Oleh: Dr Adian Husaini
Warta Pilihan mulai hari ini akan menampilkan artikel berseri Klinik Pendidikan Keluarga yang diasuh Dr Adian Husaini. Artikel ini juga dilengkapi dengan video. Silakan menikmati.
Wartapilihan.com, Jakarta –Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Teman teman kita bertemu kembali di Klipik kali ini kita membahas sesuatu mengenai orientasi pendidikan di kalangan siswa baik di IPA maupun IPS. Orientasi di pendidikan tingginya itu belum berubah pilihan pertama masih Fakultas Kedokteran, kedua di IT atau Akuntansi.
Tapi yang menarik di IPB ada pergeseran dulu nomor satu biasanya Statistika atau Teknologi pangan sekarang nomor satu masih Teknologi Pangan dan yang kedua Ekonomi Syariah, mungkin dilihat dari peluang kerja ekonomi syariah ini masih sangat besar. Jadi, anak-anak termasuk kita dulu memilih orientasi jurusan di perguruan tinggi itu masih diukur dari segi gengsinya, gengsi universitas dan gengsi program studinya. Bukan didasarkan yang dibutuhkan oleh umat islam itu apa sebetulnya dan pakar di bidang apa sehingga sekarang sulit sekali menemukan sejarawan seperti almarhum Kuntowijoyo dari UGM lalu ada Pak Adabi Darban. Mereka adalah para sejarawan muslim yang hebat. Kita masih ada sejarahwan seperti Pak Mansyur Suryanegara tapi kaderisasi di bidang sejarah ini tidak muncul. Di Jakarta misalnya saya tanya “Siapa sih tokoh sejarah dan cendekiawan muslim yang komitmen untuk memperjuangkan pendidikan sejarah atau memperbaiki pendidikan sejarah di sekolah-sekolah kita. Siapa gantinya Pak Kunto dan Pak Adabi.”
Kemudian di Surabaya saya tanya siapa sih aktivis Islam yang doktor atau guru besar di bidang komunisme. Ketika berbicara komunisme yang muncul Pak Taufik Ismail dan Pak Kasdi. Belum ada generasi yang muda yang berusia 30-an -40an yang memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh umat. Contohnya isu Yahudi yang sedang hangat sekarang ini kalau di Indonesia siapa sih doktor di bidang Yudaisme itu tidak ketemu. Saya mengajar kuliah Kristologi di salah satu perguruan tinggi islam saya mencari pengganti saya di bidang kristologi dan orientalisme ini dan ternyata sangat susah.
Memang tidak ada kampus di Indonesia yang melahirkan doktor di bidang kristologi dan perlu untuk kita mencetaknya ahli-ahli di bidang kristologi dan yudaisme dan oriental filosofis seperti konfusianisme, budhisme, hinduisme dan ini perlu. Orientasi kita sebagai orang tua dan penyelenggara pendidikan, kita harus memberikan pemahaman kepada anak-anak SMA kalau anda pintar banyak bidang keahlian yang perlu ditekuni. Jangan selalu berpikir pragmatis kalau orang pintar itu jadi dokter, kuliah, banyak pasiennya setelah jadi dokter kemudian jadi orang kaya. Impian seperti itu menurut saya perlu direvisi.
Jadi dokter itu baik tapi banyak bidang-bidang lain yang umat butuhkan dan perlu. Umat perlu ahli fikih yang handal, ahli kristologi, ahli budaya, ahli agama-agama lokal dan sebagainya.
Pertanyaan selanjutnya “kerjanya dimana.” Percayalah jika kita mencari ilmu karena Allah, pasti Allah akan menolong hambaNya. Nanti Allah akan menunjukkan kalau soal rezeki dan pekerjaan adalah Allah yang akan menjamin. Jika kamu menolong agama Allah maka kamu pasti akan ditolong. Kita harus meyakinkan murid-murid kita agar mereka punya gambaran yang benar akan tujuan hidup mereka, visi mereka terutama dalam keilmuan. II