifikasi lebih jauh, Ahokers ada yang bentuk mesin dengan tujuan untuk menjatuhkan kredibilitas pihak yang tidak suka kepadanya.
“Jadi, ada Ahokers yang tidak tahu, Ahokers yang keterbelakangan intelektual dan Ahokers paham, tetapi sengaja ingin menjatuhkan kredibilitas klien kami. Tentu perilaku kami berbeda-beda terhadap 3 orang itu,” ujarnya.
Reporter: Satya Wira