Sepuluh Hari Tarakhir Ramadhan

by
Suasana Iktikaf di Masjid Nabawi. Foto: Herry M. Joesoef

Oleh : Syekh Abdul Aziz Ath-Tharifi, Hafizhahullah

Ramadhan adalah bulan paling afdhal/utama. Agar semangat tidak putus, Allah jadikan akhirnya lebih afdhal dari awalnya.

Wartapilihan.com, Jakarta –Orang yang mengabaikan akhirnya ia terhalang dari keutamaannya. Sedangkan orang yang menjaganya maka ia mendapat rahmat-Nya.

● Allah jadikan akhir Ramadhan lebih utama dari pada awalnya karena diri kita selalu semangat pada awal-awalnya dan lesu pada akhir-akhirnya. Orang yang benar imannya akan bertahan. Sedangkan orang munafik akan berguguran. Kualitas/ kadar iman seseorang akan paralel dengan keteguhannya.

● Orang yang kurang maksimal di awal-awalnya, tapi maksimal di akhir-akhirnya, lebih baik dari pada orang yang maksimal di awal-awalnya tapi minimal di akhir-akhirnya. Dalam Hadits dijelaskan : Sesungguhnya amal-amal shaleh itu ditentukan pada akhir-akhirnya.

● 10 terakhir Ramadhan lebih afdhal dari 20 sebelumnya, apalagi dari hari-hari di bulan-bulan lainnya. Semua amal shaleh dilipat gandakan pahalanya (di bulan Ramadhan). Di 10 hari terakhir lebih dibesarkan lagi. Amal yg sedikit padanya diberi ganjaran yang amat besar.

● Amal yang paling afdhal di malam Qadar dan 10 hari terakhir Ramadhan adalah shalat, interaksi dengan Al-Qur’an dan do’a. Kondisi yang paling afdhal adalah menggabungkan tiga hal tersebut dengan cara memanjangkan shalat malam dengan panjang bacaan Al-Qur’an dan memanjangkan sujud dengan do’a.

● Menghidupkan sepanjang malam dengan shalat di 10 terakhir Ramadhan adalah petunjuk Nabi shallallahu alaihi wasallam. Aisyah menjelaskan, Nabi shallallahu alaihi wasallam mencampurkan shalat dengan tidur pada 20 hari Ramadhan. Apabila masuk 10 hari terakhir, Beliau sinsingkan lengan bajunya dan kencangkan ikat pinggangnya (tidak tidur di malamnya).

● Fokusnya Nabi shallallahu alaihi wasallam i’tikaf di 10 hari terakhir Ramadhan sedangkan beliau Presiden bagi sebuah Negara Islam, memberikan fatwa pada manusia dan ummat sangat membutuhkannya adalah bukti bahwa Beliau mengundurkan kepentingan umat/umum demi untuk (mengejar kebaikan) 10 hari terakhir Ramadhan.

● Siapa yang belum mampu i’tikaf 10 hari terakhir, hendaklah ia i’tikaf pada malam-malam ganjil. Jika tidak mampu juga, maka i’tikaflah pada malam 27. Jika tidak mampu juga maka i’tikaflah kebdati hanya satu jam. Ya’la Bin Umayyah, seorang Sahabat Rasulullah pernah i’tikaf satu jam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *