Tunisia Makin Memanas

by
Foto: AFP.com

Akibat perekonomian yang memburuk, terjadi demonstrasi menolak kebijakan baru yang memberatkan masyarakat. Demonstran bentrok dengan polisi.

Wartapilihan.com, Tunis –Lebih dari 200 orang telah ditangkap dan puluhan polisi terluka dalam bentrokan di Tunisia, kementerian dalam negeri mengatakan pada hari Rabu (10/1), karena kemarahan atas langkah-langkah penghematan yang berujung kerusuhan.

Negara Afrika Utara tersebut telah dipuji karena transisi demokrasi yang relatif mulus sejak adanya revolusi tahun 2011 yang memicu pemberontakan Musim Semi Arab, namun tujuh tahun setelah revolusi, terjadi ketegangan ekonomi yang memburuk.

Tunisia telah mengalami kemarahan massa atas kenaikan pajak pertambahan nilai dan kontribusi sosial setelah sebuah anggaran baru yang sulit diterapkan pada awal tahun ini.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Khalifa Chibani, mengatakan kepada radio setempat bahwa 49 petugas polisi terluka pada malam kedua bentrokan di seluruh negeri pada Selasa sampai Rabu dan sejumlah 206 “pembuat onar” ditangkap.

Banyak fasilitas umum yang rusak, katanya, termasuk cabang jaringan supermarket Carrefour di pinggiran Kota Tunis yang dijarah.
Setelah hari yang tenang pada hari Rabu (10/1), warga mengatakan bahwa demonstran pada malam hari turun ke jalan-jalan di Tebourba, sebuah kota di sebelah barat ibukota Tunis tempat seorang pria berusia 40-an tahun meninggal dalam kerusuhan pada Senin (8/1) malam.

Dalam sebuah kunjungan ke kota terdekat, Perdana Menteri Youssef Chahed mengutuk tindakan “vandalisme” yang “melayani kepentingan jaringan korup untuk melemahkan negara”, sambil menunjuk jari pada partai kiri yang melakukan demonstrasi.

Bentrokan baru pecah pada Rabu (10/1) malam di kota utara Siliana, ketika para pemuda melemparkan batu dan bom molotov ke pasukan keamanan. Polisi menanggapi dengan gas air mata, kata seorang koresponden AFP.

Adegan serupa terjadi di Kasserine, sebuah kota di wilayah tengah Tunisia yang terabaikan, dengan para pemrotes membakar ban untuk memblokir jalan dan beberapa melemparkan batu ke arah polisi.

Tentara telah dikerahkan di sekitar bank, kantor pos, dan gedung pemerintah lainnya di kota-kota utama negara tersebut, kata Kementerian Pertahanan.

Tidak diketahui jumlah pemrotes yang terluka dalam bentrokan tersebut.

Batu dan Gas Air Mata

Pada Selasa (9/1) malam, pemuda turun ke jalan-jalan di Tebourba untuk pemakaman orang yang meninggal.

Polisi bersikeras mereka tidak membunuhnya. Menteri Kesehatan Imed Hammami mengatakan bahwa hasil sebuah autopsi akan diumumkan pada hari Kamis (11/1).

Kerusuhan juga dilaporkan terjadi di lingkungan kelas buruh Djebel Lahmer dan Zahrouni di pinggiran Kota Tunis, kota-kota pusat Gafsa dan Kasserine, dan kota utara Jedaida.

Di kota pusat Sidi Bouzid, tempat demonstrasi yang memicu pemberontakan tahun 2011, pemuda memblokir jalan dan melempar batu, menyebabkan polisi melakukan pembalasan dengan gas air mata, kata seorang wartawan AFP.

Seorang perwakilan komunitas Yahudi Tunisia mengatakan bahwa dua bom molotov dilemparkan ke pintu masuk dua sekolah Talmud di pulau Djerba di Mediterania, namun bagian dalam gedung mereka tidak rusak.

Demonstrasi Jumat

Kerusuhan baru-baru ini dimulai dengan demonstrasi damai melawan langkah-langkah penghematan pekan lalu, namun meningkat menjadi bentrokan dengan polisi pada malam hari Senin sampai Selasa.

Aktivis telah menyerukan demonstrasi besar-besaran pada hari Jumat (12/1) terhadap langkah-langkah penghematan, yang diharapkan dapat meningkatkan biaya hidup.

Mereka menyerukan revisi undang-undang di balik kenaikan PPN dan kenaikan kontribusi sosial, serta kesejahteraan yang lebih baik untuk keluarga.

“Ada tindakan penjarahan dan perampokan, tapi juga pesan politik dari sebagian penduduk yang merasa diabaikan” tujuh tahun setelah sebuah revolusi menuntut pekerjaan dan martabat, kata ilmuwan politik, Selim Kharrat.

Dia mengatakan bahwa banyak bangunan umum telah menjadi sasaran, sementara pemerintah telah “mengambil sikap yang cukup keras terhadap para pemrotes”.

Perekonomian Tunisia telah berjuang sejak revolusi 2011 yang didorong oleh pengangguran dan korupsi.

Protes umum terjadi di negara Afrika Utara tersebut pada bulan Januari, ketika orang Tunisia merayakan peringatan penggulingan diktator Zine El Abidine Ben Ali.

Januari 2016 menjadi gelombang ketidakpuasan publik yang terbesar sejak pemberontakan tersebut karena kematian seorang pemrotes pengangguran di Kasserine yang memicu hari-hari kerusuhan.

Pada bulan Desember, pengunjuk rasa dan aktivis bergerak melalui jalan-jalan di Sidi Bouzid. Mereka marah karena kurangnya lapangan kerja dan peluang yang terus mengganggu warganya.

Revolusi di Tunisia dimulai di kota tersebut pada bulan Desember 2010 setelah pedagang kaki lima Mohamed Bouazizi membakar dirinya sendiri dan kemudian meninggal dalam sebuah demonstrasi mengenai pengangguran dan pelecehan polisi yang meluncur ke penggulingan Ben Ali. Demikian dilaporkan AFP.

Moedja Adzim