Gamelan Yang Terlupakan

by
Sumber:http://3.bp.blogspot.com/-XnplprHsky4/T7EtS-UfpBI/AAAAAAAAAJ0/AM-A32de_4U/s1600/Gamelan.jpg

Banyak cara dan ukuran untuk menilai peradaban suatu bangsa, antara lain melihat kebudayaan sebagai salah satu aspek. Mulai dari sastra, pakaian adat, termasuk alat musik. Bagaimana nasib alat musik gamelan kini?

Wartapilihan.com, Depok — Hampir semua seni tradisional Nusantara, termasuk gamelan mulai makin redup eksistensinya. Pada umumnya, hanya digunakan untuk sekedar tampil melengkapi upacara adat pernikahan pada keluarga-keluarga menengah atas. Hal ini disampaikan Bambang Wiwoho, seorang pemerhati Budaya Nusantara.

“Gamelan justru lebih diperhatikan di luar negeri. Coba lihat, di Inggris gamelan dipakai untuk membantu rehabilitasi mental ribuan narapidana. Mereka mendapatkan bantuan terapi dengan belajar dan bermain gamelan bersama,” ungkap Wiwoho, kepada Warta Pilihan, Selasa, (29/8/2017).

Di Inggris, ujar Wiwoho, banyak tumbuh kelompok-kelompok Gamelan yang diprakarsai oleh Catherine Eastburn, yang sudah menciptakan kelompok mahir seperti The Southbank Gamelan Players dan Gamelan Naga Mas. “Gamelan membantu meningkatkan kepercayadirian mereka (narapidana),” Wiwoho melanjutkan.

Hasil penelitian dari Dr Helen Loth mengatakan, penggunaan musik termasuk gamelan dapat dijadikan sebagai sarana terapi bagi kesehatan mental. “Ternyata (di Inggris) gamelan telah banyak digunakan di banyak tempat dan kesempatan, seperti pendidikan, orkestra dan bahkan rumah sakit,” imbuh Wiwoho.

“Bermain gamelan, katanya, memberikan banyak manfaat seperti pengembangan kemampuan belajar, kesejahteraan hidup, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama dan kesadaran sensoris,” lanjutnya.

Gamelan Jawa sendiri, menurut lelaki kelahiran asli Pati – Jawa Tengah ini mengatakan, ia memiliki sejarah yang panjang serta memperoleh penyempurnaan dari para ulama penyebar agama Islam yang dikenal dengan sebutan wali Sanga yang datang pada abad 15-16, terutama tembang Macapat yang khas dibawa para wali sebagai media dakwah. “Irama tembang-tembang macapat, dipakai untuk mengiringi sastra tutur yang berisi materi dakwah agama Islam, khususnya Tasawuf, yang pada masa Kesultanan Demak disebut Sastra Suluk,”

“Suluk berarti jalan menuju Tuhan, kemudian juga dipakai untuk pengantar suatu babak dalam seni pewayangan,” pungkasnya.

Ia menekankan, siapa lagi kalau bukan bangsa Indonesia yang melestarikan budaya Jawa yang mengagungkan Islam ini. Wiwoho mendirikan Paguyuban Budaya Suluk Nusantara dalam rangka melestarikan tembang-tembang macapat warisan para wali yang diiringi sentuhan gamelan. “Kita coba kembangkan dulu, dari diri kita sendiri. Mudah-mudahan ke depannya bisa semakin berkembang,” ujarnya optimis.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *