Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Haris Ashar menilai, pihak pemerintah maupun oposisi sama saja, tidak mengakomodir dan berpihak pada kepentingan rakyat.
Wartapilihan.com, Jakarta –Ia mengatakan demikian karena yang Haris amati selama ini sudah demikian banyak kebohongan pada negara. Jika mengutip yang disampaikan Prabowo pada pidatonya dan mengatakan tahun 2030 negara Indonesia akan bubar, ia justru mengatakan Bangsa Indonesia bisa bubar besok juga.
“Jangan-jangan kita hari ini sebagai bangsa sudah bubar. Bukan negara lho, ya,” kata Haris, dalam acara Indonesia Lawyer Club di tvOne, Selasa malam, (10/4/2018).
“Pilpres ada menandakan negara yang ada, tetapi tujuan negaranya tidak ada,” lanjut dia prihatin.
Sarjana hukum Universitas Trisakti ini menjelaskan, membahas soal Jokowi dan Prabowo sungguh menghabiskan energi, oleh pasal Jokowi hendak melanjutkan, sedangkan Prabowo masih penasaran.
“Komunitas politik sekarang sibuk mengongkosi dirinya saja. Maka saya bilang, keduanya sama-sama tidak menarik, sama-sama tidak mengakomodir kepentingan rakyat,” tukas dia.
Ia menjelaskan, tahun ini ialah 20 tahun reformasi yang melibatkan penembakan dan penganiyaan terhadap aktivis mahasiswa Trisakti. Sedangkan 11 April ialah peringatan satu tahun penyerangan Novel Baswedan. Belum lagi, 12 April esoknya, satu tahun memperingati karyawan Freeport yang mogok kerja.
“Ada orang dipidana, gara-gara membeli tanah, mereka yang punya yang melaporkan pihak yang gak punya uang,”
Ia semakin geram manakala hanya memperdebatkan soal siapa yang lebih santun, atau siapa yang lebih tegas. Pasalnya, permasalahan rakyat jauh lebih substansial dibandingkan soal karakter calon presiden di 2019 mendatang.
“Yang dipikirkan survey siapa yang akan menang. Lantas, siapa yang survey penderitaan rakyat?” Papar dia.
Maka dari itu, ia menegaskan agar berdebat dengan lebih substansial dan berfokus pada kerja untuk masyarakat luas, bukan untuk kepentingan pribadi apalagi kepentingan parpol.
“Ada banyak orang baik, cobalah buka kemungkinan yang lebih luas. Tetapi baik saja tidak cukup, tapi juga berani bekerja,” pungkas magister Filsafat UI ini.
Eveline Ramadhini