
Dari banyaknya kematian yang datang bertubi-tubi oleh Covid-19 tanpa pandang bulu apa status sosial-politik & profesinya, termasuk pada profesi kesehatan yang diperkirakan paling faham tentang sehat, sakit, dan mati, maka sptnya sekarang ini saat yang pas untuk mengevaluasi diri (Pola Pikir, Perilaku, Status-Kondisi).
Setiap profesi memang memiliki resiko tersendiri dan jelas di saat ini profesi kesehatan khususnya kedokteran klinis yang pekerjaannya merawat individu sakit tampak paling nyata mendapat tantangan tertular Covid-19 dengan resiko sakit dan mati. Menghadapi resiko tertular Covid-19 di tengah badai pandemi itu marilah dengan 2 bentuk pendekatan keimanan dan keilmuan yang benar secara simultan.
1. PENDEKATAN SUNNATULLAH EMPIRIS.
Kita terapkan semua teori sain-teknologi kedokteran, kesehatan masyarakat, sosial, politik, dll untuk melindungi diri dan masyarakat dari tertular Covid-19.
a. Sebagai individu penduduk perlu upaya menguatkan perlindungan fisik serta imunitas diri dengan gizi yang cukup, olah raga ringan tapi rutin-teratur, hati yang tenang-sabar tdk bergejolak dipenuhi keluhan, kekhawatiran.
b. Sebagai pengemban profesi kedokteran klinik yang berada di garda terdepan merawat penderita Covid-19 sangat mutlak diperlukan disiplin memakai APD & SOP sesuai tata laksana perawatan Covid-19, disamping mengatur shift kerja yang memungkinkan bisa istirahat cukup mengembalikan kebugaran setelah kerja berat.
c. Sebagai Pengemban Kebijakan Publik perlu membuat kebijakan berbasis teori-teori Kesehatan Masyarakat & Sosial-politik terkait wabah, seperti Herd Immunity, upaya pengadaan vaksin dan obat, Prevalence-Incidence Rate untuk mengukur resiko penularan dan kecepatan penularan penyakit, Perbaikan Kesehatan Lingkungan agar lingkungan bersih dari virus Corona, Karantina & Social Distancing penduduk, Keamanan masyarakat, Penyediaan kebutuhan hidup primer secara cukup bagi penduduk.
2. PENDEKATAN SUNNATULLAH NON-EMPIRIS/GHOIB.
Di luar penerapan saintek kedokteran-kesehatan masyarakat-sosial-politik dll perlu ada keyakinan dan pemahaman mendalam bahwa selain keberadaan dunia empiris itu di sekitar kita ada dunia ghoib yang berinteraksi dengan dunia empiris kita. Bahkan dalam diri kita masing-masing ada bagian ghoibnya yaitu ruh yang justru menjadi pengendali bagian biologis empiris manusia seperti jantung, paru, otak dll. Maka mari kita ajak ruh kita untuk teguh beriman pada Allah SWT, Sang Pencipta Semesta dengan cara beriman yang benar yaitu berserah diri takluk sepenuh hati padanya (totally surrender) dan taat setaat-taatnya melaksanakan semua tuntunan hidup (obedience completely) yang diajarkan-Nya melalui Nabi dan Rasul (tidak mengarang sendiri) dalam semua aspek kehidupan, yakni dalam:
a. Ritual, seperti shalat, berdoa, puasa dll.
b. Ahlak-Budaya seperti amanah, kejujuran, bicara santun, makan-minum yang halal, berbusana sopan, hidup sederhana tidak glamor, peduli mereka yang lemah tidak egois, biasa beramal sosial.
c. Sosial-Politik seperti membangun pertemanan dan berorganisasi untuk kebaikan bukan untuk kejahatan, memiliki kepemimpinan oleh figur yang beriman-bertaqwa dengan benar, bukan oleh munafiq, dholim, jahil. Mengembangkan Kebijakan publik yang diridhoi Allah SWT sehingga mendatangkan berkah bagi seluruh penduduk.
d. Syiar perjuangan mengajak-mengingatkan manusia tentang cara berpikir-berperilaku yang benar. Hidup ini tidak sebatas bisa nyaman di dunia empiris fana ini saja sehingga habis-habisan mencari ‘kenikmatan-kenyamanan (yang ternyata sangat semu singkat melintas sesaat-sesaat belaka di antara kegelisahan-kegelisahan berkepanjangan) melalui mengumpulkan harta sebanyak bisa dengan pola pikir bahwa dengan harta banyak maka hidup akan bahagia.
Ringkasnya, mari kita, apapun profesi dan tanggung jawab sosial-politik masing-masing di tengah pandemi Covid-19 ini teguh berislam dengan benar sehingga membawa manfaat bagi diri dan bisa membangun Tatanan Sosial yang adil-sejahtera bagi seluruh lapisan masyarakat.
Surabaya, 22 April 2020