Anak berkebutuhan khusus (special needs) merupakan anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi maupun fisik. Seberapa urgen mengidentifikasinya pada anak?
Wartapilihan.com, Depok –Konselor dan Tutor untuk anak disabilitas, Zaitu Asrilla mengatakan, penting untuk mengetahui apakah anak teridentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ataukah tidak. Pasalnya, dengan mengetahuinya, penanganan dapat dilakukan dengan segera. “Orangtua dan pendidik penting mengidentifikasi agar bisa mendeteksi dini gelaja gangguan yang terjadi pada anak,” ujar Zaitu, dalam Forum Komunikasi Orang Tua Anak Spesial Indonesia, di Depok, Sabtu siang (19/8/2017).
“Semakin dini mereka mendapatkan penanganan, maka lebih mudah dan lebih cepat juga proses keberhasilan yang ingin dicapai. Namun tentunya disesuaikan Juga dengan tingkat keparahan gangguan atau hambatan yang dimiliki,” lanjutnya.
Zaitu mengatakan, jika anak-anak yang mengalami gangguan tetapi tidak mendapatkan perawatan, maka gangguan tersebut dikhawatirkan bersifat permanen. “Dan anak-anak yg mengalami gangguan, jika tidak mendapatkan treatment atau program khusus untuk mengatasi gangguan atau hambatannya, maka dikhawatirkan gangguan atau hambatan tersebut akan menjadi menetap dan bersifat permanen,” ungkap dia.
Konsultan Pendidikan di Mother and Child Care Foundation tahun 2014 ini menjelaskan, proses identifikasi membutuhkan proses yang tidak sebentar, oleh pasal diperlukan pendekatan ahli. “Idealnya, untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dibutuhkan pendekatan beberapa ahli, yakni medis, psikologi dan pedagogi sehingga didapatkan gambaran bulat terhadap diagnosa gangguan,” papar Zaitu.
Dalam melakukan identifikasi, ada hal-hal yang perlu dicermati orang tua dalam melakukan deteksi. Seperti situasi sosial yang berpengaruh pada anak, yakni kesalahan pola asuh dan pergaulan sosial. “Spektrum ini berkaitan dengan perkembangan sosial emosional yang tidak seimbang. Oleh karenanya, sebagai orang tua, kita juga harus banyak-banyak intropeksi diri, sudah tepat kah pola asuh yang kita terapkan?” tanyanya.
Zaitu menyayangkan program pemerintah terhadap ABK masih malu-malu. Sosialisasi yang terasa cukup gencar baru di area difabel dan autism. Spektrum lain belum jadi “primadona” dalam kampanye dan sosialisasi ABK. Padahal awareness soal spektrum ini menjadi penting bagi orang tua agar anak mendapatkan penanganan yang tepat. “Minimal, orang tua paham mengenai milestone perkembangan manusia rata-rata sehingga mudah memiliki pembanding,” jelas Zaitu.
Namun, Zaitu menekankan, Anak Berkebutuhan Khusus bukan Berarti tidak pandai, tidak berbakat, atau tidak mampu. Melainkan hanya memiliki tantangan berbeda serta memiliki kemampuannya yang berbeda dengan anak rata-rata pada umumnya.
“Poinnya adalah, apapun perbedaan anak, apapun hambatan atau gangguannya itu merupakah tantangan,” tandas Zaitu.
“Karena kemampuan masing-masing istimewa maka dengan memberikan program, treatment atau intervensi yang tepat, yang istimewa dan individual maka potensi mereka dapat aktual,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini