Gedung-gedung pencakar langit menjulang, jalan raya menghampar. Semua itu dibangun, apa esensinya?
Wartapilihan.com, Depok –Jumlah penduduk perkotaan, pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 100 juta jiwa; hampir setengah jumlah penduduk di Indonesia tinggal di perkotaan. Kota bak magnet yang mengundang perhatian dari banyak masyarakat; gaya hidup modern, instan, juga di sisi lain membawa segala permasalahannya.
Membangun kota, sejatinya adalah pembangunan manusia. Pemanusiaan manusia hal yang paling pokok dalam pembangunan itu sendiri.
Hal ini disampaikan oleh Yayat Supriatna sebagai pengamat perkotaan. Ia melihat, di era ini perilaku manusia semakin berubah. Terlebih semenjak ada benda bernama gawai atau gadget, perilaku konsumsi pun berubah yang tadinya kebanyakan dibeli secara offline atau di tempat, kini dengan hanya menggeser jari, semua dapat lakukan transaksi.
“Mengapa mereka begitu tertarik untuk membeli? Sekarang kita sudah dipaksa untuk melakukan pembayaran elektronik,” ujar Yayat, saat menjadi pembicara, di Gedung Auditorium Soeria Atmadja, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Depok, Kamis, (5/9/2017).
Yayat menjelaskan, ada penelitian menyebutkan, perceraian meningkat 40% akibat 10 hingga 12 jam meninggalkan rumah. Orang-orang yang ada di pinggiran kota, seperti Depok, Bekasi, Bogor, hampir semua orang menggunakan kereta untuk bekerja.
“Orang jaman sekarang sangat takut dengan kemacetan. Yang dulu berangkat dari pukul 6 pagi, sekarang habis subuh langsung berangkat ke KRL,” papar dia.
Selain transportasi Kereta Rel Listrik (KRL), biasanya masyarakat banyak yang memilih ojek online sebagai alternatif tambahan. Menurut Yayat, banyak orang yang memilih menggunakan Uber, Go-Jek ataupun Grab karena murah dan cepat. Ia menekankan, saat ini orang tidak memperhatikan lagi keselamatan sebagai hal yang paling utama.
“Keselamatan bukan lagi yang utama, bahkan ada di peringkat 18. Perubahan struktur paling besar yang mempengaruhi pilihan masyarakat (menggunakan transportasi online),” tukas Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia ini.
Kendati perilaku manusia yang mulai berubah dan semakin kompleks, ia menegaskan untuk tidak mempermasalahkan masalahnya, tetapi mencari inovasi dan solusi. “Kita harus jadi bagian dari perubahan. Cari inovasi dan solusinya,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini