Ribuan orang berkumpul di Grozny meminta Presiden Putin melakukan tindakan terhadap Myanmar.
Wartapilihan.com, Grozny –– Ribuan pemrotes berkumpul di ibukota Chechnya, Grozny, meminta Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan upaya yang bertujuan menghentikan kekerasan anti-Muslim di Myanmar.
Pada hari Ahad (3/8), ratusan orang berkumpul di depan kedutaan besar Myanmar di Moskow untuk memprotes kekerasan sektarian di Myanmar.
Menurut penyiar RBC, unjuk rasa di Chechnya dimulai pukul 08.00 pagi waktu setempat dekat Masjid Heart of Chechnya, yang merupakan masjid terbesar di republik tersebut.
Pengunjuk rasa meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan upaya yang ditujukan untuk menghentikan kekerasan anti-Muslim di Myanmar.
Pemimpin Republik Chechnya Rusia, Ramzan Kadyrov, membandingkan praktik tentara dan biksu di Myanmar termasuk kelompok Muslim Rohingya dengan praktik Nazi di kamp konsentrasi.
Sebelumnya, pada hari itu, ribuan orang berkumpul di ibukota Republik Chechnya untuk melakukan demonstrasi menentang kekerasan anti-Muslim di Myanmar. Menurut polisi setempat, lebih dari satu juta orang berkumpul di rapat umum tersebut.
“Kebijakan militer dan biksu melebihi aktivitas Nazi di kamp-kamp kematian. Pihak berwenang negara tersebut telah menelanjangi 1 juta Rohingya terhadap hak mereka untuk hidup. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, organisasi regional Asia Tenggara, raja-raja , presiden, media terus mengawasi tanpa mengatakan apapun,” kata Kadyrov pada rapat umum tersebut.
Pejabat tersebut menambahkan bahwa keseluruhan etnis tersebut hampir punah dan tragedi telah berlangsung bertahun-tahun, namun tidak ada yang memberikan sanksi terhadap Myanmar.
Kemudian, pada hari itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengomentari pernyataan Kadyrov.
“Saya akan mengatakan dengan jujur, saya telah membaca berbagai pernyataan. Kami tahu bahwa umat Islam menganggap peristiwa ini di Myanmar sangat emosional, tetapi sayangnya saya tidak sempat mengenal mereka secara pribadi. Saya ingin terlebih dahulu mengikuti dan kemudian entah bagaimana memberikan penilaian, saya tidak akan melakukannya sekarang, ” kata Peskov menjawab pertanyaan tentang bagaimana Kremlin bereaksi terhadap kata-kata Kadyrov.
Pada akhir Agustus, gerilyawan Muslim Rohingya menyerang pos keamanan di negara bagian Rakhine. Serangan tersebut mendorong sebuah respons yang keras dari pihak berwenang Myanmar dengan bentrokan yang sedang berlangsung antara pasukan pemerintah Myanmar dan gerilyawan Muslim. Akibatnya ratusan orang terbunuh dan memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka.
Rakhine adalah lokasi bentrokan yang sering terjadi antara Muslim Myanmar dan Budha. Konflik yang dimulai sekitar satu abad yang lalu dan telah berangsur-angsur meningkat sejak 2011 sebelum mencapai puncaknya pada tahun 2012, ketika ribuan keluarga Muslim mencari suaka di kamp-kamp pengungsian khusus di wilayah negara tersebut atau melarikan diri ke Bangladesh. Eskalasi lainnya dimulai pada 2016.
Demikian dilaporkan Sputnik News.
Moedja Adzim