Apakah Permakultur Layak secara Bisnis?

by

Pertanyaan pada judul tulisan ini adalah yang paling sering diajukan ketika konsep permakultur diperkenalkan. Sulit dipahami, bagaimana pertanian yg menanam berbagai tumbuhan di satu kebun, dengan sendirinya serba sedikit, dapat memberikan hasil yang cukup?  

WartaPilihan.com, Depok– Mari kita gunakan ilustrasi berikut: Bila kita punya penghasilan 1juta, ada 2 pilihan yang bisa kita lakukan: 1. Menghabiskan penghasilan untuk digunakan sampai habis atau 2. Mengatur pengeluarannya untuk hari ini, sebagian untuk masa depan, sebagian untuk cadangan darurat. Di pertanian, sumber penghasilan adalah tanah dan yang tumbuhan diatasnya. Memelihara tanah tetap optimal adalah yang terpenting,dan itulah yang disarankan sistem permakultur.

Prinisip-prinsip Permakultur dapat diterapkan pada hampir semua sistem usaha, asal secara etika tidak bertentangan (Peduli Bumi, peduli manusia, berbagi dengan adil). Ambil salah satu contoh, sebagai hasil penting dari penerapan prinsip-prinsip permakultur, kita akan menjadi efisien,itu selalu merupakan langkah yang baik pada bisnis apapun (Erik van Beusekom). Issue-nya adalah sejauh mana prinsip dan etika permakultur diadopsi kedalam bisnis/usaha yang dijalankan. Kearifan untuk menjaga keseimbangan antara Bumi-Manusia-Masa Depan, akan menjadi kunci berkembang atau tidaknya bisnis yang dijalankan.

Bagaimana permaculture berhubungan dengan bisnis?

Permakultur adalah kumpulan etika, prinsip dan teknik yang dapat digunakan untuk merancang sistem. Memang permakultur paling sering dibicarakan sebagai cara merancang sistem pertanian. Namun secara teori dapat diterapkan untuk merancang berbagai sistem (bisnis, komunitas, pemerintah, pabrik, sekolah dll).

Sistem ini bertujuan untuk menyediakan alat yang memungkinkan perancang menciptakan sistem yang memelihara planet kita dan semua makhluk yang hidup di atasnya. Jika kita ingin memulai bisnis yang berkontribusi pada hal itu, maka permakultur akan menjadi salah satu cara terbaik untuk penciptaan bisnis itu.

Saat dijalankan, baik Bisnis dengan menggunakan prinsip Permakultur maupun yang tidak, akan terlihat  sangat mirip. Hanya saja, Permakultur didasarkan pada etika sementara yang lainnya belum tentu. Permakultur berusaha untuk mencari dan mengumpulkan fungsi yang setiap bisnis ingin lakukan. Misalnya, produk makanan limbah dari restoran dijadikan makanan untuk ayam yang menjadi daging di restaraunt tersebut.  Pada intinya, fungsi ini  masih bisa disebut permakultur karena bersifat praktek membuat ekosistem utuh. Ini termasuk penemuan manusia terhadap siklus hidup yang berkelanjutan antara Bisnis Resto dengan peternakan ayam.

Jika kita mengacu pada porsi pertanian secara sempit, maka anggap saja permakultur sebagai cara memaksimalkan efisiensi. Kita tidak akan membuang-buang lahan kosong yang berharga di kebun kita, harus terus dicari pemanfaatannya secara maksimal dengan mengingat etika & prinsip-prinsip permakultur.  Dengan penerapan sistem permakultur, Kita tidak harus berada di kebun buah terus-menerus, walaupun bisnis kita kebun buah-buahan . Kebun permakultur dirancang efisien, semak-semak ditempatkan di sekitar pohon dan pohon mendapatkan tanaman merambat yang ditanam di dekat mereka. Semua tanaman ini dipilih yang memang bagus untuk penguat pohon buah dan penyedia kebutuhan  nitrogen positif.

Bayangkan, bila kita punya ruang tidak terpakai di toko kita misalnya, lama-lama ruang itu akan menjadi tempat menumpuk barang tidak berguna atau kalau lahan ‘nganggur’ di kebun, akan diambil alih oleh tanaman yang tidak diinginkan. Sehingga sangat penting untuk memanfaatkan ruang-ruang tidak terpakai seperti itu secara efisien dengan sesuatu yang lebih berguna.

Permakultur akan menjadi koridor antara kepentingan bisnis yang bersifat ingin mengeksploitasi sumber daya secara maksimal, dengan pandangan konservasi yang sepenuhnya tidak ingin mengeksploitasi sumberdaya. Kepentingan bisnis dan konservasi dapat dipertemukan dengan menggunakan konsep permakultur. Permakultur bertujuan untuk memelihara sistem alam-manusia di sumber lokal. Proses pemanfaatan yang ada di dalamnya dapat diidentifikasi dan dikembalikan ke arah hubungan saling menjaga antara alam dengan manusia.

Apa yang harus diperhatikan baik-baik dari Permakultur?

Permakultur terutama adalah seperangkat etika dan prinsip. Setelah kita menginternalisasi etika dan prinsip, akan terpampang kerangka kerja yang dapat kita terapkan pada banyak kasus, namun untuk sampai pada tahap itu, bisa jadi harus menemui berbagai hal rumit, membingungkan dan membuat frustrasi. Banyak orang belajar tentang permakultur dan hanya melihat (atau hanya diajarkan) tekniknya (mengolah tanah, hutan pangan, hugelkultur (berkebun sekaligus mengkomposkan pohon), rotasi tumbuhan, dll) dan kemudian menerapkan teknik tanpa pertimbangan etika dan prinsip. Teknik tanpa pertimbangan etika dan prinsip, bukanlah permaculture. Namun secara latah sering disebut permaculture, karena terlihat teknik yang dipakai sama dengan yang dilakukan pada permakultur.

Lelucon di kalngan pegiat permaculture yang sampai sekarang masih populer adalah “Jawaban atas setiap pertanyaan adalah: ‘itu tergantung’ “. (Kalau di Indonesia, mirip lelucon ala Emha di buku Selilit Sang Kyai, untuk yang pernah membacanya). Kompleksnya pertimangan-pertimbangan dalam permakultur  ini, membuat permakultur hanya dapat dipahami oleh orang yang benar-benar serius memahami dan menerapkan etika & prinsip Permakultur. Adakah contoh-contoh kisah sukses penerapkan Permakultur yang secara bisnis/usaha sangat layak mensejahterakan para pelakunya?

Tunggu tulisan selanjutnya…

Abu Faris

Praktisi & Alumni 7th Certified Permaculture Design Course

 

Bacaan:

http://permacultureprinciples.com/principles/

http://icpermaculture.wordpress.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *