Jika masalah kompleks Masjid al-Aqsa tidak teratasi dengan cepat, bencana akan berlanjut. Apa langkah PBB?
Wartapilihan.com, Yerusalem – Utusan PBB untuk Timur Tengah mengatakan bahwa sebuah solusi harus segera ditemukan paling lambat pada hari Jumat pekan ini untuk menghadapi krisis Kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem yang memiliki “bencana potensial jauh melampaui tembok Kota Tua”.
“Sangat penting bahwa solusi terhadap krisis saat ini dapat ditemukan (paling lambat) pada hari Jumat,” kata Nickolay Mladenov kepada wartawan pada hari Senin (24/7) setelah memberikan arahan kepada Dewan Keamanan PBB di balik pintu tertutup. Bahaya di lapangan akan meningkat jika kita melewati shalat Jumat nanti tanpa resolusi terhadap krisis saat ini.”
Pada hari Senin (24/7), duta besar Inggris untuk PBB telah meminta “semua pihak mengutuk segala bentuk kekerasan”.
Matthew Rycroft mengatakan kepada wartawan di markas besar PBB di New York City bahwa penting seluruh Dewan Keamanan “berdiri bersama untuk melakukan apa yang kita bisa untuk membantu membawa perdamaian ke Timur Tengah”.
Kuartet Timur Tengah: Rusia, AS, Uni Eropa, dan PBB dalam sebuah pernyataan mendorong Israel dan Yordania untuk bekerja sama demi menurunkan tensi, mengingat peran khusus Kerajaan Yordania sebagaimana diakui dalam perjanjian damai dengan Tel Aviv.
Sementara itu, Pengadilan Tinggi Yordania mengeluarkan sebuah pernyataan pada hari Senin (24/7) yang mengatakan bahwa Raja Abdullah II membahas krisis tersebut dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menekankan perlunya menghapus
tindakan keamanan yang diambil oleh pasukan keamanan Israel.
Dia juga menyoroti pentingnya menyetujui langkah-langkah di masa depan untuk mencegah terulangnya eskalasi tersebut dan memastikan penghormatan terhadap situasi historis dan hukum di tempat suci tersebut.
Ketegangan meningkat sejak Israel memasang detektor logam dan kamera CCTV di tempat masuk ke kompleks Masjid al-Aqsa yang dikelola Muslim setelah dua petugas polisi ditembak mati oleh orang bersenjata di sana pada 14 Juli lalu.
Orang-orang Palestina melihat bahwa langkah keamanan Israel tersebut menegaskan penguasaan lebih lanjut atas situs tersebut.
Mereka menolak masuk kompleks tersebut sebagai protes dan telah melakukan ibadah shalat di jalan-jalan di luar sebagai gantinya.
Bentrokan pecah saat demonstrasi yang menyebabkan lima orang Palestina tewas dan ratusan lainnya cedera.
Tiga orang Israel juga tewas ketika seorang warga Palestina menyelinap masuk ke sebuah rumah di permukiman Tepi Barat dan menikam mereka.
Ketua Liga Arab Ahmed Abul Gheit pada hari Ahad (23/7) menuduh Israel “bermain dengan api” dengan langkah-langkah keamanan baru, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut langkah keamanan Israel sebagai penghinaan terhadap dunia Muslim.
Kompleks tersebut dikuasai oleh Israel setelah Perang Enam Hari 1967 dan kemudian dianeksasi dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Moedja Adzim