Politik Adil Makmur (Serial Cerita Politik 2)

by
foto:istimewa

Ustadz Ahmad Rum mengawali ceramahnya dengan menjelaskan bagaimana kehidupan Rasulullah saw diisi dengan kegiatan dakwah. “Perjalanan hidup Rasulullah adalah perjalanan dakwah. Politik yang beliau terapkan adalah politik dakwah. Politik yang jujur dan penuh keteladanan. Beda dengan politik sekarang yang bisa disebut politik gincu. Politik memoles pribadi seseorang yang buruk atau biasa-biasa saja, agar kelihatan hebat. Akibat politik seperti ini, maka negeri ini makin lemah. Hutang menumpuk, orang-orang berlomba pada kemewahan dan seterusnya,” terang Ustadz Ahmad Rum, dai lulusan Institut Pertanian Bogor. Selain mengenyam kuliah di IPB, Ahmad Rum juga mengaji rutin pada banyak Ustadz di Bogor.

Wartapilihan.com, Jakarta –-“Lihatlah pemilihan presiden 2014 kemarin. Orang yang tidak memahami secara mendalam politik, ekonomi dan sosial di tanah air, tiba-tiba didorong sebuah partai untuk menjadi presiden. Maka tidak salah seorang politisi mengatakan presiden sekarang adalah presiden boneka. Dan kita tahulah siapa yang mengendalikan dia. Presiden yang lemah dalam berfikir dan wawasannya, maka ia hanya jadi ‘robot’ dari orang kuat di belakangnya. Padahal Rasulullah berpesan bahwa pilihlah yang terbaik untuk menjadi pemimpin. Bila tidak, maka engkau akan mengkhianati Allah dan RasulNya,” papar Rum lebih lanjut.

“Wah, berani sekali ustadz itu mengkritik presiden kita,” kata Ikal.

“Ya harus gitu Kal. Jadi ustadz harus berani. Kalau ustadz penakut, pengikutnya nanti lebih penakut lagi. Tapi kalau ustadznya berani, pengikutnya menjadi berani. Maka ada pepatah lebih baik seribu kambing mempunyai pimpinan singa, daripada seribu singa mempunyai pimpinan kambing,” timpal Budi.

“Jadi pimpinan negara kita sekarang ini kambing atau singa he he…”

“Kal, kalau kita lihat orang Islam sekarang banyak yang masuk politik, jadi anggota DPR, Gubernur atau Presiden tujuannya bukan untuk dakwah. Bukan untuk bagaimana agar Islam mewarnai negeri ini, sebagaimana perjuangan Rasulullah saw, para sahabat dan para ulama yang membawa Islam ke negeri ini. Tapi banyak orang masuk politik tujuannya agar dapat kemewahan hidup, kehormatan dan untuk menumpuk kekayaan partai atau organisasinya,” kata Budi.

“Betul. Karena itu Partai Islam atau Partai bernuansa Islam harus benar-benar membekali kadernya dengan ideologi Islam. Ideologi Islam ini harus menjadi akhlak atau karakter. Bukan sekedar gincu. Mereka harus menunjukkan bahwa ini lho Orang Islam kalau memimpin. Ini lho kalau Orang Islam berpolitik. Ini lho kalau orang Islam jadi DPR, Gubernur dan seterusnya. Karena itu Prof Naquib Al Attas, ahli pemikiran Islam berpesan bahwa masyarakat itu melihat tingkah laku orang Islam, bukan melihat Islamnya (konsep). Jadi kalau pejabat-pejabat Muslim ini memberi teladan, maka masyarakat akan hormat terhadap politisi Islam dan partai Islam akan menjadi besar. Tapi kalau akhlak politisi Islam sama dengan politisi yang lain –ideologi materi- maka partai Islam akan terus jeblok,” terang Akal.

“Yang sulit memang menggabungkan politik dengan tasawuf…”

“Maksudnya gimana Bud?”

“Politik itu kan cenderung pamer. Cenderung rebutan jabatan, keduniawian dan lain-lain. Tapi di tengah-tengah seperti itu ia harus zuhud, tetap cinta akhirat. Menginginkan lebih pahala akhirat daripada ‘pahala dunia’ dan seterusnya. Misalnya, boleh jadi politisi itu gambar atau tulisannya dipasang dimana-mana. Tapi dalam hatinya : ia selalu khawatir, bener nggak sehebat itu, ya Allah aku masih banyak dosa, ya Allah terimalah amalku, ya Allah aku nggak ada apa-apanya dibanding Rasulullah saw, para sahabat dan para pahlawan Islam negeri ini yang mengorbankan harta dan nyawanya untuk perjuangan Islam dan seterusnya. Bukan dalam hatinya malah berkata akulah yang terhebat. Yang lainnya sih nggak ada apa-apanya dibanding aku. Akulah yang paling layak jadi gubernur dan presiden, nggak ada yang lain dan seterusnya. Jadi ikhlash, berbuat sesuatu karena Allah, berbuat sesuatu agar mendapat pahala akhirat inilah yang harus tertanam dalam hatinya. Maka kalau ada politisi yang dimana-mana pamer kehebatannya dan sering mengatakan, kalau tidak karena aku, nggak bisa semuanya itu dilakukan. Maka kita meragukan keikhlasannya.”

“Wah kamu sekarang jadi ahli tasawuf politik Bud. Mantap. Memang ilmu seperti ini yang harus dikembangkan. Sekarang gimana caranya agar tetap ikhlash dalam politik Bud.”

“Gini Kal. Pertama, tanda-tandanya orang ikhlash dalam politik, adalah ibadahnya selalu dijaga. Almarhum Hartono Mardjono –salah satu tokoh Pelajar Islam Indonesia- kenal nggak? Ia pernah cerita bahwa ayahnya itu sangat sering shalat sunnat. Ia bingung. Ayah Hartono ini adalah satu contoh orang yang ikhlash. Ia sering shalat kenapa? Karena ia sangat cinta dan mengharap keridhaan Allah. Ia berusaha mendidik anaknya menjadi terbaik. Tapi bukankah Allah yang menentukan anak itu akan menjadi apa? Ia menggantungkan diri pada Allah dan mengharap Allah mengabulkan keinginannya. Makanya anaknya kemudian menjadi salah satu tokoh PII yang hebat di zamannya he he… Gimana menanamkan ikhlash ini? Pertama keyakinan kepada Allah dan akhirat harus terhunjam dalam akal kita.

Almarhum KH Zainuddin MZ pernah menceritakan bahwa suatu kali ketika Rasulullah saw menceritakan masalah Tauhid di depan sahabat-sahabatnya, datanglah dua orang kafir Quraisy. Orang ini sebelumnya telah menggali kuburan kuno dan mengambil tulang belulangnya. Orang kafir ini mengejek Nabi saw : Ya Muhammad, mungkinkah tulang belulang yang telah hancur ini akan dibangkitkan kembali? Rasulullah terdiam, dan kemudian turunlah wahyu,”Dan dia membuat perumpamaan bagi kami dan melupakan asal kejadiannya. Dia berkata,”Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah (Muhammad),” Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Yasin : 78-79).”

“Ya memang Bud, seorang politisi (negarawan) Islam harus mempunyai aqidah yang kokoh. Yang kedua, adalah akhlak mulia ya Bud.”

“Yang kedua, akhlak mulia dan zuhud terhadap dunia. Bisa jadi ia berilmu banyak, tapi kalau akhlaknya buruk dan cinta kemewahan dunia, ia akan runtuh dihadapan umat. Karena apa? Karena Rasulullah saw dan para sahabatnya mencontohkan bagaimana mereka di tengah-tengah puncak kepemimpinan, di tengah bergelimangnya harta, mereka zuhud terhadap dunia. Lihatlah Rasulullah saw. Kalau Rasul mau numpuk kekayaan bisa, wong baitul mal di tangan beliau. Tapi beliau rumahnya sederhana, bahkan beliau kadang tidur dengan tikar dan seterusnya.

Lihatlah Sayidina Umar bin Khattab. Waktu itu baitul mal kaya raya di bawah Umar. Tapi Umar makannya sederhana dan pernah menolak makanan mewah dan juga tidur kadang di bawah pohon. Sehingga kepala negara lain heran melihat sikap umar terhadap kekayaan dunia. Karena budaya Romawi dan Persia saat itu, raja-rajanya mesti bergelimang istananya dengan emas. Karena sikap Rasulullah saw dan Khulafaur Rasyidin yang zuhud dunia itu, maka Islam menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia. Masyarakat Islam saat itu melihat dengan mata kepala, Islam dipraktekkan oleh para pemimpin dengan benar. Dalam diri pemimpin menyatu antara ucapan dan perbuatan.”

“Menarik Bud analisamu. Makanya ada pepatah ikan busuk dari kepalanya.”

“Ya, itu sering diungkap Amien Rais, Kal.”

“Yang ketiga apa Bud?”

“Yang ketiga, adalah pemimpin itu harus cerdas. Yakni dia harus bisa menyelami hati apa yang diinginkan oleh rakyatnya. Misalnya begini. Mengapa di Pembukaan UUD 45 tujuan negara diungkap agar masyarakat adil dan makmur? Wah, hebat itu pembukaan UUD 45. Yang membuat itu mempunyai wawasan ilmu Keislaman yang luas. Sayang sejarah kita ‘menghilangkan’ siapa pembuat Pembukaan UUD 45 itu. Adil itu kata-kata dari Al Quran. Puluhan ayat Al Quran berbicara tentang keadilan. Adil dimulai dengan adil dalam pemikiran. Yakni seorang Muslim bila menimbang sebuah pemikiran/gagasan ia harus mencari yang terbaik. Ia berani membandingkan pemikiran-pemikiran yang ada, dan kemudian mencari yang terbaik (dan benar). Firman Allah SWT : “(yaitu) Mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang terbaik. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah Ulil Albab (kaum terpelajar).” (QS az Zumar 18). Berlaku adil tidak mudah. Nafsu manusia seringkali menyuruh manusia untuk berlaku zalim. Apalagi bagi pemimpin –apakah pemimpin organisasi atau pemimpin negara- orang-orang di sekitar pemimpin itu kadang-kadang memberikan informasi yang menguntungkan dirinya sendiri. Makanya tidak heran, bila Rasulullah saw menempatkan pemimpin yang adil sebagai orang pertama yang mendapat perlindungan di hari kiamat.

Hadits Rasulullah saw : Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,” Ada tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Pemimpin yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR Bukhari Muslim). Cermati beberapa ayat Al Quran yang membahas masalah keadilan:

“Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang/adil” (Al Infithar 7)

“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)”. (Asy Syura 15)

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (an Nisa` 3)

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al Maidah 8)”

“Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan.” (al A`raf 159)

“Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.” (al A`raf 181)

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya,”Wahai anakku. Janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya Allah itu adalah benar-benar kezaliman (lawan keadilan) yang besar.” (Luqman 13).

“Wah kamu kayak ustadz aja Bud, menjelaskan dengan ayat-ayat Al Quran tentang adil dengan rinci. Kamu jadi ustadz aja Bud, nggak usah jadi wartawan he he…”

“Wartawan itu kan ustadz juga Kal sebenarnya. Kalau ustadz ngomong dengan ucapan, kita ngomong dengan tulisan. Cuma banyak orang tidak mengerti strategisnya profesi wartawan dan merendahkan mereka. Kalau saya sih Alhamdulillah kadang-kadang juga ceramah juga he he…”

“Ya bener Bud, kalau di luar negeri wartawan itu temannya presiden dan pejabat-pejabat tinggi. Wartawan yang pinter lho. Kalau di sini temannya…”

“Eeh, lupa Kal belum aku jelaskan tentang arti makmur ya. Gini. Manusia itu diturunkan Allah ke muka bumi untuk membuat kemakmuran dunia, kemakmuran negeri ini dan negeri-negeri lainnya. Bukan untuk saling membunuh. Coba buka awal-awal surat al Baqarah. “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,”Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,”Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memujimu dan menyucikan namaMu?” Dia berfirman,”Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman,”Sebutkan kepada Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar. Mereka menjawab : Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkau yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (al Baqarah 30-31). Iblis yang pertama kali mendorong manusia untuk membunuh manusia yang lain. Ingatkan ‘bisikan Iblis’ (sifat dengki) kepada Qabil yang membunuh Habil? Atau Iblis yang mendorong Nabi Adam untuk melanggar larangan Allah di surga?” Beda dengan malaikat yang terus menerus tunduk kepada Allah dan mendorong membuat kedamaian alam semesta ini. Jadi kalau melihat proses penciptaan manusia pertama kali di dunia adalah diperintahkan Allah untuk memakmurkan bumi, bukan untuk merusak bumi : saling membunuh, merusak alam dan seterusnya.”

“Ya Bud, berarti sebenarnya perlombaan senjata itu tidak dijiwai oleh Al Quran ya.”

“Betul Kal. Coba kita renungkan untuk apa manusia membuat senjata hebat-hebatan di dunia ini? Untuk membuat negara lain atau manusia lain tunduk kan. Maka ilmuwan Islam tidak pernah memelopori industri teknologi perlombaan senjata (kecuali zaman dulu karena dakwah Islam dihalangi atau kaum Muslim diperangi). Kini senjata api modern diciptakan sebagai industri. Masing-masing negara menjadi berlomba memperbanyak dan mempermodern senjatanya, karena takut dijajah bangsa lain. Dan perusahaan industri senjata, makin senang bila makin banyak perang, karena milyaran dolar terus mengalir kepadanya. Dan seterusnya.”

“Mungkin bisa diibaratkan dengan binatang anjing Bud ya.”

“Maksudnya?”

“Anjing itu kan binatang yang menakut-nakuti orang lain. Anjing itu yang nyaman kan pemiliknya saja. Orang lain nggak nyaman (beda dengan kucing). Begitu juga senjata yang nyaman pemiliknya, yang lain nggak nyaman dengan senjata itu. Coba lihat sekarang Amerika kan kebingungan gara-gara pemerintahnya membolehkan rakyat sipil punya senjata. Banyak pembunuhan kini yang dilakukan rakyat sipilnya sendiri. Selain itu, lihat industri senjata modern menghancurkan Irak, Suriah, Afghanistan dan lain-lain. Jutaan orang yang jadi korban karena industry ini. ”

“Mungkinkah dunia tanpa senjata?”

“Mungkin Bud, tapi sulit. Karena industri senjata di dunia ini menyerap ratusan ribu atau jutaan tenaga kerja. Bisa nganggur mereka kalau industri senjata mereka ditutup.”

“Bener, mungkin Kal. Coba bayangkan siapa tahun 70-an yang menyangka ada industri internet (nirkabel) yang menghubungkan berbagai komunikasi antar negara secara langsung? Industri yang menggulung jutaan tiras media massa cetak di seluruh dunia. Siapa yang menyangka Majalah Time dan Newsweek yang pelanggannya jutaan di dunia ini, tiba-tiba gulung tikar, berganti online?”

“Bener, Kal. Malah seorang ustadz menyatakan bahwa ada Hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa di akhir zaman nanti manusia kembali ke pedang dan pisau. Nanti bareng-bareng kita cari hadits itu, ya Kal.”

“Wah kalau begitu harusnya ada gerakan besar untuk penghapusan senjata api modern ini, Bud. Logikanya sebenarnya untuk apa sih kita punya senjata api, selain untuk membunuh orang lain atau merusak suatu bangsa?” Tapi masalahnya manusia ini mempunyai nafsu kuasa. Nafsu ingin menundukkan atau menguasai orang lain. Inilah nafsu terbesar abad ini. Gimana cara menundukkan nafsu ini ya Bud.”

“Gini Kal. Dari beberapa buku tasawuf yang saya baca, seperti buku Imam Ghazali dan Hamka, kita kembalikan semua itu kepada Allah bila kita telah berusaha maksimal untuk meyakinkan orang lain. Karena pada hakikatnya akal dan hati manusia itu yang menciptakan Allah. Ya Nggak?”

“Ya sih, cuma kadang kita sombong ya. Seolah-olah itu karena usaha kita belaka. Seolah-olah kita ini paling hebat diantara manusia yang ada. Seolah-olah kita ini bisa membuat segala sesuatu. Lihat manusia-manusia Barat yang ateis yang sombong, seolah-olah bisa menciptakan teknologi yang hebat untuk manusia. Padahal mereka sampai hari kiamat tidak mungkin bisa membuat makhluk yang bernyawa. Allah SWT mengingatkan,”Wahai manusia. Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah.” (QS al Hajj 73).

“Ya Kal. Di surat al Baqarah kan juga disebut tentang sifat sombong yang dimiliki Iblis yang membahayakan manusia ini. Makanya para ulama tasawuf mengingatkan hati-hati dengan sifat sombong ini, yang biasanya menghinggapi pemimpin dan para cendekiawan. Lihat kelanjutan kisah Nabi Adam itu. “Dia (Allah) berfirman,”Wahai Adam beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu. Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman,”Bukankah Aku telah katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat,”Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan kafir.” (QS al Baqarah 33-34).

“Melihat ayat-ayat Al Quran ini kita harusnya berbagi ilmu ya, bukan berbagi senjata he he…”

“Ya. Juga berbagi kekayaan, dalam ayat-ayat lain sangat dianjurkan…”

“Wah Bud, kita terlambat nih mengikuti Amien Rais dan Habib Rizieq di Dewan Dakwah.”

“Nggak apa-apa kita ke sana aja. Yang penting kita bisa silaturahmi. Dengan silaturahmi kita kan bisa berdialog, tukar fikiran dengan temen-temen dan melihat langsung gestur tubuh dan mimik tokoh-tokoh itu bicara.”

“Yuk bismillah.”

Akal dan Budi bersama-sama naik kereta api dari Masjid Kuttabun Nabi di Pondok Cina Depok menuju Gedung Dewan Dakwah di Kramat Raya 45 Jakarta Pusat…(bersambung) II

Izzadina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *