Judul buku: Pendidikan Mencerahkan dan Mencerdaskan Bangsa
Penulis: Syamsudin Kadir
Penerbit: WR, Yogyakarta, 2018, 149 halaman
Wartapilihan.com, Jakarta – Pendidikan memiliki peran yang sangat menentukan bagi pola pikir dan juga adab bagi generasi penerus. Pihak-pihak yang berperan dalam membangun pendidikan yakni pemerintah, guru, dan orangtua sangat perlu untuk berstrategi, menyusun apa yang paling tepat bagi anak-anak kita.
Di dalam buku ini berisi esai-esai tentang pendidikan yang berisikan mengenai ide dan gagasan seputar pendidikan. Kadir percaya, kekuatan generasi milenial pada dasarnya ada pada ide, gagasan, inovasi, narasi, kreatifitas dan juga karya-karyanya. Opini atau esai mengenai pendidikan ini ia rangkum dari berbagai media yang pernah mempublikasikannya, seperti di kolom Wacana Harian Umum Radar Cirebon, Fajar Cirebon, Rakyat Cirebon, dan sebagainya selama dua tahun terakhir.
Kadir mencoba membahas bagaimana pendidikan dapat diaplikasikan kepada generasi milenial. Dia mengatakan, generasi yang hadir dalam luapan gelembung teknologi ini di satu sisi patut disyukuri, di sisi lain perlu berhati-hati.
Kehadiran generasi ini tak patut untuk diremehkan dan bahkan perlu diakui, menurut dia. Misalnya, dengan kehadiran da’i-da’i muda seperti Hanan Attaki, Evie Effendi, dan lain sebagainya, yang muncul di panggung dakwah layak diapresiasi.
“Dakwah itu mengajak, bukan mengejek; dakwah itu membina, bukan menghina; dakwah itu nasehat bukan menghujat; dakwah itu menyatukan, bukan bermusuhan,” jelas dia di halaman 44.
Setiap generasi, ia yakin pasti ada zamannya. Para generasi ini tenty membutuhkan narasi Islami yang naratif dan adoptif. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ali bin Abi Tholib, “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka bukan hidup di zamanmu.”
Dalam bukunya, ia memberikan konsep-konsep untuk mempersiapkan peserta didik dengan berbagai kompetensi, seperti (1) memiliki kompetensi untuk kolaborasi lintas latar, seperti negara, budaya, bahasa maupun profesi, (2) memiliki kompetensi dalam komunikasi global dalam hal penguasaan bahasa, (3) menguasai teknologi dan informasi dengan baik, dan (4) memiliki kemampuan berpikir kritis agar terhindar dari berita hoaks.
Hal yang Kadir garis bawahi dalam mendidik generasi bangsa, kembali ke pendidikan adab sangat penting. Pasalnya, tantangan umat Islam saat ini adalah kekacauan ilmu, dimana terjadi kekeliruan dalam konsep memahami agama Islam sehingga kerap mengamalkan Islam dengan buruk dan Islam akhirnya dicitrakan buruk.
Belum lagi, hilangnya adab dalam masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil penelusurannya, Kadir setuju dengan konsep pendidikan adab yang ditawarkan Dr. Adian Husaini bahwa konsep pendidikan adab jauh lebih kompeherensif dibandingkan dengan pendidikan karakter yang saat ini sedang diaplikasikan.
“Sebab pendidikan karakter berpijak pada budaya, sementara pendidikan adab berpijak pada Wahyu Allah yang suci, baik Al-Qur’an maupun hadits dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi Wa Sallam,”
Bagi para pendidik, konseptor pendidikan dan juga orang tua perlu membaca buku ini sebagai bahan pemantik inspirasi mengenai bagaimana idealnya sebuah pendidikan, baik yang sedang berlangsung maupun di masa yang akan datang.
Eveline Ramadhini