Setelah AS memutuskan untuk menghentikan pendanaan kepada UNRWA, Israel menyambutnya dengan sukacita. Sementara itu, jutaan pengungsi Palestina kian terancam.
Wartapilihan.com, Amman – Perdana Menteri Israel pada hari Ahad (2/9) menyambut keputusan AS untuk menghentikan pendanaan kepada badan PBB untuk pengungsi Palestina, menuduh negara itu mengabadikan krisis yang terletak di jantung konflik Israel-Palestina.
Komisaris agensi menolak tuduhan seperti itu. Ia mengatakan bahwa kegagalan pemimpin politik untuk menyelesaikan konflik telah menyebabkan krisis pengungsi berlarut-larut selama 70 tahun.
Berbicara di Israel selatan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Ahad (2/9) bahwa Israel telah menyelamatkan ratusan ribu orang Yahudi yang tercerabut dari rumah-rumah di Timur Tengah dan Eropa.
“Ini bukan apa yang terjadi dengan Palestina,” katanya. “Di sana mereka menciptakan institusi yang unik, 70 tahun yang lalu, bukan untuk menyerap para pengungsi, tetapi untuk mengabadikannya.”
UNRWA didirikan setelah perang 1948 yang telah menyebabkan sekitar 700.000 orang Palestina yang melarikan diri atau diusir dari rumah mereka. Kini, UNRWA memberikan pendidikan dan layanan sosial kepada lebih dari 5 juta orang di seluruh wilayah.
Netanyahu mengatakan bahwa dana yang ditahan oleh AS harus digunakan untuk “membantu merehabilitasi” para pengungsi. Dia mengklaim jumlah pengungsi jauh lebih rendah daripada angka-angka UNRWA.
UNRWA menolak tuduhan Israel bahwa itu mengabadikan masalah pengungsi. Ia mengatakan bbahwa lembaganya beroperasi di bawah mandat ketat yang digariskan oleh PBB, dan mengatakan masalah pengungsi harus diselesaikan sebagai bagian dari perjanjian perdamaian yang lebih luas antara Israel dan Palestina.
Di Yordania, komisaris UNRWA, Pierre Kraehenbuehl, menyalahkan kegagalan pemimpin politik untuk mencapai kesepakatan damai untuk krisis yang sedang berlangsung.
“Kami tidak diberi mandat untuk berurusan dengan politik,” katanya saat berkunjung ke sekolah di kamp pengungsi Whedat. “Ini adalah kegagalan total dari pihak-pihak dan komunitas internasional untuk menyelesaikan konflik ini yang menjelaskan mengapa pengungsi Palestina masih menjadi pengungsi selama 70 tahun. Itu tidak ada hubungannya dengan UNRWA yang mengekalkan situasi itu.”
AS memotong sekitar $300 juta dalam pendanaan untuk UNRWA pada hari Jumat (31/8). As menyebutnya sebagai “operasi cacat yang tidak dapat ditebus.” AS di masa lalu telah menjadi donor terbesar, menyediakan sekitar 30 persen dari anggaran UNRWA.
UNRWA telah memperingatkan pemotongan bisa merusak operasinya, termasuk jaringan sekolah yang melayani lebih dari 500.000 siswa. Kraehenbuehl mengatakan dia sekarang bekerja untuk mencari sumber pendanaan baru agar sekolah dan layanan lain tetap berfungsi.
“Investasi pada anak laki-laki dan perempuan muda (dan) dalam peluang untuk masa depan mereka adalah investasi dalam stabilitas dan karena itu menjaga peluang untuk perdamaian,” kata Kraehenbuehl kepada The Associated Press secara terpisah dalam sebuah wawancara pada Ahad (2/9).
Kraehenbuehl membela disiplin fiskal UNRWA dan manajemen agensi, menolak seruan reformasi dari pemerintahan Trump.
“Jelas bagi saya keputusan ini dibuat untuk alasan politik dan bukan dalam kaitannya dengan kinerja UNRWA atau hasil yang kami capai,” katanya.
Meskipun mendapatkan dana tambahan dari donatur UNRWA, lembaga itu masih menghadapi defisit mencapai $200 juta dolar, Kraehenbuehl menggambarkan situasi saat ini sebagai “krisis eksistensial” bagi agensi tersebut.
Palestina telah mengutuk keputusan AS, mengatakan pemerintahan Trump berusaha memaksa negara-negara tetangga untuk menyerap pengungsi dan menghapus masalah sensitif dari negosiasi di masa depan.
Israel menolak semua kembalinya warga Palestina ke rumah-rumah yang hilang di tempat yang sekarang menjadi Israel, dengan mengatakan itu akan menghancurkan karakter Yahudi di negara itu. Demikian dilaporkan Associated Press.
Moedja Adzim