Penulis harus memperhatikan aspek fardhu ain dan khifayah.
Wartapilihan.com, Depok – Penulis novel Misi dari Langit, Dinar Dewi Kania, mengkritisi tentang terbitnya buku-buku para penulis masa kini. Pasalnya, penulis hanya mampu menulis secara teoritis, tapi nihil dalam mengimplementasikannya. “Menulis dalam otoritaslah yang sesuai dengan adab. Jika orang menulis tentang parenting, maka ia orang yang (seharusnya) sudah melakukannya,” ujarnya pada acara Dialog Literasi bertajuk “Aksara Membina Peradaban”, Universitas Indonesia, Depok, Jum’at (9/6).
Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST) ini menambahkan, bukan hanya sekedar menulis tulisan yang bagus, tapi perlu mengetahui kapasitasnya di bidangnya. “Setiap orang harus menulis, tapi selain itu, harus mengerti siapa diri kita. Kemampuan diri kita, mulai dari ilmu, pengalaman, dan lain-lain,”
“Kemudian melihat pasar, tapi bukan berarti marketing. Maksudnya fardhu ain dan fardhu kifayah. Kalau pada titik itu kita tidak menulis, sedangkan tidak ada yang mengisi, jadi dosa kita,” paparnya.
Aktivis Aliansi Cinta Keluarga (AILA) ini pun mengatakan, setiap orang di bidangnya mesti berkontribusi secara intelektual, dan tidak tergoda dengan tawaran. “Fokus di bidang kita, makanya perlu pengenalan terhadap diri,” ungkapnya.
Ia pun menceritakan pengalamannya ketika di Malaysia. Seorang dosen mengatakan, peran ulama untuk mengubah peradaban membutuhkan waktu 200 tahun lamanya. “Sedangkan kita, siapa kita ini dibanding ilmunya para ulama? Maka, harus bersabar dan konsisten,” tandasnya.
Menurut Dinar, menulis jurnal relatif mudah, yakni sesuatu yang tidak terlalu menjadi beban. Tapi, ia berkata, ketika menulis sesuatu yang mengandung satu kebenaran, tapi kebenaran itu tidak dianggap kebenaran, bahkan sesuatu yang penting, memiliki beban tersendiri. “Maka itu, kita menulis kebenaran, dan bisa mengemukakannya adalah suatu yang tidak mudah,” pungkasnya. [Eveline Ramadhini]