LGBT di Masa Yunani dan Romawi

by
Dinar Dewi Kania. Foto: Eveline

Yunani dan Romawi sama sekali tidak permisif dengan perilaku homoseksual. Pelakunya mendapat ancaman hingga hukuman mati.

Wartapilihan.com, Jakarta –Hal ini disampaikan oleh Dinar Dewi Kania, peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) yang juga sekaligus aktivis Aliansi Cinta Keluarga (AILA) ini.

Di mitologi Yunani, Dinar menerangkan, sangat jelas tercantum perilaku homoseksual ini. Ia menyatakan, dahulu homoseksual merupakan satu kesatuan dengan pedofilia karena umumnya pada usia 13 tahun sudah menikah.

“Di dialog Plato, ada sebuah penelitian mengatakan bohong kalau Yunani sangat permisif, bahkan sama sekali tidak permisif terhadap perilaku homoseksual,” kata Dinar, dalam kesempatan menjadi pembicara di Seminar Nasional Kebangsaan yang diselenggarakan AILA, Selasa, (6/2/2018).

Atas perilaku tersebut, pelaku homoseksual mendapat konsekuensi hukuman, yakni tidak bisa menjadi pendeta dan tidak boleh mengikuti seremonial agama.

“Mereka juga tidak bisa menghadiri ruang publik resmi. Kantor harus berada di luar Athena, mereka diasingkan. Waktu itu di Yunani, kalau mereka masih ketahuan melanggar, hukumannya hukuman mati. Tapi memang banyak buku sejarah yang tidak mengatakan itu,” lanjut Dinar.

Sedangkan di Romawi yang dahulu dikenal sebagai bangsa yang hebat, ternyata juga menolak perilaku homoseksual ini.

“Pelakunya tidak boleh jadi militer. Mereka enggak mau kalau ada tentara yang homo, karena akan merugikan mereka,” terangnya yang membuat hadirin terpukau.

Saat itu, kekuasaan raja Romawi Barat yang umumnya pagan dan Kristen. Meski bangsa itu barbar, tapi mereka tak mengafirmasi perilaku homoseksual.

“Ada sebuah hukum dimana semua perilaku sodomi harus dihukum mati, di wilayah Bizantium yang merambah ke Inggris. Di Inggris tahun 533 M, mengkriminalkan perilaku homoseksual. Ada yang disebut dengan Anti-sodomi law,” tukas Dinar.

Homofobia LGBT?

Bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini dianggap oleh banyak pihak sebagai kelompok yang homofobia LGBT. Dinar pun menjawab, tidak hanya umat Islam yang homofobia, tetapi juga bangsa terdahulu ratusan tahun yang lalu.

“Kita dianggap homofobia, berapa ratus tahun belum ada yang mengakui homoseksual. Tapi di jaman kita, ini akan jadi satu tragedi. Lintas peradaban manapun tidak ada yg mengakui homoseksual,” jawabnya.

Di abad 20, mereka memiliki cara untuk mengesahkan homoseksual lewat konstitusi dengan melakukan homopolitics.
Dinar memaparkan, ada tiga argumen utama gay politik, yaitu (1) Homoseksual diturunkan secara biologis, (2) Homoseksual tidak dapat diubah secara psikologi, bukan termasuk penyakit jiwa/gangguan jiwa, dan (3) Homoseksual adalah hal yang normal secara sosiologis.

Pergerakan kaum LGBT, Dinar mengatakan sangat konsisten dan masif. Hal ini dapat dilihat dari perjuangan mereka sejak tahun 90-an. “Pada tahun 1970-an oleh Gubernur Ali Sadikin diadakan pengakuan eksistensi waria. Hal itu menjadi pintu kemerdekaan bagi mereka sebenarnya,”

“Tahun 1980-an mulai berdiri organisasi-organisasi LGBT dan mulai membuat seminar ke publik. Pada tahun 1900-an sudah berani mengadakan kongres dan pesta-pesta. Hingga pada tahun 2000-an sudah go internasional menjadi mitra dari Komisi AIDS Nasional. Tahun 2010 mulai masuk ke isu HAM,” Dinar melanjutkan.

“Makanya, Bu, jangan seneng juga kalau Indonesia jadi pusat turisme yang tinggi, mereka mencari mangsa. Juga melalui pelajar yang dikirim ke Barat untuk mempelajari ilmu humaniora. Mereka pulang-pulang bisa jadi LGBT,” pungkas Dinar.

Seperti diketahui, perjuangan kaum LGBT kini merambah ke RUU kesetaraan gender dan RUU penghapusan kekerasan seksual. Selain itu mereka juga memperjuangkan sosialisasi konsep kesetaraan gender dan program pengarusutamaan gender. Terlebih lagi dengan sosialisasi konsep HAM barat yang kian gencar mengatasnamakan universalitas.

Kini kita tahu, peperangan apa yang sebenarnya tengah terjadi.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *