Batik Sebagai Branding Nasional

by
Show Rumah Batik dan Tenun Indonesia di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sabtu (22/12). Foto: Adi Prawira.

Batik pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

Wartapilihan.com, Jakarta — Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.

Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober2009.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

Dalam rangka menjaga identitas bangsa, meningkatkan ekspor, investasi, pariwisata, dan dalam hal ini, yang utama adalah meningkatkan kesejahteraan para mustahik, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengenalkan batik sebagai “Nation Brand” (Branding Nasional).

Kepala Divisi Pendayagunaan BAZNAS, Randi Swandaru, didampingi Kepala Bagian Marketing Komunikasi BAZNAS, Budi Margono, menyampaikan hal ini dalam Talk and Fashion Show Rumah Batik dan Tenun Indonesia yang diselenggarakan oleh BAZNAS bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sabtu (22/12).

Nation Brand saat ini tengah tren di berbagai negara maju sebagai cara untuk memperkenalkan identitas bangsa dan memberikan citra positif bagi masyarakat internasional yang dapat memberikan dampak positif di bidang ekonomi.

Ia mengatakan, dalam upaya mencapai itu, BAZNAS mengembangkan program pemberdayaan Rumah Batik dan Tenun Indonesia untuk para perajin kain tradisional di berbagai daerah. Program ini menjadi marketing board bagi program-program pemberdayaan kain berbasis dana zakat, infak, dan sedekah yang dilaksanakan BAZNAS.

“BAZNAS ikut mempromosikan batik sebagai ‘Nation Brand’ dengan harapan, secara optimal batik bisa lebih dikenal di dunia internasional yang tentu berdampak bagi perekonomian bangsa. Namun, banyak pengrajin kain batik mau pun tenun di berbagai daerah di Indonesia masih berada pada garis kemiskinan, untuk itu, BAZNAS melakukan pemberdayaan yang diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan para mustahik,” katanya.

Saat ini, terdapat tiga wilayah pengemgbangan program pemberdayaa Rumah Batik dan Tenun Indonesia, yakni di Tuban yang memproduksi batik, kain tenun di Ende NTT, dan kain songket di Sambas Kalimantan Barat. BAZNAS melakukan pendampingan berupa pelatihan, pemberian modal, produksi, dan membantu. Dengan dilakukannya pemberdayaanya ini, pendapatan warga yang sebelumnya jauh di bawa upah rata-rata wilayah, bisa meningkat lebih dari rata-rata tersebut.

“Rumah Batik dan Tenun Indonesia yang dikembangkan BAZNAS, dalam produksinya juga menerapkan konsep ramah lingkungan, bahan-bahan yang digunakan berasal dari alam. Ini tentu bisa lebih membuat penyebaran ‘Nation Brand’ bisa lebih optimal,” kata Randi.

Untuk meningkatkan pemasaran dan kualitas produk, serta mengenalkan lebih luas “Nation Brand”, BAZNAS mendorong para perajin untuk mengikuti berbagai acara pameran skala nasional maupun internasional. Pada November 2018 lalu, kain batik dan tenun hasil perajin binaan BAZNAS, dipamerkan di acara EcoFashion Week di Jakarta yang digelar untuk pertama kalinya di Indonesia.

Selain itu, produk hasil Rumah Batik dan Tenun Indonesia BAZNAS juga dipamerkan di Surabaya dalam acara International Sharia Economic Forum (ISEF) Fair, yang merupakan kegiatan pendamping untuk konferensi internasional yang diselenggarakan Bank Indonesia dan diikuti oleh delegasi dari berbagai negara.

Acara Fashion show di Universitas Muhammadiyah Jakarta ini merupakan ketiga kalinya produk para perajin dipamerkan dalam booth khusus dan diperagakan oleh para model profesional.

“Dengan partisipasi dalam acara seperti ini, bisa meningkatkan semangat para mustahik perajin di daerah, tentu akan banyak kesempatan bermitra dengan banyak pihak di level profesional yang bisa meningkatkan kesejahteraan para mustahik,” kata Randi.

Turut hadir Direktur Utama BAZNAS, Arifin Purwakananta dan founder Eco Fashion Community dan Sahabat Pulau Indonesia, Rita M. Darwis.

Adi Prawira

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *