Prof Wan Daud : Hormati Ulama Penyambung Nabi

by
Foto: istimewa

Guru Besar Pemikiran Islam ini mengharapkan umat Islam senantiasa menghormati guru-gurunya. Jangan memperbesar kelemahan dan memperkecil kelebihan mereka.

Wartapilihan.com, Jakarta –Dalam pertemuan di Insists Jakarta Sabtu (16/9), Guru Besar Pemikiran Islam CASIS  UTM (Centre for Advanced Studies on Islam, Science and Civilisation Universiti Teknologi Malaysia) Prof Wan Nor Mohd Wan Daud mengingatkan kaum Muslimin agar menghormati para ulama yang menyambung peta Islam ini sehingga sampai pada Nabi. “ Kalau ulama tidak dihormati, maka begitu juga para sahabat tidak dihormati,”kata Prof Wan Daud.

Menurutnya ulama-ulama besar seperti Imam Syafii, Imam Hambali, Imam Hanafi dan Imam Maliki, perlu dihormati. Begitu pula Imam Asyari, Imam Ghazali dan lain-lainnya. “Kelemahan mereka jangan diperbesar dan kelebihan mereka jangan diperkecil,”terangnya.

Prof Wan Daud, cendekiawan Islam internasional ini juga mengingatkan bagaimana kaum yahudi menghormati guru-guru mereka. “Dengan menghormati guru, maka ilmu akan terus tersambung.”

Itulah sebabnya mengapa Prof Wan Daud senantiasa hormat dan mendampingi gurunya Prof Syed Mohammad Naquib al Attas. Meski beberapa kawannya menganjurkannya agar tidak terus bersama gurunya, Prof Wan tidak memperdulikannya. Baginya guru adalah sahabat dan pribadi mulia yang harus dihormati, karena disitulah ia mendapatkan banyak mutiara ilmu.

Cendekiawan yang buku-bukunya diterjemahkan lebih dari lima bahasa ini juga menjelaskan bahwa kaum Muslim di Nusantara ini patut bersyukur dengan bahasa Indonesia/Melayu yang menyatukan sekitar 300 juta rakyat di Asia Tenggara. Ia menjelaskan bahwa dengan digantikannya huruf Arab Melayu dengan huruf latin, maka generasi muda menjadi tidak bisa membaca ribuan karya ulama yang berbahasa Arab Melayu. “Ini juga terjadi di Turki. Ketika huruf Arab diganti dengan huruf Latin,”jelasnya.

Mengutip cendekiawan Pakistan Mohammad Iqbal, Prof Wan menyatakan bahwa pasir meskipun jumlahnya banyak tapi sedikit guna. Tapi batu bata banyak gunanya. Begitu pula ketika pasir dicampur dengan semen dan batu bata maka ia bisa menjadi bangunan.

Prof Wan Daud mengharapkan kerangka epistemologi Islam itu akan menyatukan kaum Muslim. Karena saat ini banyak musuh Islam yang tidak suka ketika umat Islam berjaya di dunia ini. “Maka kaum kaum Muslim perlu bersatu dalan epistemologi dan hati. Yaitu dengan tazkiyatun nafs,” terangnya.

Ia mengenang bagaimana dulu Prof Naquib al Attas bersamanya membangun kampus The International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) Malaysia. Kampus ini didirikan untuk mencetak cendekiawan-cendekiawan Islam berkelas internasional yang membawa visi peradaban Islam mulia. Sayangnya ada pihak-pihak tertentu yang hasad dan dengki dan tidak memahami tujuan kampus ini, sehingga akhirnya kampus itu dibubarkan. Prof Wan mengharap peristiwa seperti itu tidak terulang kembali. II

Izzadina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *