LULUSAN SMA INGIN JADI ORANG BESAR, INGATLAH PESAN TOKOH PENDIDIKAN INI

by

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Para santri atau pelajar lulusan SMA, ingatlah pesan penting dari tokoh pendidikan nasional ini! Itu jika kalian ingin menjadi “orang besar!”  Rugi sekali jika hidup sekali, tetapi tidak memiliki cita-cita untuk menjadi orang besar, menjadi pemimpin, dan berguna bagi masyarakat!

            Lulus SMA jangan asal melanjutkan kuliah. Pilihkan kampus yang benar-benar mendidik kalian menjadi orang besar. Jangan memilih kampus karena ikut-ikutan opini salah, bahwa kampus hebat adalah yang lulusannya banyak duitnya – tanpa dipedulikan iman dan akhlak mereka. Dalam pandangan Islam, seorang disebut mulia jika ia bertaqwa, berakhlak mulia, dan berguna pada sesama.

            Tokoh pendidikan nasional itu adalah KH Imam Zarkasyi, salah satu pendiri pesantren Gontor Ponorogo. Beliau merupakan seorang ulama dan guru pejuang sejati. Karya pendidikannya sudah teruji dan terbukti. Inilah pesan beliau agar kalian menjadi kader-kader pemimpin dan insyaAllah ke depan menjadi “orang besar”.

            “Kalian kami didik untuk menjadi kader-kader pemimpin dan juga belajar menjadi orang besar.  Apa itu orang besar, apakah mereka yang jadi pengusaha besar, atau ketua partai, ketua ormas Islam yang besar?  Bukan itu yang saya maksud sebagai orang besar! Orang besar itu adalah mereka yang lulus dan keluar dari pesantren ini kemudian dengan ikhlas mengajarkan ilmunya kepada orang-orang di pelosok-pelosok, sampai di kaki-kaki gunung. Dimana pun mereka berada, di bukit-bukit, atau di kolong jembatan sekalipun. Itu yang saya maksud orang besar!”  (https://www.youtube.com/watch?v=igtKApYniCU).

             Nah, itulah orang besar yang sesungguhnya! Orang yang mengajarkan ilmunya kepada masyarakat adalah orang besar karena ia telah memberikan manfaat terbesar untuk masyarakat, bangsa dan negaranya. Menjadi guru yang ikhlas dan benar merupakan pekerjaan sangat mulia karena ia telah berinfaq ilmu. Ia berjihad di jalan Allah.

            Manfaat apa lagi yang lebih besar daripada ilmu yang manfaat yang diterima oleh seseorang sehingga ia menjadi manusia yang baik. Tidak ada kemanfaatan yang lebih tinggi nilainya dari itu. Orang bisa bersedekah harta sebanyak-banyaknya. Tapi, kalau harta itu tidak menambah ketaqwaannya, maka harta itu bukan memberi manfaat, melainkan menambah kemudharatannya.

            Karena itulah, pesan KH Imam Zarkasyi itu sangat penting untuk terus-menerus kita sebarkan kepada para santri, guru-guru, dan juga orang tua santri. Jangan sampai para santri itu sudah enam tahun di pesantren, tetapi merasa tidak punya ilmu yang berharga. Ilmu-ilmu yang didapat di pesantrennya dianggap ilmu rendahan sehingga ia merasa rendah diri dengan pelajar-pelajar lain.

            Padahal, para santri itu sudah menguasai ilmu-ilmu yang fardhu ain, seperti ilmu untuk bisa shalat dengan benar, bisa berwudhu dengan benar, bisa thaharah dengan benar, bisa membaca al-Quran dengan benar, berakhlak mulia, memahami perbedaan yang halal dan yang haram, memahami keimanan dan kekufuran, memahami kemuliaan dan kehinaan. Semua itu merupakan ilmu-ilmu yang sangat tinggi derajatnya. Itulah ilmu-ilmu yang fardhu ain.

            Tetapi, harus diakui, tantangan pemikiran yang dihadapi para santri dan orang tua sangatlah kuat. Sebab, mereka sudah diajar, bahwa sukses hidup itu terutama jika bisa kuliah di kampus favorit yang diduga kuat memudahkan mendapat pekerjaan yang duitnya banyak. Dominasi pemikiran sekularisme dan materialisme seperti ini amat sangat dominan.

Inilah pantingnya para santri diajar dan diingatkan terus-menerus agar menjaga idealismenya dan tidak mudah tergoda dengan kejayangan duniawi yang semu. Ingatlah pesan Rasulullah saw: “Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya ditujukan dengannya untuk mendapatkan ridha Allah ‘Azza wa Jalla, tetapi dia justru mempelajarinya hanya untuk mendapatkan sekeping kenikmatan dunia, maka dia tidak akan mencium baunya surga pada hari Kiamat.” (HR. Ahmad).

Para santri yang lulus pesantren lalu mengajarka ilmunya kepada masyarakat, itulah sejatinya orang besar. Dengan mengamalkan dan mengajarkan ilmu, mereka akan meraih berkah dan pahala yang terus mengalir (jariyah). Orang tuanya pun akan bahagia, dunia akhirat, karena mendapat kucuran pahala yang tiada henti.

Orang besar adalah orang yang berpikir besar dan bercita-cita besar. Hidupnya bukan ditujukan untuk sekedar bagaimana bisa mencari makan. Tapi, bagaimana ia bisa memimpin manusia menjalani hidup yang mulia dengan ilmu dan taqwa. Semoga pesan tokoh pendidikan nasional ini benar-benar menginspirasi banyak santri. Amin.