Salah satu teknik memperkenalkan produk halal adalah menanamkan kepada anak sejak kecil bahwa dirinya merupakan seorang muslim. Konsekuensi logisnya, seorang muslim dengan muslim lain bersaudara, saling memberi masukan dan berpegang teguh pada ketetapan Allah Swt.
Wartapilihan.com, Jakarta — Makanan halal dan thayyib mempunyai pengaruh yang besar dalam proses pembentukan psikis dan fisik manusia, jika makanan yang disuplay ke dalam tubuh manusia tidak mengindahkan seruan Allah, maka segala kemudharatan akan datang tidak hanya di dunia tetapi juga diakhirat.
Diantara perintah Allah yaitu Surat Al-Maidah ayat 88, artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (Q.S Al-Maidah 88).
Di acara pamungkas Indonesia Halal Expo (INDHEX), Sabtu (3/11), tiga pemateri dari pendongeng dan auditor LPPOM MUI menjelaskan terkait kehalalan makanan dan minuman yang dimakan seseorang akan berdampak kepada perilakunya sehari-hari.
“Ibu-ibu, anak-anakku sehat hari ini? Insya Allah jika kita mengkonsumsi produk halal, hidup akan tenang dan Allah mengabulkan doa kita. Karena yang kita konsumsi akan menjadi daging dan dari daging tersebut darah mengalir,” sapa Pegiat Halal Marissa Haque membuka Talkshow Parenting kepada ratusan pengunjung yang memadati Exhibition Hall Smesco, Jakarta.
Ia menuturkan, seperti jeroan di dalam daging babi, meskipun ada teknologi yang dapat menghilangkan cacing pita. Tetap saja karakter dari hewan yang diharamkan tersebut akan mempengaruhi tabiat manusia.
“Apakah yang kita konsumsi sudah dipastikan betul dan berkah di mata Allah? Sebab, halal itu sendiri terdapat dari dzat dan prosesnya,” ujarnya.
Marissa mengatakan, salah satu metode menanamkan nilai halal kepada anak yaitu learning by example (mengajarkan dengan contoh). Sebab, usia anak dari 0 sampai 12 tahun adalah masa eksploratif. Ayah dan ibu harus bekerjasama untuk mendidik anak agar dapat menjaga keseimbangan.
“Modal awal untuk menciptakan anak yang shalih dan shalihah adalah keharmonisan antara orang tua dengan membangun komunikasi efektif dan lingkungan yang baik di sekitar anak,” katanya.
“Karena, ketika anak kita mengenal dunia luar, itu sangat tidak bisa dijangkau. Kecanggihan teknologi dan luasnya pergaulan sangat berbahaya. Maka, kalau tangan kita tidak bisa menjangkau, berdoa kepada Allah, minta agar tangan Allah yang menggerakkan,” sambung dia.
Selain itu, teknik memperkenalkan produk halal adalah menanamkan kepada anak sejak kecil bahwa dirinya merupakan seorang muslim. Konsekuensi logisnya, seorang muslim dengan muslim lain bersaudara, saling memberi masukan dan berpegang teguh pada ketetapan Allah Swt.
“Ketika tetangga ibu ada yang menawarkan makanan haram, maka dia sedang melemahkan aqidah kita. Kita cukup bertoleransi dengan cara membiarkan. Bersatu bukan berarti harus sama dan berbaur bukan berarti harus melebur,” ujarnya menjawab salah satu pertanyaan peserta yang menanyakan di saat tetangga non muslim menawarkan makanan haram.
Dalam kesempatan sama, pendongeng dan pemerhati kebangsaan Indonesia Mochammad Awam Prakoso atau disapa akrab Kak Awam menyampaikan teknik mendongeng untuk menjelaskan kepatuhan halal kepada anak.
Menurut dia, mendidik anak merupakan proses yang tidak pernah selesai. Dalam materi cerita yang disampaikan, seorang pendongeng harus memerhatikan efek samping. Apakah materi tersebut baik dan memiliki nilai pesan atau tidak.
“Materi yang terbebas dari efek samping seperti kekerasan, percintaan, SARA, dan sebagainya harus menjadi perhatian serius pendongeng, agar tidak berdampak buruk terhadap anak dalam jangka panjang,” ujarnya.
Kedua, teknik dalam menyampaikan cerita, pendongeng harus memiliki banyak referensi cerita yang edukatif dan komunikatif untuk membangkitkan rasa penasaran anak.
“Inovasi suara hanya metode saja. Kuncinya di lidah dan tenggorokan. Kemudian juga harus ikhlas. Dengan teknik mata yang baik, sang anak akan luruh,” katanya.
Awam menerangkan, agama Islam adalah agama fitrah dimana di dalamnya mengatur tentang seluruh aspek termasuk halal. Untuk itu, mendidik anak tidak mendadak. Kesabaran adalah mahkota. Dan kesabaran dapat dilakukan dengan cara kreatif. Salah satunya mendongeng.
“Kita bisa menggunakan media dongeng, sebagai media edukatif untuk menjelaskan makanan yang halal dan haram. Termasuk makanan yang didapatkan dengan cara yang halal,” tandasnya.
Auditor LPPOM MUI Lia Amalia, menjelaskan bahwa salah satu cara mengidentifikasi produk halal adalah dengan melihat logo LPPOM MUI. Jika hanya tulisan halal dengan lafadz arab, ia memastikan bahwa produk tersebut belum mendapatkan sertifikat halal.
“UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 dapat melindungi masyarakat yang merasa dibohongi dengan cara melapor ke kepolisian terdekat untuk nanti ditindaklanjuti,” ujarnya.
Berikut adalah beberapa hak yang Anda dapat sebagai konsumen:
1. Hak memilih barang atau yang akan dikonsumsi
2. Hak mendapat kompensasi dan ganti rugi
3. Hak dilayani, diperlakukan dengan baik tanpa diskriminasi
4. Hak mendapat advokasi dan perlindungan serta upaya penyelesaian sengketa
5. Hak didengar pendapat dan keluhannya
6. Hak atas keamanan, kenyamanan, keselamatan dlm mengkonsumsi
7. Hak mendapat informasi yg benar, jelas, dan jujur atas apa yang akan dikonsumsi
8. Hak mendapat barang/jasa sesuai nilai tukar dengan kondisi dan jaminan yang dijanjikan
Di paparannya, Lia juga mengajak pengunjung untuk menerapkan gaya hidup halal dalam kehidupan sehari-hari. Maka itu, LPPOM MUI mengadakan serangkaiaan kegiatan mulai dari olimpiade halal, seminar halal, teknik menjadi auditor dan menerapkan sistem jaminan halal di perusahaan.
“Jika ada dua pilihan produk dihadapan bapak dan ibu, maka pilih (produk) yang telah memiliki sertifikat halal,” pungkasnya.
Ahmad Zuhdi