Ustadz Zaitun Rasmin menjelaskan Ukhuwah Islamiyah merupakan perintah Al Quran. Sangat dianjurkan dalam segala bidang, termasuk bidang politik.
Wartapilihan.com, Tarakan — Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Wahdah Islamiyah Kalimantan Utara menggelar acara Tabligh Akbar di kompleks Masjid Baitul Izzah Islamic Center, Tarakan, Kalimantan Utara, Ahad (12/11).
Tabligh Akbar kali ini mengangkat tema “Membangun Ukhuwah Islamiyah di Atas Cahaya Al Quran” dengan narasumber Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Ketua Umum PP Wahdah Islamiyah.
Hadir dalam acara ini Sekretaris Provinsi Kaltara Drs. H. Badrun, MSi memberikan sambutan sekaligus membuka acara mewakili Pemerintah Provinsi. Ia mendukung dan mengatakan dalam sambutannya bahwa tabligh akbar adalah salah satu upaya menguatkan ukhuwah, menebarkan syi’ar Islam, mencerdaskan umat, serta meningkatkan keshalihan sosial.
Ustadz Zaitun Rasmin menyebut bahwa di beberapa tempat di Indonesia, ukhuwah umat Islam sedang berada di titik kritis. Salah satu sebabnya adalah karena dinamika politik, namun jika ditengok lebih jauh, bisa disimpulkan bahwa akarnya adalah kurangnya kesadaran tentang pentingnya ukhuwah.
Pada hakikatnya, menurut Ketua Umum Dai Asia Tenggara ini, ” Setiap muslim adalah saudara. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran maupun hadits. Oleh karena itu, ukhuwah islamiyah adalah suatu keniscayaan, selama seseorang masih muslim”.
Selain itu, ukhuwah adalah bagian dari perintah Allah dan Rasul-Nya yang harus kita upayakan agar terwujud. Dan, masih menurut beliau, sebagai perintah tentunya ukhuwah ini adalah sesuatu yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala.
Wakil Sekjen MUI Pusat ini juga mengingatkan bahwa ukhuwah adalah sebab kejayaan sebuah bangsa. “Bagi kita yang ingin agar umat dan bangsa ini kembali berjaya, mari jaga ukhuwah,” katanya.
Ustadz Zaitun bacakan ayat,
إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
Artinya: “Dan jika kalian tidak melakukannya (bersatu dalam ukhuwah), maka akan terjadi kekacauan dan kerusakan yang besar di muka bumi.” (QS Al Anfal: 73)
Wujud ukhuwah, lanjutnya, adalah adanya solidaritas dan kecintaan. Yang pada puncaknya adalah kesiapan berkorban dan mendahulukan saudaranya, yang disebut dengan “itsar”. Sebagaimana yang dipraktekkan generasi terbaik umat ini.
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS al Hasyr: 9)
Adapun tingkat terendah dalam ukhuwah menurutnya, adalah adanya kelapangan dada ketika melihat kekurangan saudaranya, bersihnya hati seseorang dari hasad. Termasuk dalam kancah perpolitikan di Indonesia.
Cara mewujudkan ukhuwah adalah dengan menguatkan iman, serta terus berupaya menunaikan hak-hak ukhuwah kepada saudara kita. Yang paling sederhana bisa kita mulai dengan menebar senyum, sapa (komunikasi), salam, dan saling memberi hadiah.
Dari ukhuwah dengan sesama muslim ini, bisa menjadi titik tolak persatuan dengan berbagai komponen bangsa, termasuk umat non muslim. Sebagaimana dahulu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam membangun persatuan dan menjaga stabilitas di Madinah yang di dalamnya ada orang-orang Yahudi.
Tabligh akbar ini juga dimeriahkan berbagai pentas nasyid dan hafalan Quran para santri Wahdah Islamiyah Tarakan dan dihadiri ribuan peserta dari Tarakan dan sekitarnya. II
Ibawi Murtahado/Izzadin