Peneliti Amerika Serikat mengembangkan terapi medan listrik untuk pasien glioblastoma, sejenis kanker otak paling ganas. Dikombinasikan dengan kemoterapi, bisa memperpanjang harapan hidup. Terapinya tidak membuat pasien nyaman.
Wartapilihan.com, Jakarta –Kanker otak termasuk salah satu jenis kanker yang sulit diobati. Untuk mengeluarkan tumor, pasien harus dibedah dengan risiko yang tidak kalah besarnya. Namun, upaya untuk mencari terapi terus dilakukan. Salah satunya yang digarap Dr. Roger Stupp, peneliti pada Northwestern University Feinberg School of Medicine, Chicago, Illinois, Amerika Serikat.
Dalam situs medicalnewstoday.com (22/12/2017), Stupp dan koleganya menggunakan tumor-treating fields (TTFields) – sejenis terapi medan listrik – ditambah kemoterapi. Kombinasi dua terapi tadi terbukti bisa memperpanjang hidup penderita kanker otak sejenis glioblastoma.
Perangkat tersebut terdiri dari array transduser yang ditempatkan pada kulit kepala pasien yang telah dicukur rambutnya. Kemudian peneliti memberikan medan listrik bergantian intensitas rendah yang disebut TTFields. “Medan yang mengobati tumor menyebabkan penangkapan dan apoptosis mitosis dengan cepat membelah sel,” tulis Stupp dan rekannya dalam Journal American Medical Association.
Dalam uji klinis itu, Stupp meneliti 695 pasien glioblastoma, yang tumornya telah dibiopsi atau diangkat melalui pembedahan. Semua pasien juga telah menerima pengobatan standar dengan kemoterapi dan radioterapi.
Lantas, dari 695 pasien, 466 di antaranya diacak untuk menerima terapi TTFields setidaknya selama 18 jam sehari plus temozolomide. Sedangkan sisanya hanya menerima kemoterapi temozolomide. Kesehatan pasien dipantau selama rata-rata 40 bulan.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa pasien yang diobati dengan TTFields plus temozolamide memiliki ketahanan hidup keseluruhan 20,9 bulan lebih lama dibandingkan dengan mereka yang menerima temozolomide saja. Kelangsungan hidup bebas progresi juga lebih lama untuk pasien yang diobati dengan TTFields plus temozolamide yaitu selama 6,7 bulan, ketimbang mereka yang diobati temozolamide saja selama 4 bulan.
Studi ini sebelumnya sudah terbukti pada uji praklinis terhadap hewan. “Studi itu menunjukkan peningkatan kepekaan terhadap kemoterapi pada kelompok yang diterapi TTFields pada sel glioblastoma manusia dan pada model tumor hewan,” ujarnya.
Namun penggunaan terapi medan listrik mendapat kritikan. Pemotongan rambut pasien pasien bisa menjadi beban bagi pasien glioblastoma. Kemudian mereka harus memakai perangkat itu minimal selama 18 jam sehari. Ini tentu tidak mengenakkan pasien.
“Meski demikian, mayoritas pasien mampu menangani perangkat secara mandiri atau dengan bantuan dari perawat,” ujar Stupp. Fakta lain, 75 persen pasien mencapai kepatuhan pengobatan.
Glioblastoma adalah sejenis kanker otak yang berkembang dari sel glial, yaitu sel berbentuk bintang yang mengelilingi dan mendukung sel saraf. Glioblastoma menyumbang sekitar 15,4%n dari semua tumor otak primer.
Tumor glioblastoma sangat agresif dan mematikan. Sel-sel kankernya tumbuh dengan cepat, dan dapat dengan mudah merusak jaringan sehat yang mengelilingi mereka yang membuat mereka sulit diangkat dalam tindakan operasi.
Saban tahun, 17.000 warga Amerika Serikat terdignosa menderita glioblastoma. Dari jumlah tersebut, hanya 2 yang dapat selamat dan bertahan hidup selama lebih dari 5 tahun, meski diberi berbagai pengobatan. Kanker ini selalu kambuh kembali. Di Indonesia, belum ada angka pasti. Namun jumlahnya diperkirakan cukup besar.
Pengobatan glioblastoma biasanya melibatkan kombinasi operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Namun, kondisi pasien dengan penyakit ini pasca terapi tetap buruk. Hanya 30 persen pasien yang diobati dengan radioterapi dan obat kemoterapi temozolomide bertahan selama 2 tahun setelah diagnosis. Pasien yang sudah diangkat dan dikemoterapi pun, belum menjamin sembuh. Kankernya biasanya muncul kembali.
Untuk itulah, kebutuhan terapi baru sangat mendesak agar nyawa pasien kanker otak bisa bertahan lebih lama. Selain yang dilakukan Stupp, beberapa peneliti juga menjajal vaksin. Tapi belum juga berhasil mengatasi kanker otak ini.
Hilmy K