Tagar ErikThohirJokoWin (#ErickThohirJokoWin) langsung populer dengan ribuan cuitan begitu Erick Tohir dinyatakan sebagai Ketua Tim Kampanye Paslon Presiden Jokowi-Amin. Apakah Erick dipilih sebagai antitesa Sandi? Tentu bukan, mereka berdua lebih tepat disebut ‘kembar dempet’ dalam banyak hal: muda, ganteng, pebisnis jempolan, kaya, suka basket.
Wartapilihan.com, Depok— Mudah ditebak publik, Erick adalah faktor penyeimbang popularitas Sandi Uno. Menarik melihat keriuhan di akun-akun twitter yang meramaikan #ErickThohirJokoWin, beberapa diantaranya:
Akun @bahteranuh (17.900 follower) bertubi-tubi mengupload sampai 12 kali foto-foto dari ajang pengukuhan Erick sebagai Ketua TKN (tim Kampanye Nasional).
Akun @BadjaNuswantara dengan 14100 follower, bercuit tentang profile Erick sebagai pebisnis kelas dunia, yang walaupun teman dari kecil dengan Sandi, tetap memilih berseberangan karena hati. Demikian juga dengan akun @RizmaWidiono (22.500 Follower).
Penulis sempat terbersit kesan, ET adalah Cawapresnya, karena selalu ditimang-timang dengan Sandi. Hehe…
Bagaimana tanggapan Kubu PADI (Prabowo-Sandi)? DJoko Santoso yang diyakini akan menjadi ketua tim sukses, menanggapinya datar-datar saja. Seperti yang dimuat laman jpnn.com, https://www.jpnn.com/news/erick-thohir-bukan-ancaman-buat-prabowo-sandiaga, “Biasa saja, bagus. Saya juga sahabat (Erick Thohir),” kata Djoko
Beberapa hari sebelumnya, Sandi sempat mengungkapkan kekhawatiran bila ET benar-benar menjadi Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Amin. Bahkan Sandi sempat memberikan komentaranya: “Dan sebagai pengusaha pak Erick pasti tidak mau seperti posisi ini, saya yakin, kalau boleh milih pasti dia enggak bakal mau, karena dia lebih mudah untuk mengurus usahanya, tidak membebani sebagai political expose person (PEP), kalau ketua tim pasti jadi PEP, pasti dia akan sangat berat sebagai pengusaha dan Erick membawahi ribuan pegawai juga, jadi bagi saya, saya sangat mengerti posisi beliau,” (https://www.merdeka.com/politik/meski-khawatir-sandi-tak-yakin-erick-thohir-mau-jadi-ketua-timses-jokowi.html)
Ketika pada akhirnya Erick benar-benar menjadi Ketua Timses, berbagai spekulasi kemudian bermunculan, termasuk kemungkinan objektifitas Erick. Terselip juga dugaan ‘sandera’ kasus seperti yang di-cuit akun@RestyCayah (61.400 follower): “Gw yakin Polisi gk bakal berani lanjutkan kasus ini.Yakan min @DivHumas_Polri ?”. Kasus yang dimaksud adalah dugaan korupsi acara dalam proyek kegiatan road Carnaval Asian Games 2018 yang digelar di beberapa kota. Polisi telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana sosialisasi Asian Games 2018 . Tiga tersangka itu adalah Sekretaris Jenderal KOI Doddy Iswandi, Bendahara KOI Anjas Rivai, dan penyedia jasa kegiatan bernama Ikhwan Agus. Kejadiannya tahun 2015, dan berita ini release di Tempo 31 desember 2016 (https://nasional.tempo.co/read/831576/polisi-akan-periksa-erick-thohir-soal-dugaan-korupsi/full&view=ok). Erick baru dipanggil sebagai saksi karena posisinya sebagai ketua KOI (Komite Olimpiade Indonesia), tapi begitulah netizen…kadang-kadang suka ‘kepo’, mencoba menyusun sebuah teori yang menghubungkan informasi-informasi yang bertebaran. Benar atau tidaknya, Wallahu A’lam.
Situasi berseberangan dengan bumbu-bumbu keriuhan di jagad maya menjadi batu ujian persabahatan kedua tokoh ini. Baik Sandi maupun Erick tanpa ragu menyatakan persahabatan mereka abadi, tidak akan terganggu hanya karena berbeda aspirasi politik. Bahkan jauh-jauh hari, Sandi sudah menyatakan, tetap memberikan selamat kalau sahabatnya ini benar-benar menjadi Ketua Timses Jokowi-Amin. https://www.merdeka.com/politik/meski-khawatir-sandi-tak-yakin-erick-thohir-mau-jadi-ketua-timses-jokowi.html.
Situasi berbeda pendapat, berbeda pilihan tapi tetap bersahabat, banyak ditunjukkan para pendiri bangsa ini. Lihatlah, kurang keras apa pebedaan pendapat Natsir dengan DN Aidit di Konstituante? Tapi, kedua tokoh ini bisa menjadi teman ngopi dan ngobrol akrab. Atau yang terkenal surat-menyurat Sukarno dengan A. Hasan, Sukarno dengan Bung Hatta. Rasanya sampai sekarang nilai-nilai positif dari masa lalu seakan relevan untuk dipraktekan saat ini.
Natsir pernah mengungkapkan, “Di dalam berpolemik kita harus kemukakan pikiran kita secara tegas, dan menyoroti pikiran yang kita hadapi secara tajam, tapi tidak boleh kasar. Kasar itu personal, dan menyebabkan sakit hati. Polemik tidak boleh menimbulkan sakit hati,” (https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/07/17/pc08tk385-soekarnonatsirpnimasyumi-bertengkar-dan-bersahabat)
Jadi, mari kita nikmati kontestasi PilPres 2019 sebagai adu gagasan yang akan menghasilkan solusi terbaik untuk kemajuan bersama. Bangun gaya berpolemik yang tidak kasar,karena kasar itu personal , dan bikin sakit hati (mengulang nasihat Natsir diatas).
Kembali ke keriuhan Erick, perkembangan selanjutnya adalah kembali muncul nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di jagad maya sebagai faktor untuk menetralkan ‘advantage’ Erick. Akun @ardi_riau (30.700 follower), mencuit: “Icon pak @prabowo cukuplah @sandiuno dan @AgusYudhoyono ( AHY). Kalau dikubunya pak Jokowi disamping Erick Tohir siapa ya.? Apakah adrian Napitupulu, @NgabalinAli , @MRomahurmuziy atau @cakimiNOW . Pasti pada mumet milihnya…😎”
Akun @zarazettirazr (390 ribu follower), mengomentari infographis akun liputan6dotcom: “Lucu ya Saingannya di mana? SANDIAGA cawapres ERICK ketua tim ses #jakasembung @liputan6dotcom”. Narasi-narasi serupa semakin menyemangati netizen menoleh sosok AHY sebagai penyeimbang Erick. AHY adalah politisi generasi kedua dari dinasti politik yang ada, yang dinilai paling populer dan paling siap. Kecerdasan tidak usah diragukan, dengan bekal beberapa gelar magister dari Universitas kelas dunia. Muda dan Ganteng? Iya lah…
Apa faktor keuntungan yang dimiliki AHY yang tidak dimiliki Erick? Netizen berseloroh, popularitas di dunia ‘emak-emak’! Diksi ‘Emak-emak’ yang digaungkan Sandi bahkan pada saat deklarasi pencawapresannya, sepertinya semakin mengkristal. Bahkan komunitas-komunitas relawan berbasis emak-emak ini mulai bemunculan. Salah satu diantaranya: PEPES: Partai Emak-Emak Pendukung Prabowo Sandi (@PEPESOfficial, 7.773 follower).
Di Paslon Jokowi-Amin, ada juga partai emak-emaknya, Politikus Senior Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ida Fauziah memimpin gerakan Super Jokowi (Suara Perempuan untuk Jokowi-KH Ma’ruf Amin).
BEM, Barisan Emak-Emak Militan, komunitas yang sudah eksis beberpa tahun lalu, menyatakan dukungan ke Paslon Prabowo-Sandi. Gerakan Emak-emak JOS EGP (Jokowi Saja Engga Ganti Presiden) memilih mendukung kembali Joko Widodo di Pilpres 2019. (https://politik.rmol.co/read/2018/09/05/355912/Ngaku-Ekonomi-Nggak-Susah,-Emak-emak-JOS-EGP-Ini-Dukung-Jokowi-).
Akun @MuchlistHassan (2900 follower) yang di-cuit ulang @zarazettirazr (390 ribu follower), bilang: “Saya Haqul yakin, Jika Mas @AgusYudhoyono selalu mendampingi Bg @sandiuno pada setiap acara, jangankan Emak2, Nenek2 juga merasa muda lagi 😁😁Colek Bg @LawanPoLitikJW @zarazettirazr @Reiza_Patters”
Naga-naganya…’diskusi’ di dunia Emak-Emak tidak akan kalah seru dibanding kalangan Babeh-Babeh. Spektrum Emak-emak juga cukup luas, di dunia maya dikenal beberapa istilah: MahMud Abas (Mamah Muda Anak Baru Satu) menunjuk ke Emak-emak yang masih berusia muda dan berumah tangga dibawah 5 tahunan. Ada Macan Ternak (Mamah Cantik Anter Anak), menunjuk ke Emak-Emak yang memilih 100% menjadi Ibu Rumah Tangga. Yang lebih seru adalah kegigihan dan kemampuan ‘mempengaruhi’ di kalangan Emak-emak ini, diprediksi 3 kali lebih efektif dibanding yang dapat dilakukan babeh-babeh. Pakar Marketing Faith Popcorn, memang membuat studi ini untuk kasus marketing, Tapi, rasanya kemampuan dasar ini dapat digunakan juga di dunia politik.
Erick tentu punya PR untuk memunculkan ‘keceriaan’ seperti saat emak-emak bertemu Sandi atau AHY…atau mungkin bisa merancang style sendiri? Kreatifitas jagoan ‘Asian Games 2018’ ini layak kita tunggu.
Yang terpenting sekarang, situasi menjelang Pilpres, masa kampanye, bahkan pasca kampanye, semoga diwarnai diskusi-diskusi gagasan yang brilliant dari generasi berpendidikan, yang tetap memperhatikan etika. Beradu gagasan dengan keras tapi tidak menyerang personal secara kasar. Mengedepankan respek, mematangkan gagasan bahkan dari yang tidak sepaham. Semangat kolaborasi adalah kekinian. Buka-buka aib pribadi, hentikan. Wallahu A’lam
Abu Faris,
Praktisi Media sosial tinggal di Depok
https://www.linkedin.com/in/kus-kusnadi-42214635/