Mengatasi Anak yang Bicara Kasar

by
foto:https://1.bp.blogspot.com

Peran orangtua sangat signifikan untuk meredam anak yang suka berbicara kasar. Bagaimana cara mengatasinya?

Wartapilihan.com, Jakarta –Perempuan itu meneteskan air matanya sembari bercerita. Perempuan yang merupakan seorang ibu itu menangis karena sang anak yang berkata kasar jika keinginannya tidak terpenuhi. Anak itu berkata ala kebun binatang manakala kemarahannya sudah meluap-luap.

Begitu cerita Ahmad Syarief selaku Trainer dan Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati menceritakan pengalamannya yang dihubungi salah satu orangtua, Selasa, (21/11/2017). Hingga, ketika Ahmad berupaya untuk mendekati dan bertanya pada anak tersebut, tentang apa yang sebetulnya ia inginkan, sang anak berkata, “Aku cuma ingin orang tuaku ngertiin aku,” ungkapnya sambil terisak dan mengeluakan air matanya.

“Saya pun penasaran dengan maksud kalimat yang dilontarkan, hingga akhirnya ia mengungkapkan bahwa dirinya tidak ingin disalahkan dan dibandingkan,” kata Ahmad.

Ahmad menjelaskan, anak merasa kesal saat setiap ada masalah yang menimpa dirinya. Ketika sang anak selalu curhat ke ibu atau ayahnya. Sesuatu yang ia harapkan dari orangtuanya berupa dukungan, penerimaan, dan semangat serta pelukan tidak kunjung didapatkan.

“Ini terjadi selama kurang lebih 2-3 tahun lamanya. Sungguh kesal, marah, dan benci seketika itu terjadi pada dirinya hingga tertumpuk dan meletuslah luapan emosi kemarahannya,” tukas Ahmad.

Ahmad pun mengilustrasikan saluran air yang mampet. Tugas orangtua adalah membuat saluran tersebut lancar agar tidak terjadi banjir. “Jadi, saat anak sedang dalam masalah, jangan pernah menyalahkan anak. Terima saja perasaan atau emosinya dulu,” lanjutnya.

Ia memberi contoh percakapan sederhana, “Bu, masa tadi aku diejek sama temanku di depan kelas.” Biasanya respon orangtua adalah menyalahkan. “Ya, kamunya mungkin yang ngeledek duluan,” atau bahkan membandingkan, “Coba kalo pendiem kaya kakak kamu pasti gak diejek,” tutur Ahmad mengilustrasikan.

Kendati menyalahkan atau membandingkan, Ahmad menekankan, seharusnya orangtua memberikan pola komunikasi yang baik. Pasalnya, jika tanggapan yang demikian, anak merasa tidak nyaman.

Ahmad mencontohkan contoh yang baik, ‘Ya Allah, malu ya kamu diejek teman? Malu banget ya?’

“Komunikasi ini biasanya akan membuat anak menjawab dan akan menceritakan/mengalirkan apa yang terjadi padanya (emosinya),” tandas Ahmad.

Ahmad menyarankan kepada para orangtua agar mencoba untuk alirkan emosi anak yang sedang bermasalah. “Meminta maaflah jika terlanjur keliru selama berkomunikasi dengannya dan ubahlah cara kita berkomunikasi dengan anak yang beranjak remaja,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *