Pelajaran dari Berbagai Musibah dan Bencana

by
Terdampak gempa dan tsunami Palu. Foto: Istimewa

Oleh: Rokhmat S Labib

Musibah kembali menimpa negeri kita. Setelah sebelumnya diguncang gempa dan diterjang tsunami, kita kembali dikejutkan dengan peristiwa jatuhnya pesawat yang memakan banyak korban.

Wartapilihan.com, Jakarta –Kepada korban yang Mukmin, kita mendoakan agar dosa-dosanya diampuni, semua amal shalihnya diterima, dimasukkan ke dalam surga-Nya, dan dijauhkan dari neraka.

Kepada keluarga yang ditinggalkan, kita mendoakan agar diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi musibah tersebut.

Di antara pelajaran penting yang harus kita petik dari peristiwa itu adalah betapa tak berdayanya manusia menghadapi datangnya kematian. Tak ada seorang pun yang dapat mengelak dari peristiwa ini. Sebagai makhluk bernyawa, kita pasti akan merasakannya. Allah Swt berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati (QS Ali Imran [3]: 185).

Kita tidak mengetahui kapan itu terjadi. Dan ketika datang menjemput kita, tak ada seorang yang bisa yang dapat menunda atau memajukannya walau hanya sesaat. Allah Swt berfirman:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesuatu pun dan tidak dapat (pula) memajukannya (QS al- A’raf [7]: 34).

Berbicara kematian, ada perkara paling yang harus kita pastikan: Bahwa kita harus mati dalam menjadi Muslim. Mati dalam keadaan memeluk aqidah Islam. Inilah yang difirmankan Allah Swt:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (QS Ali Imran [3]: 102).

Seseorang dikatakan Muslim adalah ketika beragama Islam. Ayat ini memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menjaga agamanya hingga kematian tiba. Jika tak mau menjaga agamanya dan mati dalam keadaan kafir, maka terhapus semua amal baiknya dan di akhirat dijadikan sebagai penghuni neraka. Allah Swt berfirman:

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (QS al-Baqarah [2]: 217).

Bagi orang kafir, mereka diperintahkan untuk masuk Islam. Pintu gerbang untuk memasukinya adalah mengikrarkan dua kalimat syahadat. Ketika mereka mau meyakini dan mengikrarkannya, maka sah baginya dikatagorikan sebagai Muslim.

Sebalikya, jika mereka bersikukuh dengan agamanya dan menolak mengikrarkan dua kalimat syahadat, lalu mati dalam keadaan kafir, maka semua amalnya ditolak dan dimasukkan ke dalam neraka. Allah Swt berfirman:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Menjelaskan ayat ini, Imam al-Thabari berkata, “Barangsiapa yang mencari agama selain agam Islam, maka Allah Swt tidak akan menerima (amalan) darinya.” (Tafsir al-Thabari, VI/570).

Maka, kita harus menjaga dua kalimat yang kita persaksikan dalam syahadat: Li ilaha illaLlâh Muhammad Rasuullah.

Kita berharap, kalimat tauhid itulah yang menjadi kalimat terakhir dalam hidup kita, sehingga kita dimasukkan ke dalam surga-Nya. Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah saw bersabda:

« مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ »

Barangsiapa yang kalimat terakhirnya: La ilaha illaLlah, maka dia akan masuk surga (HR Abu Dawud).

Itulah kalimat yang agung. Kalimat yang dikumandangkan dalam setiap azan dan iqamah, dibaca dalam setiap shalat dan berbagai ibadah, disebutkan dalam setiap khutbah dan taushiyah, dan dilantunkan dalam banyak dzikir dan istigatsah. Juga, tertera dalam bendera Rasulullah saw: Liwa dan rayah.

Semoga kita semua termasuk orang yang mengucapkan dua kalimat itu di akhir hayat kita. Semoga pula, kita termasuk di antara hamba-hamba-Nya yang dipanggil Allah Swt dengan panggilan yang amat lembut dan penuh kasih sayang sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)

Hai jiwa yang tenang; Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya; Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku (QS al-Fajr [89]: 27-30).

Sebaliknya, jika mati dalam keadaan mengingkari kalimat tauhid tersebut, berarti mati dalam keadaan kafir. Ketika itu terjadi, sungguh hanya akan menanggung kesengsaraan dan penderitaan abadi. Allah Swt berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (161) خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ (162)

Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh (QS al-Baqarah [2]: 161-162).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *