Dunia internasional mengecam bungkamnya Aung San Suu Kyi atas perlakukan militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
Wartapilihan.com, Yangon –Pasukan keamanan Myanmar dan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi telah menghadapi kecaman internasional atas penderitaan kaum minoritas Rohingya baru-baru ini.
Hampir 90.000 orang Rohingya telah membanjiri Bangladesh dalam 10 hari terakhir menyusul sebuah pertempuran antara pejuang dan militer Myanmar di negara bagian Rakhine Barat yang dilanda perselisihan.
Etnis Rohingya telah dipaksa untuk hidup di bawah pembatasan apartheid terhadap gerakan dan kewarganegaraan.
Malala Yousafzai, peraih Nobel Perdamaian Pakistan, menyuarakan kecaman atas masalah ini dalam sebuah pernyataan di Twitter.
“Setiap kali saya melihat berita tersebut, hati saya hancur karena penderitaan Muslim Rohingya di Myanmar,” kata Yousafzai.
“Selama beberapa tahun terakhir, saya telah berulang kali mengutuk perlakuan tragis dan memalukan ini. Saya masih menunggui peraih Nobel Aung San Suu Kyi untuk melakukan hal yang sama,” tambahnya.
Menteri Luar Negeri Malaysia, Anifah Aman, juga mempertanyakan bungkamnya Aung San Suu Kyi.
“Sejujurnya, saya tidak puas dengan Aung San Suu Kyi,” kata Anifah kepada kantor berita AFP.
“(Sebelumnya) dia membela prinsip-prinsip hak asasi manusia. Sekarang sepertinya dia tidak melakukan apa-apa.”
Presiden Turki, Tayyip Erdogan, mengatakan pada hari Senin (4/9) bahwa dia mendesak para pemimpin dunia untuk berbuat lebih banyak untuk membantu Rohingya yang menghadapi apa yang telah digambarkannya sebagai “genosida”.
“Anda melihat situasi Myanmar dan Muslim berada,” kata Erdogan di Istanbul saat menghadiri pemakaman seorang tentara Turki. “Anda melihat bagaimana desa-desa dibakar. Kemanusiaan tetap diam terhadap pembantaian di Myanmar”.
Dia mengatakan bahwa Turki akan mengangkat isu tersebut di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York akhir bulan ini.
Kemarahan Publik
Krisis yang berkembang mengancam hubungan diplomatik Myanmar, terutama dengan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim di Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Indonesia yang terjadi kemarahan publik yang mendalam atas perlakuan terhadap Rohingya.
Maladewa mengumumkan pada hari Senin (4/9) bahwa pihaknya memutuskan semua hubungan dagang dengan negara tersebut “sampai pemerintah Myanmar mengambil tindakan untuk mencegah kekejaman yang dilakukan terhadap Muslim Rohingya”, kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi bertemu dengan Aung San Suu Kyi serta kepala militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing di Naypyidaw, pada hari Senin (4/9) dalam upaya untuk menekan pemerintah agar berbuat lebih banyak untuk meringankan krisis.
Pakistan juga menyatakan “penderitaan mendalam” atas kekerasan yang terus berlanjut terhadap minoritas Rohingya di Myanmar.
Menteri Luar Negeri Khawaja Muhammad Asif pada hari Senin (4/9) menyerukan “tindakan efektif untuk mencegah terulangnya kekerasan semacam itu” terhadap minoritas Muslim.
Sejak pertempuran terakhir pecah, cabang al-Qaeda di Yaman telah menyerukan serangan balasan terhadap Myanmar, sementara Taliban Afghanistan mendesak umat Islam untuk “menggunakan kemampuan mereka membantu umat Islam Myanmar yang tertindas”.
Ribuan orang juga berkumpul di wilayah Chechnya, Senin (4/9), untuk sebuah demonstrasi yang ditujukan secara resmi mengenai situasi Rohingya.
Moedja Adzim