Orangtua sering menganggap apa yang dilakukan anak tidak wajar atau kenakalan; padahal, pada usia tersebut hal itu wajar.
Wartapilihan.com, Jakarta — Hal tersebut disampaikan oleh Harry Santosa, pakar parenting berbasis fitrah. Ia mengatakan, anak usia 10-15 tahun sudah menjelang dewasa, tak ada seorang dewasapun yang suka diatur.
“Ketahuilah bahwa itu normal. Maka bantu temukan aktifitas yg produktif yang ananda sukai sehingga ia bersemangat dan sadar untuk mengatur dirinya,” kata Harry, Jum’at, (28/9/2018).
Anak usia Aqil baligh juga biasanya tidak mau lagi mengerjakan pekerjaan rumah tangga karena sudah lebih tertarik dengan pekerjaan di lingkup sosialnya.
“Maka beri tugas-tugas dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Ajak bisnis keluarga atau kolega, libatkan dalam kegiatan sosial ayah bunda, buat proyek proyek dalam kontribusi sosialnya,” terangnya.
Anak juga pada usia tersebut menurut Harry suka memiliki privasinya sendiri karena ciri kedewasaan yang sehat ialah memiliki privasi sebagai bagian fitrah individualitasnya yang sehat.
“Maka beri kepercayaan dan ruang privasi yang cukup bagi ananda, namun binalah kedekatan dan cinta agar mau terbuka menyampaikan perasaan maupun masalahnya,”
Selanjutnya hal yang juga wajar tapi dianggap nakal ialah suka bertingkah aneh agar eksis.
“Ketahuilah bahwa mereka sedang dalam pencarian keunikan atau jatidiri dan butuh pengakuan. Maka bantulah temukan keunikannya atau fitrah bakatnya sehingga menjadi peran dan karya produktif,” tegasnya.
Adapun ketika anak cenderung tidak fokus dan berpindah-pindah minat, di sana ada proses storming, forming, baru kemudian performing.
“Maka banyaklah bershabar memfasilitasi dan memaafkan serta memberi kesempatan untuk menemukan peran terbaiknya dan merancangkan hidupnya dan masa depannya,”
Anak juga suka berpetualang yang kadang berbahaya. Pasalnya, fitrah perkembangan mereka mendorong mereka untuk siap menerima masalah agar tangguh.
“Maka berhentilah menganggap mereka anak anak, rancanglah program yang seru dan membuat mereka tangguh seperti ekspedisi atau merantau,” tutur Harry.
Menjelang dewasa, anak juga menyukai eksklusivitas atau pengakuan khusus karena sebagai bagian fitrah nya untuk hidup lebih eksis dan beradab. Maka, Harry menyarankan untuk memperkenalkan atau mengunjungi pada tokoh teladan yang menginspirasi kehebatan dan kesalihan, karena kehebatan atau keshalihan tak bisa diajarkan tetapi ditularkan
Anak juga sudah mulai menyukai lawan jenisnya yang mengindikasikan bahwa fitrah seksualitasnya sehat.
“Maka di tahap usia ini, dekatkan anak perempuan dengan ayah dan dekatkan anak lelaki dengan ibu, agar mereka menerima perasaan suka lawan jenis sebagai suatu yang wajar dan bermanfaat untuk mengenal bagaimana bersikap pada lawan jenis dan kelak menjadi ayah ibu sejati,” tukas dia.
Kadang, anak juga lebih memilih berkumpul dengan gengnya dibandingkan dengan keluarga. Pasalnya, anak usia pre aqilbaligh pada fitrah sosialnya menyukai berjamaah. Ia menyarankan untuk memberikan ananda jamaah atau komunitas yang produktif sesuai bakat atau minat anak.
“Juga, ketahuilah bahwa anak menjelang dewasa ingin memiliki kepemilikan sendiri bukan cuma dipinjamkan. Maka latih mereka untuk mencari nafkah atau membuat solusi atau proyek untuk memenuhi biaya kepemilikannya sendiri,” pungkas Harry.
Eveline Ramadhini