Dikatakan bahwa kepulangan utusan tersebut untuk mempertimbangkan hubungan dengan AS.
Wartapilihan.com, Washington –Pemimpin Palestina telah mengatakan bahwa mereka memanggil utusannya di Amerika Serikat menyusul pengakuan Washington yang kontroversial mengenai Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Pejabat Palestina sebelumnya mengatakan bahwa mereka “tidak lagi menerima” rencana perdamaian yang diajukan oleh AS setelah pernyataan sepihak Presiden Donald Trump pada 6 Desember.
Langkah Trump memicu demonstrasi mematikan di wilayah Palestina yang diduduki dan demonstrasi besar untuk mendukung orang-orang Palestina di seluruh dunia Muslim.
Mayoritas besar negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menentang ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh AS untuk menyatakan pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Mereka bersepakat bahwa hal itu “batal dan tidak berlaku”.
Pada hari Ahad (31/12), kantor berita resmi Palestina WAFA mengatakan bahwa Husam Zomlot, utusan Organisasi Pembebasan Palestina untuk Washington, akan kembali untuk “konsultasi”.
Riyad al-Malki, Menteri Luar Negeri Palestina, mengatakan bahwa diskusi akan berlangsung “untuk menetapkan keputusan yang dibutuhkan oleh pimpinan Palestina dalam periode yang akan datang mengenai hubungan kita dengan AS”.
Dia menambahkan bahwa utusan tersebut diharapkan bisa kembali ke “pekerjaan normalnya” setelah berdiskusi.
Ibu Kota Abadi Palestina
Yerusalem, tempat ibadah suci, memiliki arti penting bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi.
Yerusalem Barat dikuasai oleh Israel selama perang Arab-Israel 1948, ketika lebih dari 750.000 orang Palestina diusir dari kota bersejarah Palestina yang disebut oleh orang Palestina sebagai Nakba (malapetaka) ketika Israel didirikan secara resmi.
Israel kemudian menduduki dan mencaplok bagian timur kota setelah kemenangan militernya dalam perang 1967, namun penguasaannya atas Yerusalem Timur tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Para pemimpin Palestina ingin menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan, sementara Israel mengatakan bahwa kota tersebut tidak dapat dibagi.
Juga pada hari Ahad (31/3), Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut Yerusalem sebagai “ibukota abadi rakyat Palestina”, dalam sebuah acara yang memperingati ulang tahun ke-53 gerakan Fatah. Demikian dilaporkan Aljazeera.
Moedja Adzim