Angka peningkatan arus urbanisasi di Indonesia, sebesar 4.4% per tahun, itu terbesar di Asia, di atas India, China bahkan Thailand. Urbanisasi tidak hanya berdampak pada masalah ekonomi, namun juga sosial; korbannya adalah anak anak. Kota seperti Jakarta dan kota pinggiran sekitarnya akan semakin tak ramah dan tak layak anak.
Wartapilihan.com, Jakarta –Kota-kota besar metropolitan tak lagi ramah anak karena tuntutan hidup yang semakin tinggi.
“Akan makin banyak orangtua atau keluarga muda yang tinggal di pinggiran kota, makin banyak suami istri yang harus bekerja dua duanya karena harus mencicil rumah dan memenuhi biaya hidup yang semakin mahal,” kata Harry Santosa, pakar parenting berbasis fitrah, di laman Facebook pribadinya, Senin, (16/7/2018).
Konsekuensinya, anak para urban ini semakin less-parented atau semakin sering diserahkan atau dititipkan pada lembaga persekolahan, karena ketiadaan waktu untuk mendidik.
“Waktu Sabtu dan Ahad adalah waktu mengentaskan stress para pekerja urban dengan makan dan shopping serta entertain lainnya, bukan waktu bermakna bersama anak,” tutur dia.
Menurut Harry, hal ini seperti siklus kezhaliman, dimana kelak anak-anak para urban ini pun menjadi para pekerja urban lagi, yang tak akan sempat mendidik anak anaknya karena mereka dicetak oleh sistem persekolahan yang berorientasi urban.
“Mari kita putus siklus kezhaliman perbudakan modern ini dengan memperkuat keluarga dan komunitas,” katanya.
Seperti diketahui, di Indonesia, setiap 1% urban, hanya menambah pendapatan per kapita kota tujuan sebesar 4%. Padahal di India mencapai 13%, di China 11%. Sementara tiap tahun kota mengeluarkan anggaran besar untuk infrastruktur termasuk 1 juta tempat tinggal baru.
Worldbank meramalkan dalam 10 tahun ke depan 70% penduduk Indonesia ada di kota besar, bukan berarti desa desa menjadi kota, tetapi semua penduduk meninggalkan desa ke kota besar yang itu-itu saja sejak Indonesia merdeka.
“Tiada desa yang menjadi kota sejak Indonesia merdeka. Padahal sistem pertahanan terbaik adalah sejahteranya desa-desa,” terang dia.
Harry menegaskan, sepanjang sistem pendidikan masih berorientasi urbanisasi dan pemerintah pusat masih pakai kacamata penjajah yg melihat desa tidak punya potensi apapun sehingga harus disantuni maka selamanya urbanisasi akan terus membesar, dan desa terus tertinggal.
“Parahnya, sistem persekolahan yang berorientasi urbanisasi itu sama sekali tak menyiapkan anak desa untuk siap menjadi urban, apalagi membangun desanya,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini