Murid dan Etika

by
Dr. Much Hasan Darojat. Foto: Eveline.

Belum lama terjadi pemukulan pada Guru Budi yang meninggalkan hati yang miris melihat kelakuan murid masa kini. Ditambah kasus penganiayaan orangtua murid kepada Kepala Sekolah membuat anak-anak Indonesia patut bercermin, sejauh mana etika murid terhadap gurunya selama ini?

Wartapilihan.com, Jakarta — Orang-orang terdahulu sebetulnya sudah merumuskan bagaimana etika seorang murid terhadap gurunya. Salah satu perumusnya yaitu Ibnu Jama’ah.

Nama lengkap Ibn Jama’ah ialah Badruddin Ibn Jama’ah. Lelaki kelahiran Hamh, Syiria ini bermahdzab Syafi’i. Ia merupakan pemimpin para Qadi atau disebut Qadi al Qudat. Ia dikenal menguasai bidang tafsir, hadits, fiqih, ilmu Kalam, sejarah dan juga adab.

“Menurut Ibn Jama’ah, etika seorang murid ialah membagi kewajiban antara dirinya dan orang lain. Juga, ia punya kewajiban bagi dirinya membersihkan hati, mengurangi makan dan tidur, dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat, itulah prasyarat masuknya ilmu,” kata Dr. Much Hasan Darojat, di Kalibata INSISTS, Sabtu, (17/2/2018).

Dahulu, ia mengungkapkan, murid banyak melakukan rihlah ke berbagai negeri, seperti yang dilakukan Imam Al-Ghazali.

“Tradisi rihlah ilmiah sangat kuat sekali (dahulu). Karena dulu enggak ada batasan visa, sekarang sudah dibatasi negara. Tetali tidak apa-apa, yang kita bisa lakukan sekarang antar wilayah, pergi keliling Indonesia yang kuat untuk proses thalabul ilmi,” tukas Hasan.

Dalam pencarian ilmu, menurut dia sangat penting untuk memahami diri sendiri, yaitu menentukan golden time untuk belajar. Dengan demikian, dapat memahami waktu, tempat dan kesehatan. “Cari golden time ketika belajar. Ulama kita itu sedikit tidur, banyak menulis malam hari. Istirahat untuk energi saja, selebihnya perbanyak belajar. Kalau saya golden time-nya sehabis subuh misalnya, karena masih fresh,”

Cara memilih guru pun harus jadi perhatian menurut Hasan. Murid seyogyanya tidak hanya menghormati guru, tetapi juga anak dan keluarganya. “Relasi murid dan guru dalam tradisi Islam seperti silaturahmi dengan keluarga. Akan sangat dekat, dilakukan orang-orang terdahulu. Kemudian ketika belajar dengan seorang guru harus seorang pasien kepada dokter, menerima apa yang dikatakan,” ia mengungkapkan.

Sifat kritis pun juga mesti dimiliki seorang murid, namun tetap tunduk dan patuh. Ia mencontohkan Rasulullah yang mencium Hajar Aswad. “Padahal batu itu hitam, kalo Rasulullah tidak menciumnya niscaya sahabat tidak mau menciumnya. Dia kan kritis berarti, tapi tetap patuh dan tunduk,” pungkas dia.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *