Pemimpin Jangan Seperti Kodok

by
Jangan seperti kodok. Foto: Istimewa

Oleh: M Rizal Fadillah, Sekretaris PW Muhammadiyah Jabar

Setiap hewan di samping memang ciptaan Allah yang juga memiliki sifat- sifat yang dapat menjadi pelajaran bagi manusia untuk ibrah baik dan buruk.

Wartapilihan.com, Jakarta —Kodok adalah hewan yang banyak terlihat buruknya daripada baiknya. Kupu kupu menjalani ‘proses perubahan’ pada kejadiannya. Ulat yang buruk berubah menjadi kepompong lalu berakhir menjadi kupu kupu yang indah. Kodok yang menjijikkan dari telur menjadi kecebong lalu tetap menjadi kodok yang sama saja terlihat menjijikkan. Jika kodok masuk rumah kita, pasti akan diusir keluar.

Dalam Al Qur’an Surat Al A raaf 133 digambarkan dalam konteks historisnya kodok –dhifda’ (jama dhofadi’u) adalah kiriman Allah sebagai adzab bagi kaum pembangkang. Disetarakan dengan taufan, kutu, dan belalang yang merusak. Ayat palsu Musailamah Al Kadzab juga berkaitan dengan kodok ‘yaa dhifdaa’atan binti dhifda’ain..’ (wahai kodok anak dari sepasang kodok..).

Ada 3 sifat buruk pelajaran buat manusia khususnya dalam kaitan kepemipinan.
Pertàma, kodok senang berada di tempat yang kotor, sembunyi di semak-semak, gelap, sampah dan kolam yang keruh. Di sini tempat yang nyaman bagi diri dan komunitasnya.
Kedua, dengan angkuh beradu suara. Pemimpin tidak boleh tersaingi suaranya dan jika ada dari anggota kelompok yang mengganggu harmoni suara yang dikomandaninya, maka kodok itu akan digigit kakinya dan ditenggelamkan.
Ketiga, di samping gerak di darat dengan melompat- lompat, juga jika berenang ia menyundul apa yang bisa disundul ‘tangan’ menyingkirkan yang perlu disingkirkan dan kaki menendang yang bisa ditendang.

Ketiga karakter itu sering melekat pada atmosfer dan gaya kepemimpinan di lingkungan kita. Pemimpin yang tidak transparan senang menyembunyikan identitas diri di semak- semak, iklim yang kotor penuh rekayasa, gemar mengambil keuntungan di keruhnya kolam budaya, hukum, bisnis, dan politik. Ia sombong di kebodohan diri dan siap ‘menggigit’ saingan- saingannya yang mengganggu suaranya. Mengangkat orang dengan jaminan kepalanya, mengibas penghalang dekatnya serta menendang lawan dengan memenjarakannya.

Kepemimpinan kodok harus dilawan sebab dapat mengancam stabilitas habitat yang sehat. Muslim yang taat tak akan memelihara dan mengagumi kodok, apalagi menjadi makanan sehari-harinya. Masih banyak yang halal bisa dikonsumsi.

Bangsa ini butuh pemimpin yang mengomando kehidupan dengan harmoni dan penuh toleransi. Demokrasi dihargai. Kompetisi yang fair tanpa memakan yang lemah atau kalah. Tidak memenjarakan yang berbeda. Rel agama adalah jalan lurus bagi keselamatan bersama. Bangsa yang sepakat tak mau dipimpin oleh pemimpin berkarakter kodok. Tidak memilih atau mentaatinya. Indonesia adalah negeri manusia beradab yang suka pada kebersihan dan kejujuran. Bukan dibohongi suara angkuh dan palsu sang kodok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *