Keterpilihan Perempuan dalam Pilkada

by
Ketua LSM Jakarta Produktif Syifa Awalia. Foto: Istimewa.

“Akan lebih tuntas dan solutif jika tersedianya keterwakilan perempuan, sehingga kebijakan yang diambil dapat lebih persuasif dan terlaksana sesuai harapan,” ujar Syifa.

Wartapilihan.com, Jakarta –Perhelatan akbar demokrasi di Indonesia yaitu pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun 2018 baru saja usai, Rabu (26/6). Sebanyak 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota menggelar hajatan pilkada.

Menyikapi keterpilihan kaum perempuan pada beberapa daerah di pilkada serentak tahun 2018 mendapatkan apresiasi dari Ketua LSM Jakarta Produktif, Syifa Awalia. Sebab, kata dia, kompleksitas permasalahan negeri ini meliputi semua elemen masyarakat baik itu berkaitan dengan profesi, strata maupun gender.

“Di semua elemen masyarakat tentu ada berbagai masalah yang erat kaitannya dengan tuntutan kebutuhan wanita. Maka, akan lebih tuntas dan solutif jika tersedianya keterwakilan perempuan, sehingga kebijakan yang diambil dapat lebih persuasif dan terlaksana sesuai harapan,” ujar Syifa saat diwawancarai Warta Pilihan di Jakarta, Jumat (29/6)

Lebih lanjut, kata Syifa, kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki oleh masyarakat perempuan saat ini bersifat berimbang atau sederajat dengan kaum laki-laki. Menurut dia, hal ini merupakan peluang bagi perempuan untuk masuk ke beberapa jenjang profesi.

“Banyak perempuan memiliki tingkat pendidikan dan bidang keahlian yang dikuasai tidak hanya pada bidang keguruan atau kewanitaan, tapi juga ahli dalam bidang ekonomi, politik, manajemen, agama, teknologi, penerbangan, dan lainnya,” tutur Rektor STAI-PTDII Tg. Priok itu.

Selain itu, kemampuan perempuan dalam menyampaikan opini dapat dibilang setara. Perempuan mampu menguasai materi dengan baik dan dapat diterima khalayak. Terutama dalam narasi-narasi besar yang mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan indonesia.

“Sisi kelembutan dan keibuan yang dimiliki perempuan dapat menganalisa permasalahan dengan baik, ditambah lagi jika dia memiliki sikap empati yang tinggi. Hal ini akan membuat perempuan lebih bijak dalam mengambil keputusan,” ungkapnya.

Dikatakan Syifa, kontribusi pemerintah dan DPR dengan memberikan kuota 30 persen dalam keterwakilan di parlemen membuat perempuan Indonesia merasa lebih dihargai dalam menciptakan prestasi-prestasi positif.

“Rasa kepercayaan diri yang tinggi dalam diri perempuan-perempuan Indonesia diharapkan dapat menginspirasi generasi-generasi baru yang lahir melalui rahim mereka, untuk menjadi generasi produktif dan pemimpin-pemimpin adil di masa akan datang,” tandasnya.

Kemenangan tokoh perempuan di ajang pilkada 2018, simpul Syifa, karena meningkatnya kepercayaan oleh masyarakat kepada kader-kader perempuan untuk menjadi pemimpin. Perempuan dianggap dapat merepresentasikan harapan masyarakat.

“Kepercayaan berharga ini seyogyanya menjadi kesempatan yang tidak boleh di sia-siakan oleh segenap kader perempuan politik indonesia, karena kesempatan yang berharga tidak akan terulang kembali,” tutupnya.

Terima dengan Bijak

Sementara, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) meminta kepada pasangan calon kepala daerah yang unggul sementara dalam versi hitung cepat lembaga survey agar tak bersikap arogan dan berlebihan merayakannya.

“Menang dan kalah dalam kontestasi demokrasi adalah lumrah. Pasangan calon kepala daerah yang kalah agar menerima hasilnya dan mendukung pemenang dengan kerja keras maksimal,” ujar Ketua Umum ICMI Prof DR Jimly Asshiddiqie, Jumat (28/6).

Jimly mengatakan, segala dugaan kejanggalan yang dirasa ada pada pilkada 2018 sepatutnya diselesaikan melalui mekanisme hukum sesuai UU pemilihan kepala daerah. Jangan sampai justru mengerahkan massa pendukung untuk berbuat anarkis.

“Siapapun unggul pada pilkada maka rakyat yang sebenarnya menjadi pemenangnya,” kata Jimly.

Menurut Jimly, pilkada merupakan amanah suara rakyat yang harus dilaksanakan amanahnya oleh kepala daerah. Wujudnya, ucap Jimly, dengan memberikan kesejahteraan serta kemakmuran untuk rakyat daerah yang menjadi tanggung jawab pemimpin.

Jimly menganggap, pilkada menjadi tolak ukur kematangan dan kedewasaan masyarakat Indonesia dalam berpolitik. Dapat terlihat dengan tak terjebak serta terpengaruh pada isu negatif bersifat suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) ketika menentukan hak pilihnya saat pilkada.

“Selamat untuk suksesnya penyelenggaraan Pilkada 2018 yang terlaksana lancar dan nyaris tanpa kendala selama proses pemungutan dan penghitungan suara” tutur dia.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *