Badan anak-anak PBB mengatakan bahwa anak-anak menanggung beban kekerasan di wilayah-wilayah yang dikuasai ISIS di barat Mosul.
Wartapilihan.com, Mosul – Anak-anak Mosul menanggung beban pertempuran intensif antara pasukan pemerintah yang didukung AS dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di bagian barat kota Irak, UNICEF memperingatkan pada hari Senin (5/6).
Pasukan Irak melanjutkan operasi mereka untuk melawan pejuang ISIS dari sisa-sisa kantung Kota Tua Mosul, jalan-jalan sempit dan populasi sipil yang padat mempersulit pertarungan tersebut.
Peter Hawkins, perwakilan UNICEF di Irak, memperkirakan bahwa 100.000 anak-anak masih berada di wilayah yang dikuasai ISIS dengan kondisi yang sangat berbahaya.
Hawkins mengatakan bahwa ia menerima “laporan yang mengkhawatirkan” warga sipil yang terbunuh, termasuk anak-anak, dengan beberapa orang tertangkap dalam baku tembak saat mencoba melarikan diri. Dia tidak memberikan angka tertentu pada kasus pembunuhan anak tersebut.
Hawkins meminta pihak-pihak yang bertikai untuk “melindungi anak-anak dan menjauhkan mereka dari bahaya setiap saat, sesuai dengan kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter.
“Anak-anak terbunuh, terluka, dan digunakan sebagai perisai manusia. Anak-anak mengalami dan menyaksikan kekerasan mengerikan yang tidak pernah disaksikan manusia,” katanya dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Al Jazeera.
“Dalam beberapa kasus, mereka dipaksa untuk berpartisipasi dalam pertempuran dan kekerasan.”
Didukung oleh koalisi internasional yang dipimpin AS, Irak melancarkan serangan militer berskala luas Oktober lalu untuk menguasai kembali Mosul dan daerah sekitarnya dengan berbagai kekuatan militer. Polisi, dan paramiliter Irak mengambil bagian dalam operasi tersebut.
Bagian timur Mosul, kota terbesar kedua di Irak, dinyatakan dibebaskan pada bulan Januari dan dorongan untuk pembebasan bagian barat kota yang terpisah dari timur oleh Sungai Tigris dimulai pada bulan berikutnya.
Dalam perkembangan lain yang terkait dengan Mosul, sebuah kelompok hak asasi manusia internasional melaporkan pada hari Senin (5/5), setidaknya 26 mayat “orang yang ditutup matanya dan diborgol” ditemukan di daerah yang dikuasai pemerintah dan di sekitar kota sejak operasi dimulai.
Human Rights Watch (HRW) melaporkan, angkatan bersenjata setempat mengatakan kepada wartawan asing bahwa dalam 15 kasus, orang-orang tersebut dibunuh secara ilegal oleh pasukan pemerintah yang menahan mereka karena dicurigai berafiliasi dengan ISIS.
HRW mengatakan, dalam kasus-kasus yang tersisa yang dilaporkan oleh sumber lokal dan internasional, lokasi eksekusi yang berada di wilayah yang dikuasai pemerintah menimbulkan kekhawatiran tentang tanggung jawab pemerintah atas pembunuhan tersebut.
“Mayat orang-orang yang terikat dan ditutup-tutupi ditemukan satu demi satu di sekitar Mosul dan di Sungai Tigris yang menimbulkan kekhawatiran serius tentang pembunuhan di luar hukum oleh pasukan pemerintah,” kata Lama Fakih, Wakil Direktur Middle East HRW.
“Tidak adanya tindakan pemerintah yang jelas untuk menyelidiki kematian ini melemahkan pernyataan pemerintah mengenai perlindungan hak-hak tahanan.”
HRW mengatakan bahwa eksekusi di luar hukum selama konflik bersenjata adalah kejahatan perang dan jika tersebar luas atau sistematis, yang dilakukan sebagai bagian dari kebijakan, merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Mosul jatuh ke ISIS pada musim panas 2014 saat para pejuang menyapu sebagian besar wilayah utara dan tengah negara tersebut.
PBB memperkirakan hampir 10.000 orang melarikan diri dari Mosul barat laut dan Kota Tua setiap hari pada pekan lalu.
Lebih dari 750.000 orang telah mengungsi dari kota tersebut sejak Oktober. Dua belas kamp pengungsi telah didirikan di daerah sekitarnya.
Moedja Adzim