Umar bin Kaththab radhiyallahu’anhu, khulafa ar-rasyidin kedua, merupakan salah satu sahabat Rasulullah SAW yang paling agung dan utama. Saking utamanya kepribadian Umar sampai-sampai Rasulullah sendiri diriwayatkan bersabda, kalau saja ada nabi setelah Muhammad bin Abdullah SAW maka nabi tersebut adalah Umar bin Khaththab.
Wartapilihan.com, Jakarta –Orang-orang memberinya laqab (julukan) “Al-Faruq” kepada Umar, lantaran ia selalu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Sahabat Rasulullah yang sangat ditakuti Iblis dan Setan ini adalah sahabat terbaik kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu, khulafa ar-rasyidin pertama.
Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabah (Riyah) bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin Adiy bin Ka’b Al-Quraisy. Adiy ini adalah saudara Murrah, kakek Rasulullah yang kedelapan. Ibunya Umar bernama Hantamah binti Hisyam bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum. Umar lahir tahun 13 setelah tahun Gajah. Umar tumbuh di bawah asuhan orang tua yang mewariskan karakter keras. Jadilah ia pemuda berkarakter keras, tegas, sederhana, menjauhi kemewahan dan kekayaan. Ayah Umar, Al-Khaththab, sekalipun terpandang di mata masyarakat Makkah tetapi bukan orang kaya. Bani Adiy sendiri adalah masyarakat kelas menengah dalam suku Quraisy. Umar di masa pertumbuhannya menjadi anak muda yang pandai bergulat dan rajin bekerja, beliau memiliki kemampuan membaca dan menulis. Dengan begitu ia termasuk dari 17 orang saja yang menguasa baca dan tulis di kalangan Quraisy masa itu (Al-Baladzuri, Futuh Al-Buldan). Figur yang akrab dengan sifat keras dan tegas ini sejak awal menguasai syair-syair Arab jahiliyah, sejarah bangsa Arab beserta nasabnya.
Saat remaja, Umar mendapat tugas dari ayahnya untuk menggembala unta dan hewan-hewan lain di padang rumput sekitar Makkah. Maka jadilah ia penggembala yang terpelajar. Dalam hal berkuda dan bergulat ia adalah pemuda Quraisy paling mahir di masa jahiliyah. Diriwayatkan bahkan ia mampu melompat ke atas kuda dengan hanya memegang kedua telinga kuda, hal ini menjadikannya dikenal seantero Makkah dan membuat takjub siapa saja yang melihat kemahirannya tersebut. Dalam pacuan kuda ia salah satu yang terbaik di Makkah karena hampir selalu memenangi lomba tersebut. Di bidang gulat, ia pun hampir selalu mengalahkan lawan-lawannya. Di antara yang pernah mengalahkannya hanyalah Muhammad bin Abdullah SAW muda serta Khalid bin Walid, teman sejawatnya yang kemudian hari dikenal sebagai “Pedang Allah”.
Selain menggembala, ia juga sibuk berdagang hingga keadaan ekonominya membaik. Pada musim panas ia biasa pergi ke Syam, dan pada musim dingin ia biasa pergi ke Yaman. Dari ekspedisi dagangnya ini ia memiliki pengetahuan terhadap negeri-negeri orang serta karakter masyarakatnya.
Pemuda Umar merupakan seorang yang sangat disegani di masyarakat jahiliyah. Ia pun berperan membesarkan nama Bani Adiy. Kakeknya, Nufail bin Abdul Uzza pernah menjadi hakim atas perselisihan di internal Quraisy, sedangkan nenek moyangnya Ka’ab bin Lu’ay memang sangat dihormati oleh bangsa Arab. Muhaddits dan sejarawan Ibnu Sa’d pernah berkata “Dahulu sebelum Islam, Umar bertugas menyelesaikan konflik yang terjadi di kalangan bangsa Arab.” Ia memang dikenal sebagai “Mediator Quraisy,” “Juru Bicara Quraisy” hingga “Duta Quraisy.” Oleh karena itu pandangan-pandangan naif yang menggambarkan Umar seorang preman (kadang disebut preman pasar) dan pemuda yang bengis di masa jahiliyahnya merupakan sebutan yang dusta. Umar sebenarnya sama sekali jauh dari deskripsi seperti itu, ia bahkan sosok mulia di tengah masyarakat Makkah, hanya saja beliau memang berwatak keras nan tegas.
Imam Ibnul Jauzi berkata: “Umar menjadi duta bangsa Arab saat terjadi peperangan antara Quraisy dengan suku lain; atau ketika ada yang merendahkan kaum Quraisy, mereka pun mengutus Umar untuk menjawabnya. Mereka mengutus Umar sebagai duta sekaligus sebagai pembela kehormatan mereka. Oleh karena itu, mereka ridha kepada Umar.”
Pada masa jahiliyah, Umar layaknya pemuda Quraisy lain memiliki kebiasaan minum khamr dan bernyanyi, di samping menyembah berhala. Tetapi, kecintaan Umar akan ilmu pengetahuan membuat waktunya lebih tersita dengan thalabul ilmi ketimbang bergabung dengan para pemuda yang memiliki kebiasaan buruk.
Ciri-ciri fisik Umar ialah berkulit putih kemerahan, pipi, hidung, dan kedua matanya serasi, tangan dan kakinya kasar berotot. Tubuhnya tinggi, kekar dan bagian depan kepalanya botak. Jika berjalan, beliau tampak lebih tinggi dari umumnya orang Makkah, seakan-akan beliau di atas hewan tunggangannya. Dia bersemangat dan tidak loyo. Umar sangat gemar bercelak, ujung kumisnya panjang, jalannya cepat, bicaranya lugas dan tegas, serta pukulannya amat keras. Dia seorang yang teliti dan gemar bekerja dengan tangannya sendiri.
Sepanjang hidupnya Umar pernah menikahi enam wanita dan memiliki dua budak perempuan. Istri-istrinya ialah Zainab binti Mazh’un bin Habib yang melahirkan Abdullah bin Umar, Abdurrahman Al-Akbar dan Ummul Mukminin Hafshah (istri Rasulullah). Abdullah (Ibnu Umar) dan Hafshah memiliki peran kuat dalam sejarah Islam bahkan termasuk pengemban utama dakwah Islam.
Ummu Kultsum binti Jarul Al-Khuza’iyah yang melahirkan Ubaidillah dan Zaid Al-Ashgar (Zaid kecil); Jamilah binti Tsabut bin Abu Al-Aflah Al-Ausi yang merupakan ibu dari Ashim, Ashim ini nantinya menjadi kakek Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari pihak ibu;
Ummil Kultsum binti Ali bin Abi Thalib, putri bungsu Ali bin Abi Thalib dan Fathimah binti Rasulullah yang dipinang Umar karena dirinya ingin mendapatkan keutamaan menikahi keluarga Rasulullah. Dari Ummil Kultsum beliau mendapat keturunan bernama Zaid Al-Akbar (Zaid besar) dan Ruqayyah.
Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam bin Al-Mughirah yang memiliki anak bernama Fathimah.
Atikah binti Zaid bin Nufail yang melahirkan Iyadh.
Dua budak perempuan Umar bernama Fakihah dan Luhayyah. Fakihah melahirkan Abdurrahman Al-Ausath dan Zainab, sedangkan Luhayyah melahirkan Abdurrahman Al-Ashgar (Abdurrahman kecil). Di antara seluruh keturunan Umar, Abdullah bin Umar, Ummul Mukmin Hafshah dan ‘Ashim bin Umar merupakan anak-anak Umar yang paling terkenal dalam sejarah.
Ilham Martasyabana, pegiat sejarah Islam
(Sumber: Jejak Khulafaurasyiddin karya Syaikh Sami bin Abdullah Al-Maghlouth; Al-Faruq Umar karya Muhammad Husain Haekal)